"Kamu ngapain disitu aja, bukannya gabung sama Mami di ruang tengah." Ujar Joan, Papi Leon yang berbadan tinggi tegap dengan otot yang menyembul sempurna. Tak lupa rahang yang tegas dan sorot mata tajam.Leon sedang menatap jalanan yang sepi dari balkon rumah dinas Papinya itu. Semenjak beberapa jam yang lalu sampai disana, Leon kehilangan mood untuk ikut makan bersama. Setelah berbulan-bulan tidak bertemu dengan Joan, bukan berarti Leon tidak rindu. Leon sangat rindu, tapi hanya saja fokusnya terbagi 2 saat ini.
"Leon nanti turun, Pih. Leon masih pengen disini." Jawab Leon. Dia percaya Papinya pasti mengerti.
"Mana gadis yang katanya mau kamu temuin ke Papi?" Tanya Joan.
Leon mendesah lemah. "Nanti kalo Papi ke Jakarta Leon kenalin."
"Papi udah gak sabar pengen pulang." Ujar Joan.
Leon menatap Joan. "Tapi Leon pengen bermalam dulu disini."
Joan menghela nafasnya penuh pengertian. "Baiklah."
Setelah beberapa menit Leon turun. Dia menemui Maminya dan Nindya yang sedang makan-makan dari makanan yang dibawa mereka. Leon ikut duduk disana. Mengambil sepotong bolu keju kesukaan Joan.
"Kamu mau nginep disini juga?" Tanya Milly saat Leon baru saja menggigit bolunya.
Leon mengangguk. "Leon besok izin gak sekolah."
"Yah, gue pulang sendirian dong?" Celetuk Nindya.
"Kan ada supir." Jawab Leon.
"Tau gitu gue juga ikut nginep, siap-siap tadi." Gusar Nindya.
"Kamu kan gak bawa baju ganti?" Tegur Milly. "Tante juga cuma bawa buat tante aja."
"Lagian lo mau bolos juga?" Tanya Leon.
Nindya nyengir kuda. "Enggak sih."
"Gimana kalo nanti malem kita jalan-jalan. Keliling-keliling aja. Papi udah lama pengen menghirup udara segar disini." Ujar Joan yang baru kembali dari kamar mandi.
"Tuh kan, Ndy pengen ikut!" Seru Nindya dengan mengerucutkan bibirnya sebal.
"No, only father, mother, and child." Jawab Leon membuat Nindya semakin sebal. Sementara Joan dan Milly terkekeh menanggapinya.
___
From : Leonnny
Aku mau ngajakin ketemu Papi. Dia baru pulang ke rumah dinasnya di Depok.
Nanti kamu pulang bareng Nindya
"Tuh kan! Firasat gue seharian ini buruk!" Ujar Nara sambil uring-uringan sendiri.
Nara baru saja pulang dari sirkuit dengan Nando. Menonton balapan motor dan kemudian mereka mampir di pameran. Bukannya senang, Nara malah merasakan hatinya tidak tenang. Terlebih dia sudah meninggalkan ponselnya dan melupakan ajakan Leon. Nara benar-benar merasa ceroboh.
"Kalo udah gini, gimana coba? Leon pasti ngambek sama gue. Arghh!" Nara melemparkan ponselnya ke ranjang. Kemudian ikut melemparkan badannya dan memeluk bantal erat.
"Gue juga pengen ketemu sama Om Joan!" Pekik Nara, kesal sendiri.
Dia refleks bangkit dan meraih ponselnya. Mendial nomor Leon yang kemudian selama beberapa detik berbunyi 'Tutt..Tutt..' hanya berakhir dengan jawaban dari operator. Nara semakin merasa menyesal.
"Tau deh, udah gini malah gimana!" Nara mencebik sebal. Bisa-bisanya dia seceroboh ini.
Pintu kamar Nara terdengar diketuk. Nara dengan langkah berat membukanya. Memperlihatkan Nando dengan membawa satu piring nasi goreng sosis.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Teen FictionNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...