Chapter 43

150 12 0
                                    


___

Tokk.. Tokk.. Tokk..

Pintu kamar Nara diketuk. Dengan sigap Nara membukanya dan langsung terciumlah aroma maskulin dari Nando yang kini sudah mengenakan pakaian kasual namun terlihat elegan.

"Mau kemana?" Tanya Nara penasaran melihat tampilan Nando yang sudah rapi itu.

"Gak mau kemana-mana sih." Jawabnya sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Eh, btw, lo lagi ngapain?" Tanya Nando sambil menjulurkan kepalanya mengintip isi kamar Nara.

"Lagi nonton Vagabond, sedih tau!" Jawab Nara.

Nando menaikkan sebelah alisnya, "Vagabond?"

"Iya, itu lho yang pemainnya Lee Seung Gi dan Bae Suzy." Cerocos Nara.

Mendengar nama yang lidah Nando kesulitan melapalkannya, membuat dia mengangguk mengerti. "Oh."

"Kenapa? Mau ikut nonton juga?" Tanya Nara.

Nando menggeleng cepat. "Enggak, deh."

"Hmm, trus mau ngapain dong?" Tanya Nara mulai sedikit kesal. Mana dia lupa lagi tidak memencet tombol pause dahulu.

"Hmm," Nando berdehem singkat. "Kalo lo gak ada acara, mending ikut gue jalan-jalan." Putus Nando.

Mimik Nara berubah sebal. "Tadi katanya gak mau kemana-mana. Aku ajakin nonton bareng malah gak mau. Eh, sekarang ngajakin jalan-jalan. Gimana sih, abang!"

Nando nyengir kuda. "Iya, soalnya gue bete banget di rumah."

"Lo emang gak ngampus?" Tanya Nara. Kepo mbak.

"Enggak. Lagi libur." Jawab Nando enteng.

Seperti teringat sesuatu, Nara mengajak Nando untuk menuju tangga. Dia tidak enak lama-lama berada di ambang pintu. Takut seret jodoh, kata orang tua dulu.

"Lo beneran putus sama Cilla kak?" Tanya Nara tiba-tiba.

Ekspresi Nando sedikit terkejut dan sedikitnya lagi bingung. "Lo tau?"

Nara mengangguk. "Kenapa sih? Kalian perasaan cocok deh. Mana gue udah ngasih restu lagi. Kasian tau Cilla, dia kan lagi sakit." Cerocos Nara.

"Cilla yang mutusin." Jawab Nando berdusta. Sakit aku bang difitnah.

"Kenapa?" Tanya Nara makin penasaran.

"Udah gak cocok kali." Terka Nando.

Hmmm, aku mencium aroma-aroma kebusukan bang!

"Oh, jadi maksud lo ngajakin gue jalan buat ngerefresh otak gitu biar gak mikirin mantan terus?" Tebak Nara.

Nando refleks mengangguk. "Iya lah pokoknya gitu. Jadi gimana? Mau gak?" Tanya Nando sudah tak sabar.

Nara sedikit menimang-nimang. Dia teringat Leon yang tadi mengajaknya pergi. Tapi lelaki itu belum juga mengabarinya kembali. Nara penasaran dan mau ikut Leon pergi. Tapi jika digantung gini dia jadi kesal sendiri.

"Kemana dulu?" Tanya Nara.

"Jalan-jalan aja." Jawab Nando. "Naik motor." Ujarnya yang seketika membuat Nara berbinar.

"Naik motor? Ya udah kalo gitu gue siap-siap dulu." Ujar Nara kegirangan. Seketika dia melupakan ajakan Leon. Jiwanya terlalu senang diajak naik motor. Dulu dia motor-motoran saat masih di Garut. Itupun di jalan Desa.

Apa bedanya??

"Gue tunggu di bawah." Ujar Nando.

Nara segera kembali ke kamar. Mengganti bajunya secepat mungkin. Tadinya dia cuma mau pake sweater, tapi takutnya kepanasan. Daripada pake baju lengan pendek, lebih baik dia pakai kemeja sekalian. Yang penting menutupi tangannya.

___

"TANTE YUHUUU!" Nindya sudah berteriak heboh ketika baru saja memasuki rumah Milly dengan menenteng glossy blink sparkle toscanya. Nindya yang sudah hafal luar kepala langsung saja menuju ke dapur. Namun tak ditemukannya siapa-siapa.

"Tante, where are you?" Teriak Nindya kemudian mendekat ke kamar Milly.

"Iya, sebentar sayang. Tante lagi ganti baju." Balas Milly dari kamar.

Mendengar itu, Nindya memutuskan untuk duduk dahulu di sofa.

Sementara itu di kamar Leon, lelaki itu masih terus menatap ponselnya. Namun sudah beberapa kali ia restart hpnya takut jika dari sana yang error, tapi tetap saja, pesannya masih ceklis satu abu.

Leon mendengus jengah. Sudah hampir 1 jam dia menunggu. Milly pasti sudah siap dibawah. Leon memutuskan untuk berganti baju dan bersiap-siap. Setelah itu dia turun dan menuju ruang tengah.

"Nara nya mana?" Tanya Milly baru saja keluar dari kamarnya.

"Nomornya gak aktif, Mam." Jawab Leon pasrah.

"Ya terus gimana? Kita kan udah mau berangkat." Jawab Milly.

"Eh iya, Nara diajak juga ya?" Celetuk Nindya yang kemudian berdiri dari duduknya.

"Tadi gue papasan sama Nara dijalan." Ujar Nindya membuat Leon mendekat.

"Dia kesini?" Tanyanya penuh harap.

Nindya menggeleng. "Malah berlawanan arah gitu."

"Kemana?"

"Gak tau, naik motor sama Nando." Ujar Nindya.

Mendengar itu hati Leon mencelos. Apa karena ini ponsel Nara tiba-tiba mati dan tak dapat ia hubungi? Leon berusaha berpikir positif.

"Mungkin dia dianterin Nando kesini." Ujar Leon meyakinkan diri sendiri.

"Tapi gue gak yakin deh. Soalnya mereka arahnya berlawanan gitu. Seru juga kayaknya perjalanan mereka." Sahut Nindya. Tak sadar sudah memanasi seseorang dihadapannya.

Leon mengepalkan tangannya. Dia tidak suka ditikung. Bukan masalah Nando adalah abang Nara. Tapi sudah jelas Nando mengincar Nara. Pasti ini ulah Nando juga, sengaja menjauhkan Nara dari Leon.

Awas aja!

"Jadi gimana sama Nara?" Tanya Milly yang baru kembali dari kamar setelah merapikan rambutnya.

Leon menaikkan bahunya acuh. "Dia gak jadi pergi."

"Lho, kenapa?" Tanya Milly sedikit kecewa.

"Dia pergi sama kakaknya." Jawab Nindya.

"Enggak kesini?" Tanya Milly lagi.

"Kayaknya enggak. Ya udah biarin aja. Mungkin lain kali." Kata Leon pasrah. Dia kembali ke kamarnya untuk mengambil barang yang kelupaan.

"Tadi sih Mami bilang kamu jemput aja. Biar nanti Mami dibantuin Nindy beres-beresnya. Kamunya bilang gak mau. Kan kodratnya cewek itu diperjuangin!" Kesal Milly. Namun dia juga pasrah. Mungkin ini memang bukan saat yang tepat. Milly segera mengajak Nindya untuk mengambil barang bawaan mereka ke mobil.

To : Kinar jutek

Aku mau ngajakin ketemu Papi. Dia baru pulang ke rumah dinasnya di Depok.

Nanti kamu pulang bareng Nindya

Leon mematikkan layar ponselnya. Menghela nafasnya kasar. Kemudian mengambil ransel di lemari dan memasukkan 2 potong kaos dan pakaian yang diperlukan lainnya.

"Kita berangkat sekarang aja." Ujar Leon langsung masuk ke dalam mobil aphard milik Milly.

Milly mengangguk. "Papi juga barusan telfon, nanyain katanya udah berangkat belum."

"Oke." Leon duduk di samping kemudi. Menatap lurus ke jalanan. Pikirannya melayang entah terbawa kemana. Tapi hatinya seakan mencelos berkali-kali mengingat hal itu. Terdengar sepele, tapi Leon benar-benar merasa takut.

Leon sangat takut ketika nantinya Nara akan memilih Nando karena dia adalah kakaknya. Mendengar Nando yang berani memutuskan Cilla setelah hubungan mereka yang tak sebentar itu membuat keyakinan Leon makin pupus. Nando lebih berani dari yang Leon kira. Walau mereka bersahabat, Nando tak bisa dianggap remeh.

Leon hanya takut. Dia baru pertama kali seperti ini. Mungkin kedengarannya seakan dia cowok yang lebay dan lemah. Tapi terus terang, Leon hanya takut. Dia belum biasa seperti ini.

___

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang