"Kenapa sih, cowok itu kebanyakan tinggi-tinggi?"
"Kenapa sih, kok cowok lebih kuat dari pada cewek?"
"Kenapa sih, kalau cowok pelukan malah kelihatan kayak homo, kalau cewek pelukan malah biasa aja."
"Aku bingung ya, kata Cici, cewek itu gengsi buat nanya kabar duluan. Tapi, kok aku biasa aja? Malah menurut aku itu lebay, cuma nanya kabar aja kok gengsi?"
Beberapa pertanyaan tersebut keluar dari mulut Kana. Sekarang gadis itu sedang mengoceh tidak jelas, dan sesekali melontarkan pertanyaan aneh di akhir ucapannya. Kedua cowok yang ada di dalam satu ruangan yang sama dengan Kana, memijit pelipisnya pelan.
"Karna lo bukan cewek! Makanya lo gak gengsi buat nanya kabar duluan!" celetuk Bimo menjawab pertanyaan Kana yang terakhir.
Kana mendengus kesal mendengarnya,"kalau aku bukan cewek, kenapa kamu manggil aku cantik terus? Emangnya ada cowok cantik?"
Mampus. Bimo gelagapan. Cewek itu terlalu pintar membalas ucapannya.
"Didi jawab dong, kenapa ya aku pendek? Padahal kan aku pengen tinggi, biar kalau ngomong sama kamu gak perlu jinjit," kata Kana dengan nada memelas.
Didi terkekeh lalu mengacak rambut Kana pelan,"tapi gue sukanya cewek pendek, kayak lo."
"Tapi kan aku malu, kalau jalan sama kamu, aku berasa jadi kurcaci," celoteh Kana tak ada habis nya.
"Ya enggak gitu juga lah sayang." Didi mengacak-ngacak rambut Kana lagi. Kana pun kesal dan memajukan bibirnya beberapa sentimeter ketika rambutnya berantakan gara-gara Didi.
"Lo berdua alay," celetuk Bimo.
Kana dan Didi menoleh ke arah Bimo.
"Sirik aja jomblo," kata Didi pada Bimo."Pacaran noh sama tembok," kata Kana pada Bimo.
Bimo mengusap dadanya berusaha sabar.
"Eh asal kalian tau ya, gue gak jomblo!"Didi dan Kana menoleh ke arah Bimo dengan wajah tak percaya.
"Ah gak mau ngaku lo, emangnya mana pacar lo?" tanya Didi."Nih, yang lagi baca cerita ini," jawab Bimo sambil mengedipkan sebelah matanya.
"NGAREP!" kata Kana dan Didi bersamaan.
❣️❣️❣️
Dilain tempat, seorang cewek sedang duduk di bangku taman. Cewek itu menunggu seorang cowok yang tadi berjanji akan ke tempat itu.
"Mana sih si kelabang lama bangat," gumam Cici sambil melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Cewek itu Cici. Dia sedang menunggu Fero yang tadi menjanjikannya untuk ke taman ini dan membicarakan sesuatu.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu Cici.
"Eh, lo Cici kan?" tanya cowok dari belakang Cici. Cici menghiraukannya karena dia sibuk dengan ponsel nya."Bukan, gue selena gomez," jawab Cici masih fokus pada ponselnya. Dia tidak sadar kalau orang tadi sudah berada di samping nya.
"Oh gitu, kenalin, gue manurios," kata cowok itu dengan senyuman lebar di bibirnya.
Cici menoleh ke arah cowok itu,"manurios your head, muka kayak tukang bubur di rumah gue aja bangga."
Cowok itu terkekeh,"masa ganteng gini mirip tukang bubur, eh asal lo tau ya, gue ini Fero, cowok paling ganteng sekomplek mawar." Ya, cowok itu adalah Fero.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Ficțiune adolescenți[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...