___
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring menggema di seisi ruang makan. Formasi lengkap keluarga kecil itu membuat suasana lebih hangat. Kecuali hati Nara. Rasanya selalu dingin belakangan ini.
"Tadi kok Nara bangun tengah malem? Dia turun ke bawah, padahal kamar mandi ada di kamarnya." Ucap Erine tiba-tiba disela-sela makan.
Wira yang sedang mengunyah nasi gorengnya langsung berhenti mengunyah.
"Nara abis nyari makanan Mih," ucap Nara menjawab.
"Kamu laper? Suruh siapa gak makan malem?" Ujar Erine tanpa melihat ke arah Nara.
"Hmm," Wira meneguk air putih kemudian berdeham kecil. Dia melirik Nara yang terlihat hanya memainkan makanannya. Memang, Nara tiba-tiba kehilangan nafsu makannya.
"Semalem aku lupa ngasih tau Bibi kalau kita makan diluar. Jadi Nara pas masuk kamar langsung ketiduran." Ucap Wira berusaha mencairkan suasana.
"Trus makanan yang udah dimasak Bi Irah gak ada yang makan dong? Nando kan juga makan di temennya." Sahut Erine dengan nada yang sedikit sewot.
"Gak apa-apa, makanannya udah dibungkus dibawa pulang sama Bi Esih." Jawab Wira.
"Sayang banget sih. Kan beli bahannya pake uang, masaknya ngeluarin keringet." Kata Erine. Dia kini meniru Nara dengan hanya memainkan makanannya.
Nara menatap Erine dari sudut matanya. Dia merasa ada yang aneh dengan wanita yang mengaku sebagai ibu tirinya itu. Semalam semuanya nampak baik-baik saja hingga Nara tak sengaja mengintip Erine dikamarnya kemudian pagi ini dia bersikap berbeda kepada Nara.
"Nanti kamu gak usah diingetin lagi ya kalau makan. Kasian Bi Irah udah masak capek-capek." Kata Erine yang ditujukan kepada Nara.
Mendengar ucapan Maminya itu perasaan Nara mulai tidak enak. Apalagi sedikit nada sinis dilontarkan oleh wanita berkepala empat itu.
"Hmm," Nara hanya menjawab dengan deheman. Dia melirik Nando yang sisa makana dipiringnya hanya tinggal satu suap lagi. Sementara piring Nara masih tersisa setengahnya. Dia menyimpan sendok dan garpunya kemudian meminum segelas air putih hingga tersisa setengah.
"Nara udah kenyang." Ucap Nara kemudian beranjak dan hendak meninggalkan ruang makan. Namun belum jauh dari sana Erine sudah menyela lagi. "Kok gak dihabisin? Kamu gak sayang. Itu udah kamu ambil harusnya tanggung jawab dong dimakan. Kalo udah gini diapain? Dikasih ke kucing?"
Nara menghela nafasnya pasrah. Oh Tuhan, jadi seperti ini rasa takut itu.
"Nara mau mandi dulu, abis itu nanti Nara beresin piring kotornya." Tanpa berbalik menghadap lawan bicaranya Nara segera menuju tangga dan masuk ke kamarnya.
Nara merebahkan diri di atas ranjang. Biasanya ia tak pernah tiduran kalau sudah makan, menunggu dahulu sekitar 20-25 menit. Namun sarapannya pagi ini sangat tidak nikmat. Nara bahkan masih merasa lapar. Namun karena sikap aneh dari Erine membuat moodnya buruk pagi ini.
___
"Gue mau ke toko buku, siapa tau lo mau ikut?" Tawar Nando ketika dirinya dan Nara sedang berada di dapur. Nara baru saja memblender buah mangga yang dijadikannya jus dan kemudian langsung diminumnya di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Teen FictionNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...