"Kalo aku jadi binatang, aku pengen jadi anak kucing biar disayang induknya."
___
Mobil alphard yang dikendarai oleh Leon berhenti di depan resto di rest area. Milly yang merasa lapar, sementara semua persediaan mereka sudah habis saat tadi berkeliling-keliling wisata Bogor, akhirnya memutuskan untuk singgah guna mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Semuanya turun tak terkecuali dengan isi dari mobil yang dibawa Pak Edo. Kemudian mereka menuju sebuah resto yang mengambil konsep alami dan duduk di meja yang berada di rooftop resto itu. Selama Milly memesan makanan, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Leon berjalan meninggalkan resto itu keluar tanpa memberitahu satu orang pun. Namun tak lama setelah Milly datang dengan pelayan yang membawa makanan mereka, Leon juga sudah kembali.
Mereka segera makan dengan nikmat. Beberapa porsi makanan yang terbilang cukup mahal itu dilahapnya hingga ludes tak bersisa. Kemudian terdengar suara sendawa yang nyaring dari Mario seraya mengelus-elus perut buncitnya bagaikan emak-emak yang tengah mengandung.
"Papi!" Tegur Nindya sambil melemparkan tatapan tajam. Mario hanya cengengesan tak merasa dosa.
"Istirahat dulu bentar deh, takutnya kalo langsung jalan lagi malah mual." Usul Milly yang diangguki oleh semuanya.
Mereka keluar dari resto dan berjalan menuju tempat istirahat yang diinginkan masing-masing. Disaat semuanya mencari tempat yang indah, Lily malah berlari ke toilet umum. Dia sudah kebelet sejak dari perjalanan tadi.
Sementara Nara berjalan menuju bangku di taman kecil yang sejuk karena terhalangi oleh pohon rindang. Tanpa dia sadari, Leon mengikutinya dari belakang.
Nara menyadari ketika Leon duduk di sampingnya.
"Lo ngikutin gue?" Tanya Nara mulai sewot.
"Gak apa-apa kali, tempat umum, ini." Balas Leon datar. Leon juga tak berniat mengajak Nara mengobrol. Hal itu membuat Nara merasa sedikit kesal juga bingung.
Trus maksudnya apaan coba ngikutin dan duduk disamping kayak gini?
"Ekhemm!" Leon berdeham membuyarkan fokus Nara yang sedang membaca dm-dm dari teman-temannya. Nara melirik kepada Leon dengan tatapan sedikit sebal.
"Apa? Sok cool banget batuk-batuk." Celoteh Nara membuat Leon terkekeh mendengar nadanya.
Nara berusaha tak menghiraukan. Dia kembali memainkan ponselnya hingga tiba-tiba setangkai mawar berada di hadapannya. Sontak Nara speechless. Mawar itu adalah bunga kesukaannya. Nara refleks mengambil mawar itu dan melupakan ponselnya.
Nara mencium bunga itu yang wangi khas mawar. Kemudian wajahnya berubah merona setelah sadar siapa dalang yang telah membuatnya senang seperti ini. Nara melirik Leon yang tengah tersenyum dan sedikit terselip gugup disana.
"Lo tau gue suka mawar." Ucap Nara dengan suara pelan. Nara merasakan hatinya hangat sementara jantungnya berdegup dengan kencang.
"Syukur kalo lo suka. Gue jadi gak rugi." Kata Leon enteng.
Nata sontak melotot dan mengerucutkan bibirnya sebal. "Oh, jadi lo gak ikhlas sebenernya ngasih gue mawar?" Sinis Nara.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Novela JuvenilNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...