"Ada yang bergetar tapi bukan alarm."'2
___
Leon berjalan cepat menuju kantin belakang tempat dimana dia biasanya menghabiskan waktu bersama teman-teman atau lebih halusnya sahabat. Namun langkahnya memelan ketika melewati kantin utama di sekolah itu. Kantin yang kebanyakan anak-anak tau hanya satu-satunya disini. Ekor matanya melirik seorang gadis yang tengah makan bakso dengan lahap. Dengan terus berjalan Leon memperhatikan gadis itu. Di pikirannya saat ini hanya satu, lucu.
Leon menghembuskan nafasnya setelah hampir 10 menit berdiri dibalik tembok pembatas. Kemudian ia berjalan meneruskan tujuannya untuk ke kantin belakang. Namun lagi-lagi langkahnya harus memelan ketika dihadapannya kini ada 4 orang gadis yang hampir 2 tahun lamanya selalu mengganggunya di sekolah ini.
Gadis berambut ikal bergelombang mengkomando yang lainnya. Dia berdiri tepat dihadapan Leon, kemudian tangannya dengan cepat menyentuh lengan Leon dan bergelayut manja di otot-otot kekarnya.
"Lo kenapa sih gak pernah bales chat gue lagi, hum?" Tanya gadis dengan name tag 'Janetta'.
Leon melepaskan gelayutan sok mesra itu dengan perlahan. Kemudian matanya menatap kedua bola mata biru milik Tata. Oh, lebih tepatnya itu hanyalah softlens, bukan milik gadis itu.
"Gue kan udah pernah bilang, kalo gak ada kepentingan yang penting banget gak usah gangguin waktu gue." Jelas Leon.
Tata berdecak sebal. Ia masih berusaha meraih lengan Leon lagi untuk ia peluk. "Tapi Le, gue gak pernah gangguin lo. Gue cuma tanya kabar lo apa itu salah?" Tata meminta kejelasan.
Leon merotasi bola matanya jengah. Kemudian sesuatu menarik perhatiannya ketika seorang gadis yang baru selesai makan tengah menarik lengan sahabatnya dan langsung berlari menjauh dari kantin. Membuat Leon terkekeh ringan.
"Leon!" Sentak Tata. Ia sungguh tak suka dicuekkan.
"Apalagi sih Ta? Udah deh, gue harus nemuin temen gue." Leon menjawab pasrah, ia begitu capek meladeni gadis yang sok umbar kemesraan itu.
"Lo harus janji bakal bales chat gue. Kalo enggak, gue bakal samperin lo ke rumah Tante Milly. Lagi!" Tekan Tata diujung kalimatnya.
Leon menghembuskan nafasnya jengah. Kini ia menatap lagi kedua mata biru itu dengan tajam.
"Gue gak peduli, terserah lo mau ngelakuin apapun itu. Sekarang, lo lepasin tangan gue, minggir jangan ngalangin jalan gue. Dan jangan sekali-kali lagi ngechat gue kalo gak ada kepentingan sama sekali." Tekan Leon dengan bisikan yang tepat terdengar ditelinga Tata.
Leon melewati Tata begitu saja. Menatap datar pada ketiga dayang Tata yang menatapnya penuh intimidasi. Leon mengusap wajahnya kasar. Kemudian berlari untuk segera sampai di tujuan utamanya.
"Apa gue udah gak penting buat lo, Le?" Teriak Tata kemudian menghentakkan kakinya dengan kesal karena Leon sudah raib dari pandangannya.
Ketiga temannya mendekati Tata kemudian mengelus pundaknya dan mengajak dia untuk pergi meninggalkan tempat itu karena risih, entah semenjak kapan mereka sudah menjadi tontonan seluruh siswa-siswi yang sedang berada di kantin.
___
Leon menatap layar ponselnya lekat-lekat. Orang lain akan mengira dia sudah ketularan virus Gema, virus gamers. Tapi nyatanya salah, Leon tidak sedang memainkan permainan apapun di ponselnya melainkan tengah menatap sebuah kontak dengan foto seorang gadis yang tengah membuat pose berkacak pinggang di pinggir pantai. Oh atau mungkin Leon sudah ketularan virus bucin dari Aditya yang saat ini saja sedang bergabung bersama geng Roy menyanyikan sebuah lagu cinta untuk menggodai Anggi. Adik kelas mereka yang bahenol sekaligus galak.
![](https://img.wattpad.com/cover/174362936-288-k633963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Teen FictionNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...