Dodo keluar dari supermarket, dengan kedua tangan yang memegang kantong plastik besar, ya tentu, itu semua isinya pembalut yang dipesan Kana.
Kana mengernyit heran,"Dibeli semua?" tanya nya, lalu mendapat anggukan dari Dodo.
"Kenapa harus semuanya sih Do? Astaga, beli 1 pack aja udah cukup buat aku." Kana memijit pelan pelipisnya. Sedangkan Dodo hanya menyengir seperti kuda.
"Udah lo gak usah ngomel, gue gak tau. Lagian supermarket masih banyak kok stok pembalut," ucap Dodo lalu memberikan kantong plastik besar itu kepada Kana. Kana mengambil kantong plastik itu dengan pandangan tak habis pikir.
"Ya gak gitu juga, aku gak mau boros aja."
"Yang beliin siapa? Gue kan? Yaudah berarti gue yang boros, bukan lo," ucap Dodo, dia pun menaiki motor ninja nya,"Naik!" Perintahnya pada Kana.
Kana menaiki motor ninja itu dengan bibir yang majukan beberapa Sentimeter.
"Udah gausah monyong-monyong gitu, mirip bebek lo." Gadis itu memukul punggung Dodo keras, membuat Dodo meringis kesakitan sambil memegangi punggung nya yang dipukul.
"Maap," kata Kana merasa bersalah ketika melihat wajah Dodo yang kesakitan sambil memegangi punggung.
Dodo tersenyum,"Gak papa."
Detik berikutnya, dia menjalankan motornya membelah jalan raya. Hari ini jalanan cukup lancar, tidak terlalu rame, juga tidak terlalu sepi. Angin bersiul membuat udara menjadi sedikit dingin, karena hari sudah menuju sore.
Dodo memegang tangan Kana yang mencengkeram jaketnya, lalu ia menarik tangan gadis itu untuk melingkar di pinggangnya.
"Pegangan, nanti jatuh." Kana mengangguk, Dodo pun tersenyum. Ia bersiul mengikuti angin, sambil menyanyi kecil dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
"Kita ke taman dulu," ucap Dodo lalu mendapat balas tatapan heran dari gadis di belakangnya, Kana.
"Ngapain?" tanya Kana. Dodo melihat ke arah kaca spion, wajah Kana bingung, membuat Dodo terkekeh kecil.
"Gak ngapa-ngapain, gue udah jarang banget ke taman. Lo mau kan kita duduk aja disana?" tanya Dodo, sekilas menoleh ke arah belakang.
Kana mengangguk,"Yaudah."
Melihat anggukan Kana, Dodo tersenyum senang. Seenggaknya, dia masih mempunyai waktu berdua dengan gadis itu. Ya, walaupun, gadis itu adalah pacar kembarannya. Tapi apa boleh buat? Perasaan nya kepada gadis itu datang dengan sendirinya. Jadi, yang salah siapa? Bukan kah kita tidak boleh menyalahkan perasaan? Karena kita sendiri tidak bisa menentukan kepada siapa perasaan ini tersimpan.
Seiring berjalannya waktu, semuanya akan terjawab. Tunggu saja nanti.
❣❣❣
Dilain tempat, seorang gadis menuruni anak tangga rumahnya. Dengan rambut digerai, berpakaian celana jeans panjang dan sweater merah yang melekat pada tubuhnya. Tak lupa, sepatu kets berwarna merah yang senada dengan sweaternya. Gadis itu memakai make-up yang bisa disebut natural, dengan sedikit polesan bedak, lipglos, maskara, dan blush on yang menghiasi wajahnya, membuat penampilannya dapat dibilang cantik.
"Mah, aku mau ke luar ya sebentar," ucap gadis itu dengan suara cukup teriak, supaya terdengar oleh mamahnya yang sedang arisan.
"Kemana sayang?" tanya Dewi, Mamahnya gadis itu.
"Aku mau beli make-up, make-up ku sudah habis," jawab gadis itu sambil melangkah mendekat menuju mamahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Подростковая литература[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...