Chapter 5

461 72 5
                                    

Baru hari pertama masuk sekolah Nara sudah pulang telat. Niatnya ia hanya mampir sebentar ke rumah Lily sekalian bertemu dengan orangtua Lily yang sudah Nara rindukan juga. Namun kebablasan ketika Lala, adiknya Lily mengajak Nara untuk bermain PSV di kamarnya yang bernuansa pink juga seperti kamar Nara. Membuat Nara merasa nyaman seperti dikamar sendiri hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Mau menginap tak mungkin juga karena Nara tidak bawa baju ganti dan buku pelajaran untuk besok. Terpaksa Nara pulang walau jam sudah menunjukkan pukul 18 lewat 25 menit.

Nara sampai di depan rumahnya dengan selamat diantar oleh Om Lathan, ayahnya Lily. Baru saja akan masuk ke dalam, langkah Nara terhenti ketika melihat Nando baru masuk ke dalam mobilnya bersama dengan seorang perempuan berambut panjang sepinggang.

Perasaan kepo Nara seketika membuncah. Mau mengintip tidak mungkin juga karena di rumah sendiri. Terpaksa Nara berjalan melewati mobil Nando namun dengan langkah pelan-pelan dan mata menyipit setajam elang.

Kaca mobil Nando terbuka setengah menampakkan Nando yang tengah memarkir mobilnya.

"Papa udah nungguin lo dari tadi." Ujar Nando tanpa melihat ke arah Nara. Kesempatan emas Nara terbuka lebar, baru saja ia melirik kaca mobilnya sudah Nando tutup. Namun sebelum kaca itu menutup sempurna Nara sudah bisa melihat sosok gadis itu. Wajahnya Indonesia banget. Alisnya tebal dan rapi, matanya hitam terang dan pipinya sedikit chubby. Bibirnya tipis berwarna pink merekah. Cantik. Itu kesan pertama Nara.

___

Keluarga kecil yang hanya terdiri dari ayah dan kedua anak saja itu baru saja menyelesaikan makan malam. Wira sudah menuju ruang kerjanya. Sementara Nando dan Nara masih berada di ruang makan. Baru beberapa hari saja Nara sudah mulai mengerti, mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring adalah tugas yang dilakukan Nando tanpa sia-sia. Lelaki itu benar-benar terampil selayaknya ahli yang berada di restoran-restoran hebat.

Nando selesai mencuci tangan dan mengeringkannya menggunakan serbet yang digantungkan di dekat lemari piring. Dia berjalan mendekati ke arah Nara yang masih membereskan makanan di atas meja.

"Kalo makanannya sisa bayak kayak gini biasanya diapain? Tapi gue gak pernah tau kalo misalnya ini diangetin buat besok pagi kita makan." Ucap Nara berusaha mencari jawaban atas ketidak tahuannya.

"Dibawa pulang sama Bi Esih dan Mang Jajang. Bentar lagi mereka pulang." Jawab Nando tanpa mengalihkan pandangan dari gelas-gelas cantik yang sudah tertata rapi.

"Pulangnya kemana?" Oke, Nara akui pertanyaannya yang barusana sungguh terlampau kepo. Tapi apa salahnya ia tau, siapa tau kan nanti dia punya urusan yang penting begitu. Siapa yang tau kan.

"Ke gang angsa. Dari sini nyebrang jalan raya."

"Oohh," Nara membulatkan mulutnya.

"Btw, lo ada PR gak buat malam ini?" Tanya Nando. Dia kini baru menatapa Nara. Namun tatapan itu begitu terkesan dingin tanpa ekspresi.

"Enggak. Kenapa?" Jawab Nara kemudian diteruskan bertanya.

"Gue mau minta anter ke supermarket. Gue harus belanja." Nando hendak meninggalkan ruang makan sebelum Nara berteriak.

"Kapan?"

Nando tidak menjawab, dia masuk ke kamarnya yang berseberangan dengan tangga. Kemudian menutupnya rapat membuat Nara menghela nafasnya jengah.

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang