___
Mereka sedang berada di dalam studio dengan layar besar yang menampilkan setiap adegan romantis dan bahkan adegan yang membuat tegang. Seperti Nara yang hanya diam dengan mencengkram kuat tali tas slempangnya untuk menghilangkan rasa tegang itu. Sedikitpun ia tak fokus pada film yang ditampilkan disana. Fokusnya terbelah dengan seseorang yang duduk manis di sampingnya. Tanpa menoleh pun Nara tau jika orang itu benar-benar mengawasi setiap gerak-geriknya.
Nara meringis ketika dirasakannya aura itu datang. Dia sudah mendapat panggilan alam. Namun bingung melihat kedua temannya kini tidak dapat diganggu karena sedang khusyu dengan film yang mereka pilih itu.
Orang yang berada di samping Nara melirik ke arah Nara yang berusaha memejamkan mata.
"Lo ngantuk?" Tanyanya.
Tiba-tiba saja badan Nara bergetar hebat. Bukan apa-apa, ia hanya kaget mendengar lelaki itu bersuara setelah 1 jam tadi hanya sibuk menyimak adegan sama seperti kedua temannya.
"Enggak kok," balas Nara canggung.
"Tapi kalo misalnya ngantuk tidurin aja dulu. Nanti gue bangunin kalo filmnya udah selesai." Ucap orang itu sedaya menyender pada kepala kursi.
"Gue bilang enggak ya enggak!" Sewot Nara. Mungkin efek panggilan yang bukan berasal dari ponselnya itu sehingga Nara merasa sensi. Dia lagi-lagi merutuki dirinya kenapa selalu bersikap seperti ini.
Nara melirik kedua temannya yang kini sudah menutupi hidung mereka. Beberapa penonton lain juga sibuk mengelap matanya dengan baju bagian lengannya. Nara bisa menebak pasti ada adegan sedih yang baru saja ia lewatkan. Tak mau lagi berlama-lama, Nara menyelempangkan tasnya kemudian segera berlari menuju pintu keluar.
Nara menghela nafas lega ketika keluar dari bilik kamar mandi. Dia bukan orang yang pandai menahan rasa ingin pipis itu agar tidak keluar. Nara mendekati wastafel, mencuci tangan kemudian mencuci wajahnya yang memang tak ia berikan sentuhan make-up. Jika dia memolesi wajahnya dengan bedak, Nara pasti sayang untuk cuci muka. Tapi sebenarnya matanya sedikit sepet juga karena berlama-lama di tempat gelap sementara ia saja tidak menikmati filmnya.
Nara memilih untuk menunggu teman-temannya di kursi tunggu depan bioskop saja. Bersama dengan beberapa orang yang mungkin sedang menunggu jam tayang film mereka.
Membuka ponsel kemudian mengetikkan sebuah pesan yang Nara sendiri pun ragu apakah akan dibaca oleh si penerima atau tidak.
To : Lilyput
Gue nunggu diluar ya.
Send.
Nara memasukkan kembali ponselnya ke dalam slingbag. Memilih untuk tidak memainkan barang berharga itu ditempat ramai seperti ini. Merasa kesal, Nara berjalan keluar area biskop. Melihat beberapa toko lain yang ramai dan perhatiannya tertuju pada tempat bermain timezone. Tak terasa Nara melangkahkan kakinya menuju tempat itu.
Nara tidak masuk, dia hanya memperhatikan dari luar. Bukannya malu, Nara merasa akan tidak enak dia sendirian bermain di dalam sana tanpa teman sementara orang lain pasti bersama teman-temannya. Daripada Nara dikatakan MKKB (Masa Kecil Kurang Bahagia), lebih baik Nara segera hengkang dari tempat itu. Langkah kakinya yang tidak searah dengan jalan pikirannya membuat Nara menjauh dari bioskop.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Teen FictionNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...