Canggung. Itulah yang Tika rasakan saat ini. Pulang bersama orang yang telah menyakitinya. Perang dingin terjadi diantara mereka berdua. Arthik yang mulai lelah karena dari tadi terus diam, mulai membuka pembicaraan.
"Nanti malem gue jemput ya." kata Arthik halus.
"Buat?"
"Katanya kita mau saling ngejelasin." Arthik sangat halus pada Tika.
"Hmm."
"Kok hmm aja sih? Jadi kan?"
"Kayanya---"
"Gausah alesan deh. Ga ada penolakan soalnya." Tika meneguk salivanya kasar. Terkejut dengan perkataan Arthik. Bagaimana dia bisa tahu, jika Tika ingin menolak permintaan tersebut?
"Thik. Lo nggak bisa maksa gitu dong."
"Tapi gue nggak bisa lo gantungin kaya gini. Baikan enggak, adanya lo ngehindar mulu dari gue."
"Yaiyalah bego! Gue kecewa sama lo bangsat!" kata Tika sambil menoyor kepala Arthik pelan.
"Sabar dong yank. Itu mulut ngomong kasar lagi, gue cium loh." Arthik mulai dengan rayuan-rayuan busuknya membuat Tika kicep di tempat.
"Udah deh cepetan bawa motornya. Gue pegel." Tika mengalihkan pembicaraan diantara mereka.
Setelah perjalanan lima belas menit lamanya akhirnya mereka sampai di depan rumah Tika.
"Makasih ya. Udah sono lo pulang. Jangan ngarep gue mau nawarin lo mampir. Untuk saat ini, rumah gue tertutup buat lo." kata Tika seusai turun dari motor Arthik.
"Astaghfirullah hal adzim. Galaknya pacarku. Nggak boleh gitu ah sama pacar." Arthik memulai kembali gombalannyamembuat Tika melotot.
"Gue pamit ya. Jangan lupa dandan yang cantik."
"Bodo." kata Tika lalu berbalik dan berjalan ke dalam rumah.
"Assalamualaikum!" teriak Arthik setelah menghidupkan mesin motornya.
"Setan emang lo. Wa'alaikum salam!" Setelah Tika menjawab, Arthik melajukan motornya. Meninggalkan komplek perumahan Tika.
🌍🌞
Suara ketukan pintu dari luar kamarnya, membuyarkan lamunan Tika. Sayup-sayup terdengar Rey yang memanggil namanya.
"Apa Kak?" ujar Tika sambil membukakkan pintu kamarnya untuk Rey.
"Ada Arthik dibawah. Sono turun." kata Rey lalu segera pergi dari hadapan Tika. Ia masuk kedalam kamarnya.
"Makasih Kak." kata Tika sebelum Rey masuk ke kamarnya. Sedangian Rey hanya diam dan terus masuk ke kamarnya. Kamar Rey dan Tika memamg bersebelahan.
"Eh itu Tika udah turun." kata Zahra setelah melihat anaknya menuruni anak tangga.
"Emang kalian mau kemana sih?" tanya Zahra.
"Mau jalan-jalan ya? Ajak Fely gih." tebak Zahra.
"Eh? Arthik bawanya motor Tante." tolak Arthik secara halus.
"Kalo gitu pake mobilnya Rey aja." usul Zahra.
"Ya? Boleh ya? Kasihan Fely, selama dia disini belom pernah kan keliling Jakarta." kata Zahra memelas.
"Yaudah deh nggak jadi pergi." Tika langsung menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Sana, lo perginya sama Fely aja. Gue dirumah aja. Males gue. Jangan lupa, nanti kalo udah jadian kabarin ya." sindir Tika secara terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi VS Matahari
Подростковая литератураAtlantika Matahari Putri gadis manis yang biasa di panggil Tari oleh keluargannya. Karena suatu hal di waktu kecil, maka ia menjadi dipanggil Tari oleh keluargannya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya Tika. Disiplin, tomboy, dan taat dengan a...