Bab 7 •Peluk?

1.8K 121 17
                                    

"Yaudah biar gak jatuh peluk aja. Nanti kalo udah jatuh kan gak bisa meluk."--Didi

———

"Makasih," kata Kana pada Dodo yang mengantar nya pulang.

Sekarang jam 17.00, Kana yang baru saja pulang dari rumah Dodo setelah belajar bareng pun, buru buru membasuh badan nya yang sudah penuh dengan keringat.

Setelah mandi, Kana menyiapkan makan sorenya. Tetapi untung saja, pas dia pulang ayam goreng dan nasi putih sudah tersedia dia meja makan nya. Dia sudah menebak, bahwa makanan itu dibuat oleh Bu Tri, seorang wanita paruh baya yang sudah menganggap nya seperti anak sendiri.

Kana pun juga, sudah menganggap Bu Tri seperti Ibunya sendiri. Sebetulnya, Kana tak tau pasti ibu dan ayah kandung nya meninggal karna apa. Tetapi Bu Tri cerita padanya, saat Kana berusia 7 tahun, Kana dan keluarganya mengalami kecelakaan. Terjerumus masuk ke jurang. Pada saat itu, Bu Tri hanya menemukan Kana di semak semak. Sedangkan, Bu Tri tidak tau dimana ayah dan Ibu Kana. Maka dari itu, warga menyimpulkan kalau kedua orangtua Kana sudah meninggal di tempat kejadian.

Setelah menemukan Kana, bu Tri dan warga lainnya cepat membawa Kana ke rumah sakit di dekat tempat kejadian. Setelah dokter memeriksa keadaan Kana, dokter mengatakan bahwa Kana mengalami amnesia. Dia lupa ingatan, sampai sekarang ini. Hal itu yang membuat Kana lupa dengan semua kejadian masa kecilnya.

Krekk

Suara pintu rumah terbuka terdengar. Menandakan ada seseorang masuk kedalam rumah tersebut. Sebetulnya, ini bukan rumah Kana. Melainkan rumah Bu Tri. Tetapi Kana diizinkan untuk tinggal disini selama yang dia mau.

"Kana," panggil bu Tri. Karna ternyata dia lah yang masuk.

"Iya bu?" sahut Kana. Dia yang sedang belajar pun menghentikan kegiatan belajarnya, lalu menghampiri bu Tri.

"Kamu dari mana saja tadi? kok baru pulang jam 5 sore?" tanya Bu Tri.

"Kana habis belajar bareng teman bu. Kana dan dia akan ikut olimpiade di Universitas Negeri Bandung, dua minggu yang akan mendatang, insyaAllah." jawab Kana.

"Wahh selamat nak," puji Bu Tri.

"Aamiin bu, makasih. Ini semua berkat doa ibu juga," kata Kana.

"Ini berkat usaha mu nak. Ibu bangga sama kamu." kata Bu Tri.

"Bu, Kana dekil ya?" tanya Kana.

"Kata siapa nak? Gak! Kamu gak dekil kok. Kamu cantik," jawab bu Tri sambil mengelus pipi Kana.

"Di sekolah, banyak yang bilang kalau aku dekil. Bahkan Ada yang sampai mengatakan kalau Kana itu pengemis, pemulung dan lain lain," kata Kana sambil tersenyum miris.

"Jangan dengarkan orang lain nak. Kamu yaa kamu. Mereka ya mereka. Jadikan ujian mu sebagai motivasi untuk dirimu sendiri. Terus bangkit, jangan dengarkan cacian dari orang lain," kata Bu Tri sambil menepuk nepuk bahu Kana.

"Makasih bu," ucap Kana sambil memeluk Bu Tri.

"Iya cantik."

"Ih ibu bisa aja."

"Oh ya nak. Ibu dengar dengar dari tetangga sebelah, kamu pulang diantar cowok yaaa?" tanya Bu Tri dengan nada menggodanya.

"Iya, Itu kan teman belajar ku bu, Ishh" kata Kana kesal.

"Yakin?"

"Iyaaaaa."

———

06.15.

Seperti biasa, sekarang adalah waktu yang Kana gunakan untuk berangkat sekolah. Butuh waktu 20 menit untuk ia sampai ke sekolah.

Tiiiinnnn

Suara klakson motor terdengar nyaring ditelinga Kana. Dia pun menoleh, melihat motor ninja yang berhenti di sampingnya.

Pengendara motor tersebut pun membuka helm Fullpace nya, memperlihatkan wajah tampannya.

"Bareng yuk?!" ajak pengendara motor itu pada Kana.

"Dodo ya?" tanya Kana karna dia hafal sekali dengan muka pengendara itu.

"Eh kutu kupret! Gue Didi!" jawab pengendara motor tersebut yang ternyata dia adalah Didi. Kesambet apaan Didi sampai mengajak Kana berangkat bareng?

"Lho? Didi? Aku kira Dodo. Didi kembarannya Dodo kan ya?" tanya Kana lagi lagi.

"Iyee, udeh naek aja mumpung gue baik nih, " kata Didi sambil menaik turunkan alisnya.

"Gak mau," tolak Kana.

"Lah? Ngapa emangnya? Gue bau ya? Yahh minyak wangi si Dodo sialan nih," kata Didi sambil mengendus-endus baju nya sendiri.

"Gak gitu kok," jawab Kana.

"Trus kenapa?" tanya Didi semakin penasaran karna cewek itu menolak nya mentah mentah.

"Hmm gapapa sih, gak mau aja."

"Kalau lo gak mau, gue bakal ikutin lo jalan pake motor tapi gak di gas," kata Didi. Sumpah, Didi sendiri tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba begini. Kesambet apaan dirinya? Mimpi apaan ia semalam? Apakah mamahnya salah kasih menu makan, yang seharusnya punya Dodo menjadi punya nya? Maybe.

"Yaudah, yang capek kan kamu bukan aku," kata Kana santai lalu melanjutkan perjalannya ke sekolah. Didi pun mengikuti nya menggunakan motor yang tidak di gas. Hal itu membuat kakinya pegal karna motor nya itu sangat berat. Gimana gak berat? Namanya aja motor ninja.

"Ishh nih cewek ya di baikin malah ngelunjak," kata Didi.

"Emang yang minta diantar siapa?" tanya Kana.

"Ya seenggaknya lo hargai orang yang udah baik sama lo dong. Jangan kek gini. Cape tau gak gue!" kata Didi kesal sendiri. Kana yang mendengarnya pun menjadi tak enak hati pada Didi.

"Yaudah aku mau," kata Kana.

"Mau apa?" tanya Didi.

"Ishh. Tau ah!"

"Eh-i-iya iya. Yaudah naik!" perintah Didi sambil tersenyum sumringah.

Kana pun menaiki motor Didi dengan susah payah. Karna motor itu terlalu tinggi untuknya yang berbadan mungil.

"Motor nya tinggi banget! Aku susah naik nya!" kata Kana kesal karna sedari tadi dia naik tapi jatuh lagi, begitu saja seterusnya.

"Pegang tangan gue." kata Didi sambil memberi tangan nya agar mempermudah Kana untuk naik ke motornya.

Kana pun dengan ragu memegang tangan Didi lalu menaiki motor Didi dengan hati hati. Akhirnya ia bisa naik juga ke motor tersebut.

"Udah?" tanya Didi.

"Udah." jawab Kana.

"Yaudah turun." ucap Didi.

"Apaan sih?"

"Kan tadi kata nya udah?"

"Tau ah yaudah aku turun nih!"

"Eh jangan jangan. Gue bercanda tadi." cegah Didi sambil menunjukan senyum manisnya pada Kana.

"Mirip banget senyuman Dodo sih." -batin Kana.

"Kalo jatuh peluk aja, gapapa kok." kata Didi lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Kan udah jatuh, gimana mau peluk?" tanya Kana heran.

"Yaudah biar gak jatuh peluk aja. Nanti kalo udah jatuh kan gak bisa meluk." kata Didi sambil melirik Kana yang sedang bllushing lewat kaca spionnya. Didi yang melihatnya pun tertawa kecil. Lucu. Katanya dalam hati.

———

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang