Bel istirahat berbunyi nyaring. Tika diam sebentar di bangkunya. Ia malas sekali. Jika ia ke kantin, ia akan dihujami tatapan-tatapan tak sedap dari semua orang. Sebenarnya ia kesal, tapi bagaimana menjelaskan kepada orang sebanyak itu kalau ia tidak bersalah. Itu adalah hal yang sulit. Menjelaskan pada keluarga, kekasih, dan sahabatya sangat sulit. Apalagi menjelaskan pada semua orang? Sangatlag tidak mungkin.
Matanya menangkap seseorang yang ia kenal. Yang tidak lain adalah kekasihnya. Arthik berjalan masuk ke dalam kelas Tika. Senyum secerah mentari pun menghiasi wajah Tika. Ia senang, Arthik masih mau datang menjemputnya dan mengajaknya ke kantin.
Namun, Arthik tidak mengarahkan langkahnya ke Tika. Melainkan ke arah sepupunya. What?! Apalagi ini? Kenapa masih seperti ini? Apa tidak cukup mereka membuat hati Tika sakit? Berpelukan hingga berangkat bersama sudah mereka lakukan. Apa itu tidak cukup?
Sekarang apa? Arthik mengajak Fely ke kantin? Dimana akal sehat mereka? Apa mereka tak ingat atau memang sengaja tak mengingat jika Tika masih menyandang status sebagai kekasih Arthik. Memanglah Tika hanya menyandang status sebagai kekasih, namun tidak bisakah Arthik menghargai Tika sedikit saja? Tidak bisakah Arthik menjaga hati kecil Tika? Tidak hisakah Arthik tidak kembali melukai perasaannya?
"Fel. Kantin yok!" kata Arthik saat sampai di depan Fely.
"Hah? Hmm, gue mau ke kantin sama mereka aja." kata Fely canggung sambil melirik Belva, Caca dan Hana.
"Jadi, lo nolak gue nih?"
"Udahlah Fel. Mending lo sama Arthik aja sana. Kita gapapa kok bertiga aja." kata Belva.
What the fuck! Apa yang baru saja Belva katakan? Dengan senyum yang cerah, Belva baru saja menyuruh Fely untuk ke kantin bersama Arthik. Dan apa tadi? Bertiga? Bertiga? Shit! Bagaimana bisa mereka melupakan Tika? Mereka melupakan dua tahun kebersamaan hanya karena satu hari yang sial bagi Tika? Sahabat macam apa mereka?
"Yaudah deh Thik." kata Fely kikuk.
"Arthik! Kok lo malah ngajakin Fely sih? Yang pacar lo itu siapa? Gue atau Fely?" kata Tika tak terima sembari mendekat ke arah Arthik.
"Paan sih lo? Alay banget. Gue cuma ngajak Fely ke kantin doang." jawab Arthik dingin.
"Matamu ke kantin doang. Lo nggak bisa apa hargain gue dikit? Gue itu pacar lo! Mikir dong!" kata Tika emosi lalu ke luar kelas. Malas sekali ia harus melihay mereka bersama.
🌎🌞
Arthik menatap punggung Tika yang menjauh dan perlahan hilang di pintu kelas. Ia sangat hancur dengan kata-katanya tadi. Ia masih menyayangi Tika. Tapi entah kenapa, hatinya bergerak untuk melakukan hal seperti tadi. Walaupun ia tahu, hal itu akan menyakitkan bagi Tika. Entahlah ia hanya ingin saja berbuat seperti itu.
"Thik. Jadi kan ke kantin bareng? Ayo." kata Fely membuyarkan lamunan Arthik.
"Hah? Hmm, gue kayaknya nggak jadi ke kantin deh. Lo sama temen lo aja ya. Bye." kata Arthik lalu pergi meninggalkan Fely.
"Thik! Tapi tadi lo ngajakin gue ke kantin! Gimana sih?!" teriak Fely. Ia hanya sendiri sekarang. Karena tadi Belva, Caca dan Hana sudah pergi ke kantin terlebih dahulu.
Hati Arthik tergerak untuk mencari Tika. Mengikutinya secara diam-diam adalah hal yang terbaik. Matanya tak menangkap dimana Tika berada. Saat ia melewati toilet, ia mendengar suara. Suara yang sangat ia kenali.
"Bangsat! Arthik gada akhlakkk! Kenapa lo kaya gitu sih?! Apa lo nggak tau kalo hati gue sakit? Sakit anjing digituin! Jadi gini rasanya pacaran! Nggak enak banget!" teriak seseorang di dalam toilet. Arthik yang mendengar pun langsung menguping apa yang Tika katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi VS Matahari
Подростковая литератураAtlantika Matahari Putri gadis manis yang biasa di panggil Tari oleh keluargannya. Karena suatu hal di waktu kecil, maka ia menjadi dipanggil Tari oleh keluargannya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya Tika. Disiplin, tomboy, dan taat dengan a...