___Nando duduk di samping bangkar rumah sakit. Dia menatap seorang gadis yang tengah berbaring dengan kepala yang diperban. Gadis itu tidak sedang tidur. Malah menatap Nando dengan tatapan penuh harap.
Tangan gadis itu meraih wajah Nando, namun seketika Nando menghindar. Ia menyimpan kembali tangan mungil itu diperutnya.
"Lo gak boleh banyak bergerak dulu." Kata Nando. "Eee, kata dokter." Lanjutnya.
Gadis itu tersenyum. Kenapa Nando kini bersikap seperti itu. Seolah-olah dia menjaga image dan gengsi hanya tinggal mengakui bahwa dirinya memang peduli.
Merasa risih ditatap lama-lama seperti itu, akhirnya Nando memilih untuk berdiri. Menyisakan raut gelisah di wajah gadis itu.
"Lo harus istirahat. Kepala lo kebentur dan pasti bikin pusing banget." Kata Nando.
Gadis itu terkekeh. "Aku cuma kebentur dikit. Ini perawatnya aja yang lebay pakein aku perban segede gini."
"La, gak usah ngelak. Lo emang baru aja kecelakaan." Kata Nando.
Cilla, gadis itu hanya diam menatap Nando yang sikapnya berangsur-angsur berubah. Lelaki itu seakan tak ingin mengingat kembali masa lalunya. Membuat hati Cilla teriris.
"Tapi aku gak kenapa-napa, Do." Ujar Cilla.
"Lo harusnya gak usah ngelakuin ini, La." Kata Nando menatap kedua manik mata Cilla. Jujur, Nando tak pernah menginginkan gadis itu terluka. Jika kini mereka masih bersama mungkin Nando akan menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang baru saja terjadi.
"Lo ngebuat gue ngerasa gak becus jagain dia." Kata Nando sedih.
Mendengar penuturan itu membuat hati Cilla semakin teremas. Bisa-bisanya Nando masih memikirkan gadis lain sementara kini yang celaka adalah dirinya. Cilla yang sudah merelakan dirinya tersakiti asal Nando bisa melihat ketulusannya dan kemudian menyadari atas semua perasaan palsunya itu.
"Do." Panggil Cilla. "Nara gak kenapa-napa, dia baik-baik aja." Ujarnya menguatkan Nando.
Cilla merasa gusar. Sedari tadi dia hanya bolak-balik di depan ruang guru. Sesekali dia mengintip Nara yang sedang berbincang dengan Bu Rumi. Cilla bingung, dia takut terjadi apa-apa dengan Nara. Gadis itu adalah orang yang kini disayangi oleh Nando. Jika Nara kenapa-napa, bukan tak mungkin Nando akan melibatkan dirinya. Cilla yang berjanji agar Tata tidak pernah menyakiti siapapun.
Nara keluar dari ruang guru dengan membawa kertas fotocopyan. Dia sedikit terkejut melihat Cilla yang tengah duduk di kursi dengan wajah yang gelisah. Ketika melihat Nara, Cilla langsung bangkit dari duduknya.
"Mau ke Bu Rumi juga?" Tanya Nara sedikit canggung. Kesan yang ia buat pertama kali dengan Cilla membuatnya merasa tak enak. Apalagi mengingat Cilla teman dari Tata. Tapi ia ingat ucapan Leon tentang Cilla yang tak seperti apa yang dipikirkan oleh Nara. Membuat Nara berusaha sekuat mungkin untuk menahan emosinya.
"Enggak." Cilla menggeleng. Terlihat dia sangat gugup sekali. "Gue mau ke lo."
Nara sontak terkejut. Namun ia segera menutupi rasa itu dengan langsung berjalan mendahului Cilla yang mengekorinya.
"Ada apa?" Tanya Nara.
Cilla berpikir keras. Tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya. Tapi jika mau membawa nama Nando dalam urusan ini, Cilla berpikir bahwa Nara sudah mengetahui hubungan keduanya yang telah usai.
"Emm," Nara berhenti berjalan. Dia merasa ada yang tidak beres dengan Cilla.
"Tadi gue disuruh Nando samperin lo. Dia udah nungguin dari tadi di depan." Kata Cilla kemudian. Dia terpaksa berasalan itu. Jika mengambil alasan lain, kemungkinan Nara tak akan percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Teen FictionNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...