Crista, gadis itu melempar tas nya asal ke meja di hadapannya. Sebuah ponsel milik temannya yang disana jatuh, akibat lemparan tas Crista. Steffani memekik kencang karena sekarang ponselnya tergeletak di lantai. Jangan tanya lagi dengan keadaan bagaimana, layar ponsel itu sudah retak. Entah ponselnya bisa menyala lagi atau tidak.
Steffani mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai. Gadis itu memekik ke arah Crista yang sedang menatapnya dengan wajah datar.
"Sialan lo Cris, liat nih ponsel gue mati bego!" pekik Steffani. Crista menanggapinya dengan kedua bahu yang diangkat acuh.
"Eh, ada apaan sih?" tanya Bella yang baru saja datang ke sekolah. Gadis itu langsung melontarkan pertanyaan karena kedua temannya ribut di dalam kelas.
"Ini nih, si Crista lempar tasnya ke meja. Dan ponsel gue jatoh karena kegeser sama tas dia," jelas Steffani. Bella hendak berbicara, namun Crista memotongnya.
"Siapa suruh lo naruh ponsel sembarangan," balas Crista acuh.
Steffani menggeram. Untung saja yang sekarang ini berurusan dengannya adalah teman masa kecilnya.
"Ishh untung temen ya lo!"Tiba-tiba sebuah ponsel jatuh di meja yang berhadapan dengan Steffani. Ponsel itu milik Crista, ponsel keluaran baru yang baru saja dibeli nya kemarin malam.
"Apa ni?" tanya Steffani tak mengerti.
"Ambil, buat lo," jawab Crista enteng. Mata Steffani melebar, dengan mulut sedikit terbuka.
"SERIUSAN?"
Crista mengangguk,"hm, gausah norak gitu ah, bukan temen gue namanya!"
"HOLKAY MAH BEBAS YA STEF!!" teriak Bella yang sedari tadi menyimak percakapan antara Crista dan Steffani.
Tiba-tiba Crista menarik kedua pergelangan tangan temannya. Gadis itu mengajak temannya pergi ke atas rooftoop yang biasa mereka gunakan untuk merencanakan sesuatu.
"Kenapa sih? Ada apa lagi?" tanya Steffani tak mengerti karena temannya tiba-tiba menarik tangannya.
"Iya, ada apaan sih?" pertanyaan itu kali ini terlontar dari mulut Bella. Gadis itu juga sama halnya tak mengerti seperti Steffani.
"Gue ada rencana," ucap Crista membuka pembicaraan.
"Rencana apa lagi?" tanya Steffani dan Bella bersamaan.
"You know lah." balas Crista dengan senyuman miringnya.
"Didi sama si Kana lagi?" tanya Bella.
"Hm."
"Lo bener-bener gak bisa lupain rasa suka lo ke si Didi ya Cris?" tanya Bella lagi.
Crista menoleh ke arah Bella,"lo pikir gampang?"
"Gue tau mungkin gak gampang, tapi apa salahnya kalau lo mencoba?" tanya Bella lagi-lagi.
"Lo minta dipecat dari teman gue?" tanya Crista kesal.
"Oke-oke gue minta maaf, so, rencana lo apa lagi?"
"Pulang sekolah, lo bujuk tuh bocah dekil buat pulang bareng lo, gue sama Steffani siapin tempat yang pas buat ngebully dia," jelas Crista pada Bella. Bella hanya mengangguk sambil berusaha memahami.
"Ingat, gak boleh ada yang tau aksi pembullyan kita. Lo tau sendiri kan kalau sampai ada yang lapor kita ke kepala sekolah, kita bisa dikeluarin dari sekolah ini?" Bella dan Steffani mengangguk, setuju dengan ucapan Crista.
Selama ini, memang sudah banyak yang tau kalau Crista dan teman-temannya adalah Queen bully. Tetapi mereka semua tidak berani melapor ke kepala sekolah, karena Crista dan teman-temannya gak akan segan-segan memberi hukuman kepada orang yang berani melapornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...