Pagi ini cuaca kota Bandung cukup dingin. Langit yang cerah tertutupi awan hitam. Sepertinya sebentar lagi akan hujan. Berbagai kendaraan beroda dua, ataupun roda empat, bahkan roda tiga, melintasi jalan raya dengan rapi.
Kana berjalan melewati setiap bangunan untuk sampai ke sekolahnya. Hari ini mood nya buruk, bahkan semalam, ia tidak tidur. Waktunya hanya dihabiskan untuk memikirkan keadaan pacarnya, yaitu Didi.
Setelah melihat keadaan Didi yang dinyatakan koma, Kana jadi tidak mood untuk ngapa-ngapain. Ia hanya berdiam diri, lalu merenung memikirkan Didi.
Jam dua pagi, Kana diantarkan pulang oleh Dodo. Diana yang menyuruhnya. Sebab wanita paruh baya itu tak tega melihat keadaan Kana yang terus terbengong. Bahkan tidak mau berbicara sepatah kata pun.
Setetes air yang berasal dari langit terjatuh, mengenai hidung Kana. Kana mendongakkan kepalanya, menatap langit yang mulai turun hujan. Detik berikutnya, senyum kecil terbit dibibirnya. Kana menyukai hujan.
Tak lama, tetesan hujan semakin lebat. Orang-orang yang sedang berjalan pun berlarian untuk berteduh di suatu halte yang berada disana. Kana hanya melihat, tak ikut meneduh. Padahal, hujan sudah semakin deras. Kana mencengkram tali tasnya yang berwarna merah. Ia kembali mendongak menatap awan hitam itu. Tangannya meraba kunciran di kepalanya. Ia membuka kunciran itu, membiarkan rambutnya tergerai bebas.
"HOI CEWEK! GILA YA LO? INI HUJAN, LO BUKANNYA NEDUH MALAH MUTER-MUTER, NTAR MATI KEDINGINAN BARU TAU RASA!" teriak seorang cowok yang baru saja menghentikan motornya di samping Kana. Cowok itu menatap Kana heran.
Kana mengerutkan alisnya,"Kamu?" tanya nya lalu terkekeh.
"Elo? Ngapain lo disini? Bukannya sekolah malah main hujan-hujanan, dasar bocah," kata cowok tadi, lalu dibalas tawa kecil oleh Kana.
"Sekarang masih jam enam, gerbang sekolah ditutup setengah jam lagi." Kana merentangkan tangannya membiarkan air hujan menyentuh tubuhnya. Baju nya sudah basah, padahal ia mau bersekolah.
"EH GILA! GIMANA LO BISA SEKOLAH KALAU BAJU LO BASAH GITU?"cowok tadi menggelengkan kepalanya sambil menatap Kana.
"Terserah aku dong, baju-baju aku yang basah. Udah mending kamu pergi aja! Lihat tuh baju kamu juga basah." Kana mengibaskan tangannya, bermaksud mengusir cowok tadi agar segera pergi.
"Gue gak akan pergi kalau lo gak mau pergi bareng gue," balas cowok tadi dengan senyuman di wajahnya.
Kana menatapnya heran,"Maksudnya?"
"Ikut gue, biar gue antar ke sekolah lo!"
"Kamu bukan tukang ojek. Gausah antar-antar segala!" kata Kana, lalu terkekeh.
"Siapa bilang gue tukang ojek? Udah naik aja, gue gak terima penolakan!"
Kana menatap cowok itu dengan ragu-ragu.
"Gausah takut sama gue, gue bukan om-om pedopil, gue gak akan bawa lo ke rawa-rawa. Selow aja sih!" Cowok itu mendengus kesal ketika Kana melihatnya dengan tatapan curiga.
Kana terkekeh, lalu melangkahkan kaki nya untuk menaiki motor cowok itu.
Ketika merasa Kana sudah menaiki motornya, cowok tadi menjalankan motornya dengan kecepatan sedang untuk sampai ke sekolah Kana terlebih dahulu.
❣❣❣
"Makasih," kata Kana ketika sudah sampai di depan gerbang SMA Triyasa.
Cowok yang mengantarnya, menatap gedung SMA Triyasa dengan alis mengerut.
Detik berikutnya, dia tersenyum lalu menatap Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...