"Udah deh jan pada bacod. Fel, minta tolong panggilin Mama dong."
"Masih punya kaki sama mulut kan?" ujar Fely sambil menoleh sinis pada Tika.
"Iya. Kenapa?" tanya Tika tak paham.
"Panggil aja sendiri. Ngapain lo nyuruh gue?" kata Fely lalu kembali fokus pada tayangan televisi di depannya.
"Ibab lo bangsat." sengit Tika.
"Lo tuh nggak tau diri banget ya? Udah numpang, dimintain tolong kaya gitu aja ogah. Inget, disinu tuh lo bukan tuan rumah." ceplos Tika.
"Tari! Ngomong apa kamu?!" bentak Zahra dari arah belakang.
Sontak, Tika memutar badannya seratus delapan puluh derajat. Ia menemukan Zahra dengan tatapan murka kearahnya.
"Mama..."
"Maksud Tari nggak gitu Ma. Tari kesel aja sama Fely."
"Begitu yang kamu bilang kesel?" tanya Zahra dengan penuh amarah.
"Tapi, yang dibilang Tari bener kan Ma? Tari nggak salah. Tari, cuma nyuruh Fely buat panggil Mama. Tapi dia nggak mau." Tika pun ikut tersulut emosi karena Mamanya membela Fely.
"Tapi kamu nggak perlu ngehina Fely dengan mulut jahat kamu itu!"
"Mama bilang apa? Mulut jahat? Ma... yang dibilang Tari itu bener Ma. Emang Tari salah? Fely kan emang numpang disini."
"Mama nggak pernah ngajarin kamu buat ngomong kaya gitu ke orang." ujar Zahra.
"Tante, yang dibilang Tika tadi bener kok. Tika tadi cuma minta tolong. Tapi, Fely nya yang sewot Tan. Tante nggak bisa nyalahin Tika dengan keputusan sepihap seperti ini Tante." ujar Arthik menengahi.
"Diam kamu Arthik! Ini, urusan saya sama anak saya. Kamu, nggak ada urusan buat ikut campur disini. Tante tau kamu cuma mau belain pacar kamu ini." Zahra yang sedang tersulut emosi, ikut memarahi Arthik.
"Mendingan kamu pulang sekarang!" bentak Zahra pada Arthik.
"Ma! Mama apa-apaan sih?! Kok jadi ngebentak Arthik?! Arthik nggak salah disini Ma."
"Oh... begini kamu? Nyesel Mama ngizinin kalian pacaran."
"Jadi, kamu lebih membela pacar kamu ini? Mama nggak ngajarin kamu buat bentak-bentak sama orang tua."
"Kayaknya kamu bawa dampak negatif ke anak saya." kata Zahra pada Arthik dengan tatapan dingin.
"Ma. Mama apaan sih? Arthik nggak ngejerumusin Tari ke hal yang buruk Ma."
"Kok Mama jadi bahas Tari sama Arthik sih?"
"Tari cuma pengen, netapin prinsip yang Mama tanamkan pada diri Tari. Yang bener itu harus dibela. Bukan kaya gini Ma." Zahra tercekat. Tenggorokannya terasa kering. Perkataan anaknya mrmbuatnya bertambah emosi.
"Maaf Tante. Saya emang bajingan brengsek. Tapi, saya nggak akan bawa-bawa orang yang saya cintai ke hal yang buruk seperti dunia saya dulu. Saya nggak rela orang yang saya cintai, masuk ke dalam dunia seperti saya. Dimana semua orang merasa tidak nyaman disamping saya. Dan sepertinya, dunia saja menolak saya." kata Arthik lalu melengang pergi meninggalkan kediaman Tika. Zahra hanya terdiam menatap kepergian Arthik.
"Thik. Lo mau kemana?" tanya Tika khawatir. Tak ada jawaban apapun dari Arthik. Hanya terdengar suara deru motor yang perlahan menjauh dan menghilang.
"Mama udah liat? Arthik pergi Ma. Mama tuh--" Tika menghela napas berat, ia sudah kehabisan kata-kata untuk beebicara dengan Mamanya.
"Tari kecewa sama Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi VS Matahari
Novela JuvenilAtlantika Matahari Putri gadis manis yang biasa di panggil Tari oleh keluargannya. Karena suatu hal di waktu kecil, maka ia menjadi dipanggil Tari oleh keluargannya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya Tika. Disiplin, tomboy, dan taat dengan a...