Makasih udah sempetin baca, semoga suka!❣ Jangan lupa vote dan banyak-banyak komen ya:)
[Happy reading!] >•<
❣❣❣
"BTW, nama kita sama-sama Al ya depannya, jangan-jangan... kita jodoh?""
❣❣❣
Kana merasakan seseorang memutar knop pintu di depannya. Matanya menatap lurus ke arah pintu dan berharap pintu itu segera terbuka.
Dia mencari sebuah barang yang berada di dekatnya. Ketika menemukan sebuah ember kosong yang tadi Crista gunakan untuk menumpahkan air ke tubuhnya, Kana tersenyum lega.
Kana menendang ember tersebut dengan sisa tenaganya yang masih dia punya. Dia juga berusaha untuk berteriak, walaupun sekarang mulutnya sedang diikat oleh kain.
Lagi-lagi knop pintu di depannya memutar, meskipun perlahan. Dia sangat yakin jika ada seseorang yang ingin membuka pintu itu.Kana berdoa dalam hatinya, semoga orang itu bukanlah Crista atau dalang-dalangnya.
Kana memejamkan matanya, sambil terus berdoa di dalam hatinya."ELO?! KENAPA BISA BEGINI?!" teriak seorang cowok membuat Kana kembali membuka matanya. Kana terkejut bukan main, ketika mendapati cowok yang tadi pagi memboncenginya.
Meskipun begitu, Kana tersenyum lega. Seenggaknya yang membuka pintu itu bukan Crista atau dalang-dalangnya.
Cowok itu mendekat ke arah Kana dengan ekspresi terkejutnya. Dia berdiri di depan Kana. Hanya berdiri, tidak menolong Kana.Kana mengutuk cowok itu dalam hati, dia menendang kaki cowok itu.
"Awww, lo gila ya? Eh iya gue lupa, lo kan emang gila." Cowok itu terkekeh dengan ucapannya sendiri.Tiba-tiba cowok itu berjalan ke arah belakang Kana. Entah apa maksudnya. Kana bergidik ngeri ketika cowok itu mendekatkan wajahnya pada telinganya.
"Untung aja ada gue, coba kalau gak, lo udah jadi apa disini?" kata cowok itu tepat di samping telinga Kana.
Cowok itu membuka ikatan kain di mulut Kana. Kana bernafas lega, lalu mengucapkan syukur kepada semesta. Setelah membuka ikatan itu, cowok itu berjalan ke depan Kana.
"Baju lo kenapa basah gini? Lo abis diapain?!" tanya cowok itu dengan nada sedikit membentak.
Kana menatap ke arah cowok itu,"makasih."
Cowok itu tersenyum,"sama-sama. Selow aja sama cogan macam gue mah. Btw gue tanya lagi, kenapa lo bisa begini? Ini apa juga, ember? Kenapa ada disini? Lo abis mandi ember tumpah? Hah?!" tanya cowok itu sambil mengangkat ember yang tadi Kana tendang.
Kana menghela nafas berat,"tanya nya satu-satu," katanya, "ember itu, dan air di belakang kursi itu, jadi tadi ada kakak kelas yang nyiram aku." lanjutnya sambil menunjuk genangan air di belakang kursi.
"Kenapa dia bisa nyiram lo? Lo ada salah sama dia?" tanya cowok itu dengan wajah penasarannya.
"Gak ada." Kana menggelengkan kepalanya.
"Lalu, kenapa dia nyiram lo, dan ngurung lo disini?" tanya cowok itu lagi-lagi. Kana jadi berfikir jika cowok itu adalah wartawan. Kenapa cowok itu sangat kepo sekali dengan kejadian ini? Bahkan, dia kenal namanya saja belum.
"Kepo." Cowok itu berdecak sebal, sedangkan Kana terkekeh.
Cowok itu menatap Kana sebal,"gue gak mau ya lo kenapa-napa, mending sekarang lo ganti baju aja sana, gue bakal bilang kepala sekolah atas kejadian ini. Biar tuh kakak kelas yang bully lo dihukum, mungkin kalau bisa dikeluarin dari sekolah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...