Chapter 48

178 12 0
                                    


"Gue tau lo ngerencanain semua ini sama mereka." Ujar Nando tegas.

Nara seketika tersentak. Jadi Nando tau?

"Dari kapan tau Lily udah naksir gue. Jadi kebaca banget sikapnya tadi." Ucap Nando.

Nara menghela nafasnya berusaha bersikap tenang.

"Tapi sori, sampai kapanpun gue gak bisa nerima cinta dia." Ujar Nando sambil menunduk.

Nara menatap Nando. Mereka kini berada di dapur. Nara hendak mengambil minum setelah selesai nonton tv. Sementara Nindya dan Lily sudah duluan ke kamar karena mengantuk.

"Kenapa?" Tanya Nara pelan.

"Gue gak bisa maksain perasaan gue sendiri. Gue gak bisa kalo akhirnya malah jadiin dia pelampiasan." Jelas Nando.

Nara tertegun dengan jawabannya. Kenapa ia tak berpikir sampai sana? Kenapa ia tak memikirkan konsekuensinya? Apakah ia terlalu egois hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan sahabatnya?

"Lo udah gak sama Cilla aja itu namanya ngelawan takdir." Kata Nara tiba-tiba.

"Maksud lo?" Tanya Nando bingung.

"Gue gak tau ya perasaan kalian kayak gimana. Tapi kayaknya lo masih keliru sama perasaan lo sendiri, Do." Ujar Nara.

Nando menghela nafasnya jengah. Ternyata Nara sudah menyadari itu. Dan tiba-tiba dia teringat dengan Cilla. Apakah kakinya sudah sembuh? Ah, jangan peduli. Sekarang hanya fokus pada Nara.

"Gue cuma mau bantuin Lily merjuangin cintanya ke lo. Harusnya lo bisa buka hati lo ke orang yang sayang sama lo."

Dan gue mau orang itu lo!

"Gue gak bisa, Ra. Plis, jangan paksa!" Ujar Nando.

Nara hendak pergi meninggalkan Nando sebelum lelaki itu menahan pergelangan tangannya.

"Lepasin, Do. Gue mau istirahat!" Tekan Nara.

"Berhenti nyakitin perasaan sahabat lo, Ra." Ucap Nando.

Nara menaikkan sebelah alisnya. "Maksud lo?"

"Dia bakalan sakit hati kalau," Nando menjeda kalimatnya. Dia benar-benar bingung namun kata hatinya berteriak agar Nando mengungkapan kebenarannya. "Kalau gue sayangnya sama lo, Ra. Adik tiri gue." Lirih Nando.

Nara menepis tangan Nando kasar. "Lo jangan macem-macem, Do. Dunia aja tau kalo lo itu kakak gue." Tegas Nara. Ketika dia mendengar langsung dari mulut Nando, rasanya seperti emosi naik ke ubun-ubun. Entah mengapa.

"Tapi kita gak sedarah, Nara." Jelas Nando.

"Tapi lo tetep kakak gue. Nyokap lo nikah sama Papa gue!" Teriak Nara.

Nando meraih Nara dan menahannya dalam pelukan. Nara menghentakkan dirinya berusaha keluar dari depan Nando.

"Jangan kurang ajar, Do!" Pekik Nara.

"Lo itu cuma kebawa perasaan. Kebawa suasana. Lo itu masih cinta sama Cilla. Harusnya lo sadar, Cilla butuh lo!" Racau Nara.

Nando menggelengkan kepalanya. "Enggak, Ra. Lo yang butuh gue. Lo gak pantes sama Leon."

Nara melotot tidak percaya. Dia mencubit pinggan Nando keras. "Dia sahabat lo, Nando!" Tekan Nara.

"Gue gak bakal jodohin lo lagi sama Lily. Gue yakin kalo cinta lo itu cuma buat Cilla. Lo ke gue, cuma obsesi semata." Ujar Nara kemudian dia berlari menjauhi Nando.

Nando terdiam. Apa yang sudah ia lakukan? Nando merasa serba salah saat ini. Terlalu banyak desakan dan cacian tentang perasaannya. Kalaupun dia hanya sedang terbawa suasana, apakah itu salah? Lebih baik Nando bersama Nara bukan? Karena mereka dekat dan Nando akan lebih mudah menjaga Nara dari bahaya yang mengincarnya diluaran sana.

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang