"Ada yang mati tapi bukan perasaan."
___
Nara menutup pintu mobil Nando. Kemudian ia segera menuju kelasnya. Ada seseorang yang sangat ingin ia temui pagi ini. Hatinya sudah tak sanggup lagi menahan untuk tidak bercerita padanya. Saat Nara selesai menyimpan ransel ditempatnya, Nara segera kembali keluar dan mencari keberadaan sahabatnya. Tak lama ia bertemu dengan Lily dan langsung membawanya ke taman sekolah.
"Kesel seribu kesel!" Gerutu Nara. Mereka sudah duduk di bangku taman yang masih sangat sepi pagi itu.
"Kayaknya gue salah kemaren ngebiarin lo pergi sendirian. Harusnya gue gak usah ikut ke bazarnya Lala." Kata Lily membuat Nara tiba-tiba tak enak hati.
"Gue gak maksud ngomong gitu. Lo lupain aja soal yang kemaren. Ini masalahnya soal Mami. Mamanya Nando." Kata Nara yang kemudian nadanya berubah pelan.
"Kenapa dia?" Tanya Lily mulai kepo.
"Lo tau? Gue pikir semuanya bakal baik-baik aja, tapi feeling gue emang gak pernah salah. Baru sehari nampakin diri dia udah nunjukkin sifat aslinya. Fix, dia gak suka sama gue Ly!" Ujar Nara menggebu-gebu.
"Bentar-bentar deh, maksud lo gimana? Emang dia kayak gimana ke elo?" Tanya Lily yang memposisikan diri menghadap Nara.
"Ya pokoknya gitu deh. Dia---,"
"Well, well, well. Jadi ini anak baru yang udah berani banget ngerebut Leon dari gue!" Sentakan dan suara tepuk tangan menghentikan ucapan Nara. Nara mendongak melihat orang yang sebelumnya pernah dia lihat di kantin kini berada dihadapannya. Dayangnya masih sama, ada 3 orang.
"Diri, lo!" Titah gadis itu. Bibirnya yang merah membuat Nara merasa ingin sekali menggosoknya dengan tisyu basah. Ini sekolah neng, situ masih jadi murid.
"Kamu ngomong ke saya?" Tanya Nara berusaha santay.
Gadis itu berdecak. "Gak usah sok-sokan formal! Cewek perebut kayak lo gak pantes bersikap seolah-olah lo orang baik-baik."
Nara mengernyitkan keningnya bingung. Apa yang terjadi padanya sepagi ini?
Lily kini ikut berdiri. Dia menatap lawannya dengan tatapan penuh intimidasi.
"Lo ada urusan apa sama sahabat gue, Ta?" Tanya Lily sengak.
Tata tertawa crispy. Gadis itu kemudian memberikan tatapan merendahkan pada Lily. "Oh ternyata dia sahabat lo. Pantesan aja, dua-duanya sama rendah karena udah berusaha ngerebut milik orang!"
"Eh jaga ya omongan lo!" Sentak Lily sampai mendorong pundak Tata dengan satu tangannya.
"Astaga, Lily, Lily, lo itu bener-bener gak elegan banget ya jadi cewek. Bisa gak lo gak usah pake otot kalo interaksi sama gue "
"Lo juga gak usah ngehina-hina gue dan sahabat gue kayak gitu. Lo pikir lo itu siapa? Berani banget sama gue." Tantang Lily, melipat lengan bajunya.
"Lo juga mikir, lo itu siapa! Berani banget nantangin gue, hah!" Tata sudah habis kesabaran, dia mengikis jarak dengan Lily.
Nara yang panik refleks mendorong tubuh Tata. Tenaganya yang lebih kuat dari gadis yang lebih krempeng dari dirinya itu membuat Tata terhuyung kebelakang. Kemudian ketiga temannya menahan Tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
TienerfictieNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...