Chapter 33

156 13 0
                                    


___

Wira semalam menginap di rumah sakit menemani Erine. Sementara Nara dan Nando pulang duluan karena Nara esoknya harus pergi sekolah. Dokter dan Wira bilang bahwa keadaan Erine sudah stabil. Bahkan Erine sudah bisa dibawa pulang keesokan harinya. Hal itu membuat Nara lega dan kemudian menyetujui untuk pulang pada jam 1 malam.

Paginya, Nara dibangunkan oleh Nando yang tiba-tiba masuk ke kamar Nara dan membukakan gorden kamarnya. Nara menggeliat merasa badannya sangat pegal karena dia 2 kali tidur dalam keadaan duduk. Saat di rumah sakit di kursi tunggu dan saat perjalanan pulang.

"Bangun, Ra. Cepet mandi, siap-siap dan sarapan. Gue anterin lo sekolah." Kata Nando lembut. Nara mengucek matanya masih menstabilkan jiwa raga. Setelah merasa bugar, Nara beranjak mandi.

Tak lama Nara sudah bersiap-siap dan turun untuk sarapan. Di ruang makan hanya ada dirinya dan Nando yang sudah menyelesaikan sarapannya duluan.

"Gue tunggu diluar. Gak usah buru-buru. Gue mau sekalian jemur badan." Kata Nando kemudian meninggalkan Nara sendirian di sana.

Nara segera menghabiskan sarapannya. Ia ingin menelfon Wira, tapi keduluan oleh Bi Irah yang mengatakan jika nanti siang Wira akan pulang bersama Erine setelah selesai cek kesehatan. Maka dari itu Nara mengurungkan niatnya dan kemudian segera pamit untuk ke sekolah.

Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang tercipta di mobil Nando sehingga lelaki yang sedang menyetir itu menyalakan radionya dan menyetel lagu dari Sam Smith yang berjudul Stay With Me.

'I don't want you to leave.' Batin Nando seraya melirik Nara yang tengah menatap ke jalanan.

___

Nara sampai di parkiran sekolahnya. Nando memang beberapa kali mengantar Nara sampai ke parkiran. Lelaki itu tidak pernah mempermasalahkan apa-apa walaupun mendapat tatapan intimidasi yang kebanyakan dari siswi kelas 12 yang memang sudah terlebih dulu mengenal Nando.

"Belajar yang bener." Ujar Nando saat Nara baru saja turun dari mobilnya.

"Iya." Jawab Nara sedikit bermalas-malasan.

"Jangan cemberut gitu, mood lo bisa jelek sampe nanti siang. Emangnya mau?" Tanya Nando.

Nara berdecak kemudian memaksakan senyumnya. "Iya, nih, gue senyum tuh." Sambil memperlihatkan senyuman yang sebenarnya lebih ke cengiran kepada Nando.

Nando terkekeh melihatnya. "Iya, udah-udah, lo malah jelek kalo senyumannya dipaksain gitu."

Nara mengerucutkan bibirnya sebal.

"Sana masuk." Titah Nando. "Mami baik-baik aja kok."

Nara mengangguk lalu segera meninggalkan Nando. Berjalan dengan langkah sedikit gontay. Mengabaikan tatapan iri dari teman-teman satu angkatannya. Ada yang berbisik-bisik kepo kenapa Nara bisa diantar oleh Nando. Ada yang berbisik kagum karena Nara diantara salah satu populasi cowok ganteng alumni sekolah itu. Bahkan ada yang menatap sinis karena merupakan pendukung 'NanCill'.

Dan ada pula yang menatap Nara dan Nando dengan tatapan terluka.

___

"Jadi gimana? Mau jawab sekarang, nanti siang, atau mungkin besok?" Tanya Leon sambil menaik-turunkan alisnya.

Nara yang langsung mendapat celotehan Leon saat baru mendaratkan pantatnya di bangku hanya bisa mendengus kesal.

"Leee, lo bisa ya gak usah nanyain soal itu dulu. Gue udah punya jawaban kok. Tapi gak sekarang gue bilang." Kata Nara sedikit merengek. Dia benar-benar pusing, lelah, mengantuk, pegal-pegal, ingin makan yang enak-enak.

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang