🌎Kecewa🌞

156 22 11
                                    

Tika, Fely dan juga Arthik sedang di sidang di ruang BK. Ada tiga guru sekaligus yang menyidang mereka. Mereka bertiga didudukkan dan juga ditanya-tanyai.

"Tika. Kenapa kamu dorong Fely? Dia kan sepupu kamu?" Bu Pipit pun akhirnya memulai pembicaraan.

"Emangnya kalo Fely sepupu saya, saya nggak boleh dorong dia gitu?" tanya Tuka sebal karena mereka semua terus menyalahkan Tika.

"Tika! Kamu itu udah ditolong sama Fely! Harusnya kamu tidak seperti itu sama Fely!" Pak Narto yang geram pun akhirnya angkat bicara.

"Pak! Bapak tuh gatau kejadian aslinya gimana. Tadi Fely yang dorong saya duluan." kata Tika. Ia tak terima jika seperti ini. Ia hanya mendorong Fely sedikit. Tapi Fely menjatuhkan dirinya sendiri. Ia sama sekali tak bermaksud mendorong Fely.

"Perkataan kamu itu Tika. Kamu itu jelas-jelas ditolong sama Fely. Kenapa jadi kamu nuduh Fely?!" Sedari tadi hanya Tika yang angkat bicara. Arthik dan Fely hanya diam memperhatikan.

"Fely, bisa tolong jelaskan bagaimana kejadiannya tadi?" kata Bu Pipit halus pada Fely.

"Nanya kok sama dia. Jelas-jelas dia bakalan bohong lah Bu. Satu sekolah itu udah kena tipu dia." sinis Tika.

"Lo bisa diem nggak si?! Kasih kesempatan Fely buat jelasin kejadian yang sebenernya. Dari tadi, sidang ini tuh cuman lo yang melakukan pembelaan tau nggak? Lo yang mendominasi disini!" kata Arthik yang muak dengan apa yang dilakukan Tika. Ia tak peduli jika Tika pacarnya. Ia tak mau pacarnya menjadi pribadi yang buruk. Ia harus menegurnya.

"Yaudah si nggak usah ngebentak. Lagian gue nggak salah! Trus kenapa sekarang lo bela-belain bener nih cewek? Lo naksir sama cewek ini? Cewek muka dua kaya dia lo taksirin? Anjlok banget selera lo." sinis Tika lagi. Sikapnya masih tenang. Namun, dalan hati Tika sudah hancur berkeping-keping dan menjadi bubur. Bagaimana tidak? Melihat pacarnya yang terus-terusan membela wanita lain sedangkan wanita yang menyandang status sebagai pacarnya juga membutuhkan dukungan dan pembelaan dari lelaki tersebut. Biadab bukan?

"Tika bisa diam tidak?! Ibu sedang bertanya pada Fely!" bentak Bu Pipit. Tika akhirnya diam. Ia mau tau, akan menjawab apa ular tersebut. Walaupun aslinya Tika sudah mengetahui jawaban yang akan ular tersebut katakan.

"Tadi, waktu saya di rumah, Tika minta ketemu sama saya di rooftop. Katanya, dia mau bicara sama saya. Trus akhirnya saya iyakan permintaan dari Tika Bu. Emang, waktu itu saya datang ke rooftop nya terlambat, Tika udah ada disana waktu saya sampe." Fely masih saja terus terisak. Membuat Tika yang mendengarnya muak.

"Saya terlambat karena saya tidak tau dimana rooftop di sekolah ini, saya tanya sama Tika juga dia nggak ngasih tau. Saya kan anak baru Bu, akhirnya saya dengan berbekal tanya-tanya sampai di rooftop."

"Sampai disana saya liat Tika duduk di pinggiran. Saya samperin Bu. Sampe akhirnya Tika mencoba untuk dorong saya tapi malah dia yang jatuh senidiri."

"What?! Ngomong apa lo bangsat?! Gue nggak pernah mencoba dorong lo! Gue jatuh karena lo yang dorong gue!" Tika tak terima dengan semua omong kosong yang disampaikan oleg Fely. Tak mungkin ia diam saja jika difitnah seperti ini.

"Tika, gue tau semua orang nggak mau disalahin. Lo juga pasti nggak mau disalahin walaupun lo ngelakuin hal itu. Tapi, lo juga nggak usah nuduh gue. Gue juga nggak mau difitnah kaya gini." kata Fely halus.

"Mulut lo minta dijahit ya?! Lo ngibulin orang gampang banget! Mulut lo busuk banget ya Fel." kata Tika tak terima.

"Sudah. Sudah. Tidak ada selesainya jika seperti ini. Ibu panggil orang tua kalian saja." kata Bu Pipit frustasi.

"Kalian keluar sekarang. Tapi, jangan jauh-jauh dari ruang BK." pesan Bu Pipit.

Mampus. Tika akan mendapatkan hukuman double jika seperti ini. Terlebih jika Mamanya percaya dengan omongan ular seperti Fely. Kenapa gampang sekali untuk ular tersebut melakukan aksinya? Mulutnya gampang sekali mengucapkan kebohongan. Tika semakin geram jika seperti ini.

🌎🌞

Tika masuk ke dalam kamarnya dengan lemas. Entahlah. Semua kepercayaan yang telah ditata dan dibangun Tika dengan sepenuh hati sudah rusak dalam hitungan jam. Mamanya sudah kecewa terhadap Tika. Tika juga sangat kecewa dengan Mamanya. Kenapa dengan begitu mudahnya Mamanya mempercayai ular itu. Apa karena semua bukti mengarah ke Tika?

Tika menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ia menyembunyikan wajahnya di bantal. Tika terkejut ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Menampilkan seorang wanita paruh baya. Mamanya. Dengan tatapan murka, Zahra masuk ke dalam kamar Tika.

"Sudah puas kamu?! Sudah puas permalukan Mama?! Permalukan Mama di depan guru dan semua teman-teman kamu?!" bentak Zahra saat memasuki kamar Tika.

"Ma. Udah berapa kali Tari bilang? Tari nggak salah Ma. Tari nggak dorong Fely. Tapi Fely yang dorong Tari. Dia itu ular Ma." kata Tika sambil mengadahkan kepalanya menghadap ke sang Mama. Sembab. Itulah keadaan mata Tika sekarang. Bantalnya basah, dia menangis.

"Mulut kamu itu perlu dijahit ya Tari! Semua bukti mengarah ke kamu! Gimana kamu bisa ngelak? Mama capek Tari! Kenapa kamu seperti ini?! Gara-gara pacar kamu itu?!"

"Ma... Kenapa Mama selalu nyalahin Arthik? Arthik nggak ada sangkut pautnya dalam masalah ini Ma. Bahkan, dia belain Fely dan tenangin Fely. Dia yang dari tadi bentak-bentak Tari Ma. Dia sama sekali nggak peduli sama keadaan Tari."

"Baguslah kalo kaya gitu. Berarti dia tau mana yang benar dan mana yang salah." sinis Zahra.

"Ma... Kenapa disaat Tari butuh support dari Mama, dari orang-orang terdekat Tari. Kalian malah pergi dan memilih memusuhi Tari. Tari butuh dukungan kalian Ma. Tari nggak salah. Kenapa Mama nggak mau dengerin penjelasan Tari? Kenapa semuanya percaya sama ular itu sih Ma?" Cairan bening terus saja lolos dari mata Tika.

"Siapa yang kamu sebut ular?! Kamu itu ularnya! Mama nggak pernah ngajarin kamu untuk seperti ini!"

"Maaf Ma. Tapi Tari nggak bisa seperti ini. Kenapa Mama selalu membela Fely? Sebenernya yang anak Mama itu Tari atau Fely sih Ma?? Tari capek Ma."

"Kenapa? Kenapa kamu ngecewain Mama sayang? Mama udah berusaha supaya kamu tidak terpengaruh sama hal-hal buruk. Tapi Mama nggak berhasil. Mama udah gagal didik kamu sayang." Zahra pun memelankan suaranya dan secara otomatis meneteslah cairan bening dari mata Zahra.

"Ma... Mama nggak gagal didik Tari. Maafin Tari Ma. Maaf. Maaf kalau Mama kecewa sama Tari." kata Tika. Zahra tak menyaut. Hanya diam kemudian meninggalkan Tika di kamarnya sendirian.

"Maaf Ma... Tapi Tari juga kecewa sama Mama. Gue juga kecewa sama lo Thik. Tuhan... Kenapa hari ini semua orang membuatku kecewa? Salahku apa Tuhan?" rengek Tika kemudian kembali meyembunyikan wajahnya pada bantal dan kembali menangis.

***

halu! siapa yang kangen?? sumpah kemaren² bnyk tgs. waktu tgs udh selese malah g mood. maafin yah:)
sumpah ini aja bikinnya harus menyesuaikan perasaan aku dulu. wkwwkwkwkwk.

KALIAN TIM MANA?

1. KEVIN? & ATLANTIKA?
2. ARTHIK & ATLANTIKA?
3. KEVIN & FELYCIA?
4. ARTHIK & FELYCIA?

ah author banyak nanya.
ya gapapa dong wkwk

SPAM NEXT!

VOTMENT JANGAN DILUPAIN YA SAYANG!

bye gaes
see you next part👋👋

Bumi VS MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang