"Kita mau kemana?" Tanya Kana setelah sudah berada di dalam mobil milik Didi. Kejadian tadi di rumah, masih terbayang-bayang di pikiran Kana. Diam-diam Kana tersenyum sendiri, Didi yang menyadari Kana sedang tersenyum pun ikut tersenyum. Dia tahu, gadis itu sedang mengingat kejadian dirumahnya tadi.
Flashback on.
Kana semakin gugup, ia semakin menggigit bibir bawahnya. Detak jantungnya sudah berdetak tiga kali lipat cepatnya.
Masalah nya, tatapan Didi sekarang sangat dalam, senyum diwajahnya semakin melebar. Bagaimana tidak gugup? Wajah Didi yang tampan terpampang jelas dihadapannya. Ah, Kana tidak sanggup lagi menjelaskannya.Tiba-tiba, wajah Didi semakin mendekati wajah Kana. Kana yang menyadari itu pun tersentak kaget. Detak jantungnya menambah cepat, rasa gugupnya pun semakin bertambah. Didi menutup matanya, sambil memajukan wajahnya mendekati wajah Kana. Kana yang menyadari itu menutup matanya sambil menggigit bibir bawahnya.
5 detik berlalu, tak ada kejadian apapun. Kana membuka matanya perlahan. Tak lama, terdengar gelak tawa dari Didi.
"HAHAHAHA.." Fiks, sekarang Kana malu. Didi tak henti-hentinya tertawa. Karna kesal, Kana refleks mencubit perut Didi yang membuat Didi menghentikan tawanya, lalu meringis.
"Ngapain ketawa? Hah?!" Tanya Kana dengan nada tingginya karna kesal.
"Muka lo lucu.." Jawab Didi sambil menahan tawanya. Mendengar jawaban Didi, Kana memajukan bibirnya beberapa centimeter.
"Kenapa? Tadi gugup ya?" Pertanyaan itu berasal dari Didi yang membisikan Kana, tepat di telinganya.
"Kenapa diam? Gugup ya?" Tanya Didi lagi.
Sial, Kana semakin gugup. Wajah Didi yang menggodanya semakin membuat Kana ingin menamparnya.
"Tadi ngapain ikut merem? Lo pikir gue mau nyium lo ya? Hayo ngakuuu!!" Tanya Didi konyol.
"Apaan sih! Galucu bercanda nya!" Kesal Kana lalu membuang mukanya. Didi terkekeh melihat tingkah gadis itu.
"Kana..." Panggil Didi. Tapi Kana tetap tidak menoleh. Ia masih tetap membuang muka.
"Woi Kana!" Panggil Didi sekali lagi. Karna gemas dengan tingkah Kana seperti itu, Didi mencium pipi kiri Kana.
Cup.
Kana tersentak kaget, lalu memalingkan wajahnya menghadap Didi. Didi tersenyum kemenangan, karna ia berhasil membuat Kana menoleh menghadapnya.
"Kenapa? Kaget ya?" Tanya Didi dengan tampang tak berdosa.
"Apaan sih kamu! Kenapa nyium segala coba?!" Omel Kana semakin kesal.
"Hehe maaf, abisnya lo gue panggil ga nengok-nengok. Eh giliran gue cium baru nengok kan. Oohhhh jangan-jangan lo sengaja gak nengok biar gue cium? Iya kan? Ngaku hayo?!"
"Apaan sih Didi, ga jelas tau!" Elak Kana.
"Apa? Mau gue cium lagi? Sini sini" Didi memajukan bibirnya mendekati pipi Kana. Dengan cepat Kana menabok wajah Didi membuat Didi tersentak lalu memundurkan wajahnya.
"Aishhhh jahat ya!"
"Siapa suruh kayak gitu, kesel kan akunya!"
Flashback off.
"Didi!!" panggil Kana dengan menaikkan oktaf suaranya.
"Hm?" sahut Didi santai. Tanpa memalingkan pandangannya menatap jalan di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...