Bab 25•Not yet aware

961 45 0
                                    

Sebuah keluarga sedang berkumpul di ruang tamu rumahnya. Seorang wanita paruh baya berjalan berbolak-balik sambil memijit pelan pelipisnya. Rasa khawatirnya tidak bisa dibendung ketika anak lelakinya belum pulang disaat jam sebelas malam.

"Bunda khawatir! Bunda khawatir Didi kenapa-napa," racau Diana hingga matanya tak dapat membendung air mata.

"Bunda tenang aja, Dodo bakal cari Didi.
Terakhir Dodo ketemu Didi pas Didi lihat Dodo lagi jalan sama pacarnya," ucap Dodo bercerita tentang kejadian tadi di taman.

"Didi..punya pacar?" tanya Diana, Dodo mengangguk.

"Kamu jalan sama pacar Didi?" tanya Diana lagi namun kali ini nada bicaranya lebih tinggi dari yang sebelumnya.

Dodo mengangguk,"Iya."

"Astaga Dodo kamu ini apa-apaan sih, itu pacar Didi, kenapa kamu ajak jalan?"

"Dodo cuma kasihan sama dia Bun, dia jalan sendirian buat ke supermarket, kebetulan pas itu Dodo juga lagi mau keluar, yaudah Dodo ajak dia aja," jelas Dodo, Diana mengerti, dia pun mengangguk.

"Apa Didi menghilang gara-gara Dodo ya Bun?" tanya Dodo dengan suara di pelankan, dapat terdengar suaranya seperti orang merasa bersalah.

Diana menggeleng,"Gak nak, kita belum tau kenapa Didi menghilang."

Seorang pria berpakaian jas hitam dan kemeja putih, serta celana yang senada dengan atasannya, memasuki rumahnya. Pria itu datang dengan nafas terengah-engah, raut wajah kekhawatirannya tercetak jelas di wajahnya.

"DIDI KENAPA?! DIDI KENAPA?!" tanya nya pada Diana dan Dodo dengan suara yang sangat tinggi.

"Didi menghilang pah, dia belum pulang," jelas Dodo sambil berusaha menenangkan papahnya.

"Ini salah saya, maafkan saya." Fredo mendudukkan tubuhnya di kursi ruang tamu, dia mengacak rambutnya frustasi.

"Maksud papah?" tanya Dodo tak mengerti, dia menghampiri papahnya yang sangat terlihat frustasi.

"Maafin papah, papah yang salah."

"Kamu kalau ngomong yang jelas! Saya tidak mengerti!" Pekik Diana yang sekarang sudah menghampiri suaminya.

Fredo mengusap wajahnya gusar,"Didi lihat saya jalan dengan perempuan, dia marah dengan saya, dia menuduh saya selingkuh dari kamu, saya marah saat itu, saya berani-beraninya bentak dia di saat itu."

"APA KAMU BILANG?! KAMU GILA?!" Teriak Diana sambil mendorong bahu suami dengan cukup keras.

Fredo memegang tangan Diana,"Maafin saya."

"Terus sekarang Didi kemana? Bagaimana kalau dia kenapa-napa? Saya tau Didi itu cowok, bukan cewek. Saya tau. Tapi bukan berarti dia cowok, saya memberi kebebasan padanya. Saya mau Anda cari dia sampai ketemu, Fredo!" bentak Diana, kali ini air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia mengusap air mata yang turun ke pipinya dengan kasar. Setelah mendengar penjelasan dari suaminya, hati Diana seperti tertusuk ribuan paku. Didi hilang, dan itu karena Fredo, suaminya.

"Saya kecewa sama kamu Fredo, kamu bilang kamu ada meeting penting dengan klien, tapi apa?! Kam---"

Tringgg tringgg

Sebuah dering telepon rumah berbunyi nyaring memenuhi ruangan. Semuanya terpaku pada telepon tersebut, Dodo melangkah untuk menjawab telepon tersebut.

"Halo apa saya berbicara dengan keluarga yang bernama Revaldi Adhitama?" Ucap seseorang di seberang sana.

"Ya, saya keluarganya," sahut Dodo.

"Maaf pak, ada kabar buruk mengenai saudara Revaldi, saudara Revaldi di temukan tidak sadarkan diri di sebuah jurang yang berada di jalan pur---"

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang