Bel istirahat sudah meraung sejak lima menit yang lalu. Tentu saja Tika dan ketiga temannya tak mau menyia-nyiakan hal tersebut. Mereka sudah dipastikan berada di kantin untuk mengisi perut mereka dengan makanan kantin yang cukup mengganjal perut.
"Gue mo beli bakso ah." Kata Tika ketika sampai di ambang pintu kantin.
"Kalian mau beli apa?" Tak lupa meminta pendapat pada ketiga temannya sambil menatap ketiganya satu per satu."Gue juga bakso deh. Bingung mau beli apa." Komen Belva.
"Gue ngikut Caca aja deh." Kata Hana.
"Caca ngikut Allah aja." Ujar Caca dengan muka sok imut dan nada sok manis.
"Anjirr. Bener juga lo." Kata Tika tak percaya.
"Hana nggak boleh ngikut Caca. Hana harus ngikut sama Allah. Syirik Hana." Kata Caca sok imut lagi.
"Iyaaa.... nggak jadi. Nggak jadi. Bodo amatt. Gue mau beli bakso aja dah. Sono sono lo pergi." Hana malah merajuk karena diberi candaan receh oleh Caca.
"Yahh. Gitu doang ngambek. Jangan ngambek dong. Yaudah deh kalo gitu yang beliin bakso gue sama Belva deh." Caca pun membujuk Hana dengan sejuta rayuan dan bujukan. Dan akhirnya Hana setuju.
"Kok jadi gue sih?! Elo yang salah. Ngapa gue yang kena juga?" Kata Belva tak terima.
"Udahlah Bel. Skuy lah." Caca pun melangkah pergi ke warung bakso Pak Ndut setelah mendapat uang dari Tika dan Hana.
"Gue ama Hana tunggu di meja situ ya!" Kata Tika.
Sepuluh menit berlalu...
Akhirnya Caca dan Belva kembali dengan empat mangkok bakso dan empat gelas es teh.
"Thanks CaBel!" Kata Tika menyambut bakso dengan sumringah.
"Enak aja gabung-gabungin nama orang." Kata Caca tak terima.
"Iyain aja sih. Ribet." Kata Tika sambil mengaduk-aduk baksonya.
"Eh gue gabung ya." Kata seorang laki-laki yang tentu seluruh SMA Pandawa kenal siapa dia. Tentunya diikuti oleh ketiga temannya.
Tika dan ketiga temannya langsung mengerutkan alis mereka. Bingung. Entah apa yang terjadi.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Tika bingung karena tiba-tiba saja, Arthik dan ketiga temannya bergabung di meja Tika.
"Ya kan tadi gue udah bilang. Gue ikut gabung disini." Kata Arthik sambil mengaduk mie ayamnya.
"Bukannya lo punya meja kebesaran lo itu? Yang nggak boleh ditempatin ama siapapun?" Tanya Tika heran.
"Emang nggak boleh ya kalo gue duduk disini? Meja ini bukan punya lo juga kan?"
"Ya boleh aja sih. Entah apa yang merasukimu." Ceracau Tika yang membuat Arthik geleng-geleng kepala. Kemudian mereka melanjutkan makan mereka dengan berusaha santai saja. Dan tanpa sengaja, Tika dan Arthik duduk berhadap-hadapan.
"Eh iya Tik. Nanti kita jadi kan pulang bareng?" Pertanyaan konyol Arthik lantas mendapat pelototan dari Tika.
"Apaan sih lo? Kan gue udah bilang enggak. Ya enggak."
"Lo mau pulang bareng Arthik, Tik?" Tanya Hana meyakinkan sekaligus tak percaya.
"Enggak woi. Dia itu ngarang. Siapa coba yang mau pulang sama dia."
"Loh. Kan lo sendiri yang ngajakin gue balik bareng. Katanya lo pengen jalan sama gue." Pernyataan kedua Arthik membuat bola mata Tika akan keluar dari tempatnya dan Tika juga sedang meminum es tehnya tersedak tiba-tiba. Seluruh airnya ia semburkan pada wajah Arthik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi VS Matahari
Fiksi RemajaAtlantika Matahari Putri gadis manis yang biasa di panggil Tari oleh keluargannya. Karena suatu hal di waktu kecil, maka ia menjadi dipanggil Tari oleh keluargannya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya Tika. Disiplin, tomboy, dan taat dengan a...