Rooftop. Tempat favorit Arthik selama ia bersekolah di SMA Pandawa.
"Kalo gue ngilang. Dan lo bingung mau cari gue dimana, cari aja gue di rooftop. Gatau kenapa, rooftop ini tuh membawa ketenangan buat gue." kata Arthik.
"Lo berharap, lo bakal ngilang dari idup gue?" tanya Tika ragu.
"Lo ngomong apa sih Tik?"
"Kadang, gue tuh mikir. Gue tuh cocok nggak sih jadi cewek lo." kata Tika seperti berpikir.
"Astaga Tika. Cewek secantik lo itu bisa pesimis juga ya ternyata. Harusnya gue bilang gitu. Cowok sebrengsek gue, dapetin cewek se sempurna lo itu berharaga banget bagi gue Tik. Gue kira, lo bakal nolak gue karena kelakuan brengsek gue." kata Arthik.
"Thik. Gue lebih suka cowok brengsek kaya lo. Mending milih yang brengsek-brengsek tapi tetep jagain hati cewek daripada anak baik-baik tapi nyakitin hati cewek mulu." kata Tika memandang wajah Arthik.
"Perasaan, lo pengalaman banget sama yang namanya cowok baik-baik tapi nyakitin mulu. Siapa emang?" tanya Arthik peka terhadap perkataan Tika.
"Nggak. Nggak siapa-siapa." kata Tika sambil menggeleng gugup.
"Siapa? Ngaku nggak? Atau gue cium." ancam Arthik.
"Cium-cium pale lo bau menyan!" kata Tika tak terima.
"Makanya siapa dong." kata Arthik menunjukan sikap posesivenya.
"Raka." kata Tika mengaku. Raka Aldevano. Tipe-tipe cowok cool dan digandrungi banyak kalangan kaum hawa karena ketampanan juga prestasinya. Walaupun masih kelas sebelas, cowok itu banyak memiliki fans termasuk Tika. Tapi, kata-katanya yang pedas, membuat Tika sakit hati dan enggan mendekati Raka lagi.
"Tapi itu dulu, waktu gue kelas sepuluh. Sekarang mah ogah banget gue ngedeketin si Raka-Raka itu. Sok ganteng, kata-katanya pedes lagi kaya omongan tetangga." omel Tika.
"Sekarang, lo sukanya sama siapa?" tanya Arthik membuat Tika menatapnya.
"Sama cowok disebelah gue." kata Tika lalu tersenyum manis. Manis sekali hingga Arthik ingin memakannya. Membuat Arthik ikut merekahkan senyumnya.
"Oh iya. Gue ada sesuatu." kata Arthik lalu berjalan kearah belakang sofa buluk itu. Arthik kembali dengan membawa sebuah pot yang ditanami bunga mawar. Cantik sekali.
"Bunga? Buat apa?" tanya Tika bingung.
"Nggak buat apa-apa sih. Sebenernya, gue beli ini dua hari yang lalu. Ada Kakek-Kakek yang jual bunga ini. Gue kasian, gue beli deh bunganya." jelas Arthik.
"Trus? Ngapain dibawa kesini?"
"Gue bingung mau taroh mana. Gue taroh aja di tempat favorit gue. Rooftop ini."
"Lo mau nggak ngerawat mawar ini? Anggap aja mawar ini tuh kaya hubungan kita yang lo rawat dengan baik." tawar Arthik.
"Emang kenapa sih?"
"Ya sayang aja kan kalo mati. Biarin dia idup disini. Biar bisa kasih kita oksigen yang banyak." kata Arthik melihat bunga itu sendu.
"Iya deh iya. Gue rawat bunga ini. Kaya gue ngejaga hubungan kita." kata Tika.
"Bagus." kata Arthik mengacak rambut Tika. Kemudian Arthik mengambil tipe-x di kantungnya. Entah dari mana tipe-x itu berasal. Ia menamai pot bunga itu dengan tulisan 'Arthik♡Atlantika'. Sungguh lebay, tapi Tika menyukai tingkah manis Arthik.
"Apaan sih lo? Alay banget." kata Tika terkejut ketika Arthik menuliskan kalimat tersebut pada pot dengan tipe-x.
"Kan ini diibaratkan hubungan kita." kata Arthik cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi VS Matahari
Novela JuvenilAtlantika Matahari Putri gadis manis yang biasa di panggil Tari oleh keluargannya. Karena suatu hal di waktu kecil, maka ia menjadi dipanggil Tari oleh keluargannya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya Tika. Disiplin, tomboy, dan taat dengan a...