🌍Point🌞

294 26 3
                                    

Atlantika Matahari Putri bukanlah musuh yang seimbang dengan Arthik Bumi Dirgantara. Tika jauh lebih jago bermain basket. Karena, ia sudah menekuni ekskul ini sejak ia duduk di kelas 7 SMP. Dari ekskul itu, basket menjadi salah satu hobi dari seorang Tika. Ia sudah mencintai basket. Oleh karena itu, ia tidak akan membiarkan musuhnya menang. Ia akan terus merebut poin hingga musuhnya kapok bertanding dengannya.

🌍🌞

Di sisi lain, Arthik Bumi Dirgantara. Tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Atlantika Matahari Putri. Dulu, ia pernah menekuni ekskul basket saat ia duduk di kelas 10 SMA. Tetapi sekarang, ia sudah tak pernah menekuninya lagi. Andai Arthik masih menekuni ekskul tersebut. Pasti ia tidak akan kalah dengan Tika. Jika kalah pun, poinnya tak akan terpaut jauh. Arthik bisa-bisa saja bermain basket, tetapi tak sehebat Tika. Ia sering bermain basket saat jam istirahat dengan teman-temannya.

🌍🌞

Setelah Tika selesai Basket, waktu menunjukan pukul 15.00. Ia sangat senang karena telah menglahkan Arthik. Ia langsung menghabiska satu botol air mineral tanpa sisa setetespun. Sahabatnya hanya bisa diam karena mengetahui pasti Tika haus dan capek.

"Lo hebat Tik. Bisa ngalahin si Arthik." Ucap caca sambil menepuki lengan Tika sebanyak dua kali.

"Makasih ya Ca."

"Berarti... lo jauh lebih hebat Tik dari Arthik..." ucap Belva.

"Emm iya kali." Jawab Tika.

"Tapi inget... nggak boleh sombong,  selalu rendah hati dan sabar." Saran Hana.

"Tapi... gue akuin sih. Skill main basketnya Arthik lumayan juga. Dia kalo ikut ekskul basket, pasti dia bisa sehebat gue." Jawab Tika mengaku sambil memandang lurus ke depan. Tepat dimana Arthik dan kawan-kawannya berkumpul.

"Iya. Gue liat tadi, dia bisa ngimbangin lo juga kan?" Tanya Belva yang dijawab dua anggukan oleh Tika.

"Gue kayaknya mau usulin si Arthik ke pelatih basket gue di SMA Pandawa buat dia ikut basket deh." Ungkap Tika dengan nada datar dan tetap memandang ke satu arah. Yaitu Arthik.

"Seriusan lo?" Tanya Caca terlejut.

"Iya Tik? Lo serius? Bukannya lo punya dendam tersendiri buat Arthik karena dia udah ngelempar bola ke elo?" Hana begantian meracau.

"Tika? Lo nggak lagi sakit kan? Ha?" Tanya Belva sambil mengecek suhu badan Tika dengan menempelkan tangannya di dahi Tika.

"Apaan sih Bel?" Ucap Tika sambil menyingkirkan tangan Belva dari dahinya.

"Gue tu serius... malah di kek giniin." Keluh Tika sambil membuka botol air mineral baru kemudian meminumnya. Karena yang tadi sudah langsung ia habiskan.

"Lah lo aneh-aneh aja. Lo itu kan kayak nggak suka gitu sama si Arthik. Punya dendam kesumat kayaknya. Tapi... kenapa setelah lo tanding basket sama si Arthik lo jadi kek gini."  Jawab Belva.

"Lo..." Ucap Caca membuat ketiganya kepo dan serius.

"Lo... di pelet ya sama si Arthik?" Ucap Caca tiba-tiba.

"Hust lo tuh ya kalo ngomong, sembarangan aja. Kalo orangnya denger gimana?" Ungkap Tika sebal.

"Udah nggak jaman kali pake kayak gituan..." Tambah Belva.

Bumi VS MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang