🌍Lupa🌞

189 18 12
                                    

"Emang ya, goblok sama nggak peka itu beda tipis." kata Arthik namun matanya tak menatap Tika. Ia hanya menatap kosong ke arah lapangan basket. Keringat terus bercucuran di tubuhnya.

"Maksut lo apaan sih? Gue nggak paham kode-kodean. Kalo mau ngomong, ya ngomong aja. Nggak usah pake kode. Gue bukan anak pramuka soalnya." kata Tika tak paham. Ia memang tipikal cewek yang tidak mau ribet dan susah-susah memahami kode. Kalau bisa dikatakan langsung, kenapa harus mengode? Membuat hidup semakin susah dan rumit saja.

"Ya lo itu goblok. Kalo gue bilang nggak aus atau cari alasan lain supaya nggak minum, itu artinya gue nolak minuman lo bego! Jadi cewek tuh sadar diri dikit." kata Arthik lalu beranjak dari duduknya kemudian pergi meninggalkan Tika.

"Eh anjinc. Arthik kenapa sih cok. Bangsat elah." gerutu Tika pelan.

🌍🌞

Tika berjalan menuju gerbang SMA Pandawa. Ia sendirian. Arthik entahlah dia di mana. Padahal, harusnya Tika pulang bersama Arthik yang statusnya adalah pacarnya. Ia berjalan demgan lemas. Keringat juga bercucuran. Namun, hanya sedikit karena ia sudah mengelapnya dengan handuk tadi.

Ia bingung harus pulang dengan siapa. Naik ojek online? Uangnya sudah habis. Minta anterin Soni? Tidak enak juga. Tadi juga Soni nampak terburu-buru. Minta jemput Rey? Iya kalau Rey mau. Kalau tidak? Apalagi keduanya sedang bermusuhan sekarang.

"Nggak ada yang jemput kan? Apa gue bilang. Nggak usah berharap lagi sama Arthik. Buat apa? Dia aja udah nggak nganggep lo." kata seseorang  dibalik tembok pagar. Ia menyenderkan badannya disana.

"Astaga! Astaghfirullah! Kak Kevin?!"

"Nggak ada akhlak lu Kak! Ngagetin mulu kerjaan lo. Nggak ada kerjaan lain apa?" Tika terkejut dengan Kevin yang tiba-tiba saja memunculkan suara.

"Skip, alay." kata Kevin cuek.

"Ngapain Kak?" tanya Tika bingung dengan keberadaan Kevin.

"Mulung! Jemput lo lah bego!" Kevin pun emosi dengan Tika. Apa pacaran dengan Arthik bisa menyebabkan otak menjadi lola?

"Anjic. Hari ini banyak banget yang ngatain gue bego."

"Nggak ada yang jemput kan? Gue bilang juga apa? Jangan ngarep lagi sama Arthik. Dia aja nggak peduli kan sama lo?"

"Hmm. Kenapa Kak Kevin masih jemput gue? Kan gue tadi udah bilang nggak usah? Udah ngatain Kak Kevin ikut campur urusan gue pula." kata Tika tak habis pikir dengan kebaikan Kevin.

"Karena gue yakin, nggak ada yang jemput lo. Masa nanti cewek cantik kaya lo harus digondol dedemit? Kan gue nggak ikhlas." kata Kevin bercanda.

"Nyenyenyenye."

"Emm. Btw, sorry ya Kak soal omongan gue tadi. Gue nggak seharusnya bilang gitu. Gue salut sama Kak Kevin. Udah gue gituin masih aja peduli sama gue." kata Tika tulus.

"Udah gue maafin. Sans aja kali." Suara deru motor dari arah dalam sekolah pun terdengar. Tika seperti mengenalnya. Benar saja, itu Arthik. Ia hanya melewati Tika begitu saja tanpa menawarkan tumpangan. Dasat bodoh. Ia terlihat begitu dingin. Ia sama sekali tak menoleh ke arah Tika dan Rey.

"Arthik! Kok lo ninggalin gue sih?! Gue kan pacar lo?!" teriak Tika walaupun sudah tau jawabannya jika Arthik tak akan berbalik hanya sekedar memberinya tumpangan. Setidaknya teriakan itu bisa membuat hatinya lega.

Bumi VS MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang