Arthik berlari secara tergesa-gesa menaiki anak tangga menuju rooftop. Ia khawatir dengan tindakan gila yang dilakukan kekasihnya. Tika mendorong Fely hingga ia bergelantungan yang sangat membahayakan nyawanya. Padahal, sebelumnya Fely sudab menyelamatkan Tika. Arthik tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Tika.
"Tika!!" teriak Arthik ketika membuka pintu rooftop. Seketika perempuan yang merasa dipanggil namanya pun menoleh.
"Arthik?"
"Lo bener-bener tega ya." kata Arthik sembari berlari menghampiri dimana Fely bergelantungan.
"Cepetan pegang tangan gue!" kata Arthik mengulurkan tangannya.
"Apaan sih? Kok lo jadi tolongin dia?" kata Tika sembari mendorong tangan Arthik pelan.
"Dia hampir mati goblok!" kata Arthik mendorong Tika hingga ia terjatuh duduk.
"Fely tuh sepupu lo! Dia udah tolongin lo tadi! Kalo dia mati, lo yang ditangkap polisi! Mikir bego!" kata-kata Arthik menusuk hatinya. Tika tidak bangun dari duduknya. Ia melihat aksi Arthik menyelamatkan Fely.
Arthik dengan keras menolong Fely. Arthik dengan sekuat tenaga mengangkat Fely. Tika hanya diam. Tak ada niatan untuk membantu. Untuk apa dia membantu? Arthik sudah membentaknya tadi. Lagi pula Fely hanya ingin cari muka di depan banyak orang.
"Arthik gue takut!"
"Jangan takut. Hadapin pandangan lo ke gue. Tatap mata gue. Gue bakalan tolongin lo!" teriak Arthik meyakinkan Fely.
"Fuckboy anjing." batin Tika.
Sedikit demi sedikit akhirnya Fely naik ke permukaan lantai rooftop. Hingga akhirnya ia sampai di lantai rooftop. Hatinya sangat tenang.
Sebuah pelukan melingkar di pinggang Arthik. Itu bukan Tika, melainkan Fely. Tubuhnya bergetar hebat menandakan ia ketakutan dengan apa yang ia alami barusan. Aksinya tadi sama saja menantang maut.
Arthik pun terkejut karena tiba-tiba Fely memeluknya. Arthik tak membalas pelukan Fely. Ia ingat, masih ada Tika di sana. Ia tak mungkin menyakiti hati Tika. Namun, Tika telah membuatnya kecewa dengan mempermainkan nyawa seseorang seperti tadi.
"Tubuh lo gemeter." kata Arthik sembari memegang pundak Fely yang masih tetap memeluknya.
"Gue takut Thik." kata Fely di tengah isakannya. Ya, dia menangis.
"Jangan takut. Ada gue." kata Arthik tulus sembari mengelus lembut surai Fely halus.
Apa-apaan ini? Pertunjukan menjijikan apa yang baru saja Tika lihat? Tika merasa muak dengan tingkah sepupunya dan juga kekasihnya. Tika juga baru saja hampir jatuh gara-gara perempuan banyak drama itu. Tapi, mengapa Arthik memilih menenangkan Fely dari pada dirinya yang menyandang status sebagai pacarnya? Persetan dengan semuanya. Tika muak dengan mereka berdua.
Tika memutuskan untuk pergi. Ia pergi meninggalkan dua orang menjijikan itu. Untuk apa Tika masih di sana? Untuk melihat momment yang lebih menjijikan dari tadi? Tidak sudi Tika melihatnya. Hatinya sudah teriris sekarang. Bahkan saat Tika pergi pun kedua orang itu tidak menyadarinya.
Saat Tika turun tangga, tatapan-tatapan tak sedap mulai menghujami Tika. Ia bingung kenapa mereka semua seperti ini.
"Tega banget ya? Mau ngebunuh sepupunya sendiri. Untung ada Arthik." bisikan-bisikan mulai terdengar di sekitarnya.
"Kalo gue jadi Arthik, udah gue putusin dia. Trus pacaran deh sama Fely. Kasihan Fely, anak polos kaya gitu tuh butuh perlindungan dari orang yang kuat kaya Arthik." sindiran pun tak kenal lelah terdengar di telinga Tika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi VS Matahari
Teen FictionAtlantika Matahari Putri gadis manis yang biasa di panggil Tari oleh keluargannya. Karena suatu hal di waktu kecil, maka ia menjadi dipanggil Tari oleh keluargannya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya Tika. Disiplin, tomboy, dan taat dengan a...