Chapter 10

315 46 4
                                    

___

Nara menguap untuk yang kesekian kalinya. Gara-gara lelaki berambut pirang itu tidur di sampingnya, akhirnya Nara ikut tertular. Namun dengan sekuat tenaga ia tahan perasaan kantuk itu. Ia tidak boleh melewatkan beberapa jam gratis yang sudah diberikan oleh gurunya. Kalau Nara tidak ingat ilmu dan pahala, dia pasti sudah seperti Leon. Endusan nafasnya terdengar lembut. Lelaki itu pasti kini sudah berada dalam mimpi indahnya.

"Baik, ada yang ditanyakan lagi?" Tanya pak Dono seraya membetulkan letak kacamatanya yang melorot.

Beberapa murid yang duduk paling depan terlihat paling parah menahan rasa kantuknya. Kemudian terdengar suara serentak menjawab "Tidak." Sehingga Pak Dono segera membereskan buku-bukunya yang ada di meja guru.

"Kalau begitu saya cukupkan pertemuan pada hari ini, semoga bermanfaat, jangan lupa tugasnya dikerjakan. Selamat siang!"

"Siang Pak!"

Anehnya, suara yang tadi loyo dan hanya beberapa yang menyahut kini berubah semangat dan keras seperti suara toa. Nara juga tersentak hingga matanya tiba-tiba terasa ringan kembali. Nara melirik Leon yang masih terlelap dalam tidurnya. Lelaki itu menghadap ke sebelah yang tak bisa Nara lihat hingga ia tak bisa menyaksikan wajah lelaki itu yang tengah tertidur seperti apa.

Nara memutuskan untuk segera pergi ke kantin. Perutnya sudah berbunyi akibat cacing-cacing yang mendemo minta makanan. Tanpa membereskan buku catatannya yang berserakan di atas meja, Nara segera berlari keluar kelas.

Sepeninggal Nara, Leon mulai membuka matanya. Mengucek-ngucek dengan tangannya kemudian menguap sekali sebagai penutupan tidurnya. Leon masih mengumpulkan kesadarannya ketika dilihat teman-temannya sudah tak ada lagi di kelas. Melirik ke sebelah kiri, teman sebangkunya juga sudah tidak ada disana.

Leon sendiri juga kadang bingung, kenapa jam pelajaran matematika selalu berakhir membosankan, bukan malah menegangkan. Pernah ia berpikir semua ini karena Pak Dono yang sudah berusia lanjut dan cara menerangkan yang lambat. Namun anehnya, pelajaran sejarah oleh Pak Yusman yang sama-sama sudah tua dan lambat pun malah menyenangkan.

Leon mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya, kemudian mengirimkan satu pesan untuk salah satu temannya yang sudah dipastikan pasti akan cepat membaca pesan itu dibandingkan yang satunya lagi.

To : GEMMA

Dimana lo?

Hanya kurang 1 menit, sudah masuk balasan ke ponsel Leon.

From : GEMMA

D kntn blkg bs.

Leon menyimpan ponselnya di saku kemejanya setelah mendengus jengah. Namun belum sampai ia berdiri sempurna, sebuah buku bersampul kuning gambar pisang disampingnya menarik perhatiannya. Leon kembali mendaratkan pantatnya di kursi. Mengambil buku itu agar lebih dekat dengannya kemudian membuka halaman pertama.

Nama : Kinara Affantika
Kelas : 12 IPA 2
Pelajaran : MTK

Leon terkekeh geli, tulisan itu sangat rapi namun terlihat klasik. "Dasar bocah!" Gumam Leon. Diujung bawah halaman kertas itu ia melihat sebuah catatan kecil yang nyaris tak terbaca jika tidak teliti.

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang