Chapter 17

234 33 2
                                    

"Btw lo mau eskrim?" Tanya Leon ketika melihat kedai eskrim yang dikerumuni oleh anak-anak.

"Boleh," jawab Nara ikut melihat keramaian di kedai itu. "Lo beliin?

"Iya. Lo tunggu disini bentar. Mau rasa apa?"

"Vanilla." Jawab Nara. Leon segera mengambil langkah seribu. Lelaki itu tak lepas dari pandangan Nara. Hanya 5 menit Leon sudah kembali dengan menggenggam 2 cup eskrim di kedua tangannya.

"Nih," Leon menyerahkan satu cup eskrim yang rasa vanilla. Dan rasa cokelat untuknya.

"Thanks." Ucap Nara sambil terkekeh.

Leon mengangguk sambil menyendokkan eskrim ke mulutnya. Selai coklat yang tersisa di sudut bibir Leon membuat Nara terkekeh lebih keras.

"Lo gak rapih banget sih ketibang makan eskrim doang." Tegur Nara, ia mengeluarkan tisyu dari slingbagnya kemudian menyerahkannya pada Leon. Leon menerima tisyu itu dan segera mengelap bibirnya.

"Hehe, makasih."

"Iya." Nara kini melahap eskrimnya hingga habis. Sebenarnya Nara melupakan satu hal. Sejak kecil ketika dia merasa bete, pasti obatnya hanya dengan eskrim. Kesan dingin dan lembut dari eskrim itu yang menyentuh lidahnya akan mengalihkan perhatiannya.

Setelah selesai makan eskrim, mereka kini menuju sebuah bazar makanan manis. Leon menawari Nara dan kemudian mereka membeli 10 buah donat madu. Kemudian mereka menuju sebuah bangku dan meja yang ada tudungnya. Duduk disana saling berhadapan seakan sedang berkencan.

"Gitu dong, senyum. Dari tadi cemberut terus." Ucap Leon. Nara yang digodai hanya terkekeh.

"Sebenernya gue gak suka anak-anak." Ungkap Nara. Seketika membuat ekspresi Leon datar.

"Mereka cenderung berisik dan selalu ngegangguin." Lanjutnya.

Leon kini bertingkah serba salah.

"Tapi gak tau kenapa gue seneng disini. Makasih ya udah ngajakin gue. Lo sampe rela ninggalin futsal cuma buat nemenin gue." Ucap Nara sambil terkekeh kecil diujung kalimatnya.

"Sama-sama." Jawab Leon kemudian yang kini ekspresinya berubah lega.

___

Setelah berjam-jam lamanya dimulai nongkrong di taman, makan siang di rumah makan padang, hingga berkeliling jalanan dan berakhir membeli jepitan lucu di pameran, akhirnya Leon mengantar Nara pulang sampai depan rumahnya. Kali ini Leon tak ikut turun. Dia membuka kaca jendela bagian samping kemudi hingga terlihat Nara yang berdiri menunggu kepergian mobil Leon.

"Sekali lagi makasih ya." Ucap Nara.

Leon mengangguk. "Gue duluan kalo gitu." Pamitnya.

"Oke, hati-hati." Kata Nara. Kemudian tangan kanannya naik memberikan lambaian. Leon segera tancap gas dan menyimpan mimik tersenyum sepanjang perjalanan pulangnya.

Nara masuk ke rumah. Seakan ia lupa pada perasaan tak ingin pulangnya tadi pagi. Dia langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang besar. Perasaannya membuncah dan hangat. Nara baru merasakan ini setelah sekian lamanya. Namun ini yang pertama kali membuat tulang pipinya pegal karena terus-terusan tersenyum.

Nara mengambil ponsel dari slingbagnya. Menuliskan sesuatu di aplikasi chat.

Makasih buat hari ini, Leon.
Gue seneng banget, semoga lain kali lo mau ngajakin gue lagi ke tempat yang bener-bener gue suka :)

Send.

Nara mematikan layar ponselnya dan menyimpannya di balik bantal. Seakan belum siap jika pesan yang baru saja dikirimnya langsung mendapat jawab.

Nara memejamkan matanya. Membayangkan betapa indahnya hari ini dengan seseorang yang bahkan Nara tak pernah sangka-sangka kehadirannya. Lelaki yang dengan tak sopannya mengetuk keras kaca mobil Nara, kemudian berkata dengan nada nyolot yang hanya dibalas sabar oleh Nara karena sedang lelah. Lelaki yang pernah mengejeknya tak bisa bermain basket, kemudian lelaki yang mengiriminya pesan gaje sehingga Nara pun menyimpan nomornya dengan embel-embel 'gaje. Semuanya terasa begitu cepat dan mengalir begitu saja. Untuk seorang Nara yang baru merasakan perasaan aneh ini mungkin ini adalah awal yang baik untuk cerita kedepannya. Namun siapa yang tau, takdir tidak pernah bisa ada yang menebak.

___

Leon menyugar rambutnya yang masih basah karena baru saja selesai mandi. Dia teringat ponselnya yang sedang di charger setelah seharian batrenya habis karena kelupaan cas semalam. Leon menghampiri ponselnya didekat lampu tidur. Batrenya sudah terisi setengah, kemudian dia menyalakannya dan munculah beberapa notifikasi. Yang paling menarik perhatian Leon adalah notifikasi pesan. Ia mengklik satu pesan yang berniat dia baca.

From : Cewek Saltingan (Nara)

Makasih buat hari ini, Leon.
Gue seneng banget, semoga lain kali lo mau ngajakin gue lagi ke tempat yang bener-bener gue suka :)

Leon tersenyum membacanya. Ia tak menyangka jika kejadiannya akan seperti ini. Tapi setidaknya dia senang, karena membuat orang lain senang adalah salah satu target hidupnya.

Ponselnya ia letakkan kembali di nakas. Sementara Leon menuju balkon rumahnya. Menatap halaman samping yang dipenuhi dengan bermacam bunga kesukaan Maminya. Pikirannya berkelana kepada kejadian tadi malam. Tepatnya di pekarangan rumah Nara di samping Mini Cooper kesayangannya.

"Lo lagi deket atau berusaha ngedeketin adek gue?" Tanya Nando dengan nada posesif. Leon hendak masuk ke dalam mobilnya kemudian mengurungkan niatnya.

"Menurut lo?" Tanya Leon.

"Gue lagi gak mau main-main. Sekarang apa kabar wanita penyihir itu?" Tanya Nando sambil melipat tangannya diatas perut.

Leon terkekeh geli. "Lo tau gue gak ada hubungan apa-apa sama Tata."

"Dia cinta sama lo, Men." Ungkap Nando berusaha mengingatkan.

"Cuma dia. Dan gue enggak." Kata Leon santay.

Nando berdecak. "Gue gak mau sampe lo libatin Nara dalam kisah cinta lo yang gak jelas itu."

"Lo juga harus inget kalo Tata itu temennya Cilla."

"Cilla cuma pura-pura sekarang. Dia mau wanita itu sadar akan kelakuannya. Termasuk berusaha memperdaya seorang Leon Brillian Arkasa!" Tekan Nando.

Leon terkekeh sekali lagi kemudian menepuk pundak Nando sekali.

"Thanks lo selalu ngingetin gue. Tapi lo cukup percaya, gue gak pernah main-main sama apa yang gue mau."

Nando mengangguk. Kemudian Leon segera masuk ke mobilnya.

Leon menghela nafasnya gusar. Ia sadar, apa yang ia lakukan akan beresiko. Tapi tak adakah kesempatan untuk Leon memulainya? Dia rasa perasaannya sudah tak bisa diajak bercanda terus-terusan.

___

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang