Bab 46•Selingkuh?

859 44 10
                                    

Didi memakai kaos putih, jeans berwarna hitam dan jaket abu-abunya. Cowok itu menyisir rambutnya menggunakan jari-jari nya. Dia berdiri di hadapan cermin besar kamarnya.

Tangannya merogoh ke dalam laci di dekat sana, mencari sebuah botol yaitu botol minyak wangi. Ketika dapat, cowok itu langsung menyemprotkan ke jaket dan bajunya.

Sore ini, janjinya dengan Bunda nya harus ia tepati. Dia tidak tau mengapa Bunda nya memintanya untuk diantar ke rumah Crista, padahal sopir rumahnya sedang gabut.

Sebuah ketukan terdengar di telinganya, Didi yakin itu pasti Bundanya.

Didi berjalan ke arah pintu kamarnya, lalu membuka pintu tersebut.

Bundanya tampak melongo,"cakep banget sih anak gue, coba kalau bukan anak, udah gue pacaran ni."

"Biasa aja," kata Didi. Cowok itu berjalan santai meninggalkan Bundanya yang masih melongo melihat penampilannya. Padahal, biasa saja menurutnya. Bundanya memang terlalu berlebihan.

Didi membuka pintu mobilnya, tak lama, Diana masuk dan duduk di kursi sampingnya.

"Kenapa minta anterin Didi sih? Pak Usman kan lagi gabut, Didi mager tau ikut ngumpul sama ibu-ibu." Diana menoleh ke arah anaknya yang bicara seperti itu.

"Kamu mau nanti Bunda digenitin sama Pak Usman, terus Bunda selingkuh sama dia?"

"Selera Bunda rendah banget kalau sampai gitu." Diana menggelengkan kepalanya.

Didi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Rumah Crista tidak terlalu jauh dengan rumahnya. Hanya berbeda beberapa kilometer saja. Mungkin, 2 kilometer.

Saat sudah sampai di depan gerbang rumah Crista. Seorang satpam membukakan gerbang tersebut. Tak lama, ibu-ibu kekinian menghampiri Diana. Sambil cipika-cipiki dulu sebelum ngobrol.

Didi mengikuti perkataan Bunda nya. Ia memasuki rumah Crista dan langsung duduk di sofa ruang tamunya.

Didi merogoh saku celananya, mencari sebuah ponselnya yang tadi sengaja ia charger agar sekarang dia tidak bosan menunggu Bundanya.

Sekarang dia fokus dengan ponselnya yang ramai dengan notif dari Instagram.

"Topik itu lagi," batinnya mengeluh saat melihat banyak akun yang mengetag akunnya dari video Kana dan Bimo.

Didi keluar dari aplikasi Instagram. Dia beralih ke gamenya. Tidak fokus dengan game akibat video Instagram tadi, Didi kesal. Cowok itu sengaja menekan layar ponselnya dengan keras.

"Bun, bosen nih, Didi pulang aja ya? Nanti Bunda minta jemput Pak Usman aja." Diana yang sedang asik mengobrol dengan Dewi -Ibunda Crista- pun menoleh ke arah Didi dengan tatapan kesal.

"Kamu ini mau durhaka sama Bunda?" tanya Diana.

Didi menggeleng,"nggak."

"Yaudah jangan kabur. Tungguin Bunda sampai selesai ngobrol." Didi menghela nafas pelan, lalu menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Kalau kamu bosen bisa ke atas, di sana ada ruang musik, kamu boleh ngapain aja disana." Suara Dewi terdengar. Didi menoleh ke arah wanita itu.

"Iya? Yaudah Tan, saya ke sana ya." Dewi mengangguk. Didi bangun dari duduknya lalu menaiki anak tangga rumah itu. Matanya menangkap ruangan paling pojok,
sebuah pintu bertuliskan 'Music' mengundang perhatiannya. Didi berjalan mendekat ke arah pintu tersebut. Dia membuka pintu itu, pandangannya takjub melihat isi ruangan tersebut.

Banyak sekali alat musik, berupa piano, gitar, biola, mic, keyboard, dan sebagainya.

Didi berjalan semangat ke arah gitar. Cowok itu mengambil gitarnya. Dia tampak berfikir sebentar untuk menentukan lagu apa yang akan ia mainkan.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang