Chapter 37

156 12 0
                                    


___

Ini sudah hari ketiga Nara hanya tinggal berdua dengan Nando di rumah. Selama itu Nando benar-benar berubah menjadi sosok abang yang protektif bagi Nara. Terkadang Nara merasa risih, namun ketika direnungkan sikap Nando seperti itu semata-mata karena menyayangi adiknya.

Hari ini Nara berangkat diantar Nando. Tadinya Leon sudah mengabari akan menjemput, namun karena melihat Nando yang sudah bersiap-siap memanaskan mobil membuat Nara mengalah. Dia terpaksa mengatakan kepada Leon jika ia tak perlu dijemput. Dan untungnya lelaki itu mau mengerti.

"Udah siap?" Tanya Nando melihat Nara yang sudah menuju ke arahnya yang sedang menyender di kap mobil.

Nara mengangguk sebagai jawaban. Kemudian mereka segera naik dan mobil pun melaju meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan hanya hening yang tercipta. Nando sama sekali tidak membuka percakapan. Dan Nara pun hanya memandangi jalanan lewat jendela.

"Belajar yang bener." Peringat Nando ketika mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah Nara. Hanya itu yang selalu Nando ucapkan ketika dia menurunkan Nara di sekolah. Nara hanya membalasnya dengan anggukan kepala.

Nara berjalan di koridor seraya mencekal tali tas ranselnya. Sebuah tepukan di pundak Nara membuatnya terkejut dan menghentikan langkahnya.

"Wlee!"

"Ih, sebel!" Pekik Nara seraya mencubit perut Leon. Lelaki itu adalah pelaku yang sudah menepuk pundak Nara. Dan membuat Nara menjadi kesal karena saat Nara berbalik lelaki itu malah menjulurkan lidahnya.

Leon terkekeh sambil meminta ampun. Wajahnya menampilkan ekspresi mengaduh dan pura-pura kesakitan.

"Gak usah lebay deh!" Tepis Nara kemudian meninggalkan Leon di koridor.

Leon segera berlari mengejar Nara dan merangkul pundak gadisnya itu yang tinggi kepalanya saja hanya sampai sedagu Leon.

Menjadi pusat perhatian membuat Nara merasa sedikit risih. Dengan cepat dia menjauhkan dirinya dan melepaskan rangkulan Leon. Namun bagaikan perangko yang tak pernah lepas dari amplop, Leon segera mendekat lagi kepada Nara. Kemudian mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Ngapain sih? Malu ya jalan sama jerapah?" Tanya Leon berniat menggoda Nara.

Mendengar ucapannya membuat Nara sontak melotot dan memukul lengan Leon. "Jadi maksud lo gue pendek gitu?" Tantang Nara sambil berkacak pinggang.

Leon baru menyadari ucapannya kemudian menempelkan kedua tangannya dan menaruh di depan dada. "Sori, bukan gitu maksudnya. Sumpah, barusan keceplosan."

Nara mendengus sebal. "Bodo amat!" Kemudian meninggalkan Leon kembali.

Saat lelaki itu hendak mendekatinya, Nara langsung berlari lagi. "Gak usah deket-deket, ih!" Teriaknya sambil terus berlari menuju kelas.

Leon terdiam. Kemudian terkekeh ringan. Lucu.

"Hai, Leon." Sapa Tata yang tiba-tiba muncul di hadapan Leon.

Wajah Leon berubah malas. "Ngapain lo kesini?" Tanya Leon sinis.

"Ih, kok lo ngomongnya gitu banget sih ke gue." Ujar Tata dengan nada merengek dan segera memeluk lengan Leon.

"Lepasin, Ta." Kata Leon sambil melepaskan pelukan Tata.

"Enggak. Tangan ini cuma gue yang boleh meluk. Cewek itu gak boleh!" Ujar Tata dengan nada posesif.

Leon menghela nafasnya lelah. "Gue bilang lepasin!" Tepis Leon sedikit keras.

Tata langsung tak terima. Dia berusaha kembali meraih tangan Leon namun segera dijauhkannya oleh lelaki itu.

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang