Bab 51•Sepeda

613 35 1
                                    

Angin pagi menerpa kulit Kana. Memberikan hawa dingin pada tubuhnya. Gadis itu lupa memakai jaketnya yang tadi malam dibelikan oleh Abang nya, Bimo.

Kana berlari, mengejar Bimo yang sudah berlari duluan meninggalkan dirinya. Nafasnya sudah tidak teratur. Cowok di depan nya memiliki kaki yang sangat panjang, sehingga langkahnya lebar-lebar.

"Lama banget lo, lari apa merayap?" tanya Bimo sambil menoleh ke belakang melihat Kana yang sekarang sedang mengatur nafasnya agar kembali stabil.

"Langkah kamu lebar-lebar." Kana menatap kesal ke arah Bimo.

"Yaiyalah, gue tinggi. Emangnya elo, bogel."

Bimo berjalan menghampiri Kana yang sekarang menatapnya makin kesal. Cowok itu terkekeh, lalu mengacak pelan rambut Kana.

Kana semakin kesal dengan Bimo. Sekarang rambutnya sudah berantakan akibat Bimo yang mengacak-acaknya. Bimo menarik tangan Kana untuk berlari lebih cepat.

Tetapi tiba-tiba, langkah cowok itu terhenti.

"Lo kedinginan ya?" tanya Bimo. Kana menggeleng.

"Engga apaan! Ini tangan lo pada dingin! Lo pikir gue gak tau!"

"Dikit," balas Kana.

Bimo menghela nafas pelan,"udah gue bilang, pakai jaketnya. Kedinginan kan lo sekarang! Nih pake jaket gue aja." Bimo melepaskan jaket yang melekat pada tubuhnya lalu memberikannya pada Kana.

Kana menerimanya dengan sedikit tak enak hati. Tak enak hati jika harus membiarkan Bimo yang kedinginan.

"Gue udah biasa sama dingin, jadi gausah khawatir" kata Bimo yang sepertinya bisa membaca pikiran Kana.

Kana memakai jaket Bimo yang cukup besar dibadannya. Bimo terkekeh melihat penampilan Kana sekarang. Jaket yang kebesaran, pipi yang chubby, dan rambut hitam sebahu dikuncir kuda.

Kalau saja bukan adik, sudah Bimo culik untuk menjadi pacarnya.

"Ayo, lari lagi," ajak Kana. Bimo mengangguk lalu menggenggam tangan Kana dan berlari bersama gadis itu.

☕☕☕

"Gue mau ke warung depan komplek, lo jangan ganggu."

Dodo melepaskan tangan Didi kasar dari pundaknya. Cowok itu kesal karena kembarannya terus-terusan memegang pundaknya.

Didi berdecak,"yaudah deh, gue nitip air putih ya satu."

"Air putih banyak di rumah, ngapain lo beli lagi." Dodo berdecak sebal.

"Di rumah ada nya air bening, bukan air putih," balas Didi

"Lah, lo pikir di warung ada nya apa?" tanya Dodo.

"Air putih," jawab Didi.

"Ga ngerti lagi gue," kata Dodo sambil mengelus dadanya. Berusaha sabar memiliki kembaran seperti Didi.

☕☕☕

Gadis itu berjongkok, untuk mengikat tali sepatu berwarna biru nya. Sebuah minuman dingin menempel di pipinya, membuat nya tersentak karena kaget dengan dinginnya minuman tersebut.

"Baik kan gue?" Kana menoleh ke arah Bimo yang sedang menaik turunkan alisnya.

"Makasih abang," kata Kana sambil bangun dari jongkok nya.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang