Lagi-lagi entah harus merasa senang atau malah sebaliknya. Tapi perasaan Nara dipenuhi sesak antara buncah kebahagiaan dan kacau. Nara menutup pintu Mini Cooper yang sudah mengantarnya sampai depan rumah dengan selamat. Saat dilihatnya Leon juga ikut turun dari pintu kemudi, Nara hanya menghela nafasnya jengah.
Katanya buru-buru tapi kok malah ngikutin gue. Awas aja kalo macem-macem!
"Eh, cepetan ayok! Jangan geer ya tapi, gue kesini mau ketemu sama abang lo!" Kata Leon membuyarkan lamunan kilat Nara. Nara tersadar dan malah mengekori Leon.
Pintu rumah itu terbuka lebar. Nara yakin pasti ia sudah keduluan datang. Nara langsung saja mendahului Leon ketika ternyata di ruang tamu rumah itu sudah berkumpul dengan banyak sekali koper dan paperbag berwarna-warni.
"Hallo tan, lama gak ketemu." Ucap Leon. Nara kalah cepat dan nyatanya ia keduluan untuk menyalami seorang wanita cantik dengan rambut pirang yang dicepol rapi itu.
"Tante udah berapa bulan ya di Swiss, nyampe pangling Leon. Tante makin cantik!" Goda Leon seraya mengedipkan sebelah matanya pada wanita itu membuatnya terkekeh.
"Sayang, ini Mami Erine." Ucap Wira. Kemudian merangkul bahu Nara untuk duduk di dekat wanita yang bernama Erine itu.
Nara tidak berkata-kata, hanya menyalaminya penuh hormat. Ia tahan perasaannya yang sudah tak karuan. Mencoba untuk mencari posisi ternyaman duduk di dekat wanita yang baru saja ditemuinya setelah dulu hanya saling sapa lewat jaringan saja.
Pandangan Nara teralih pada Leon. Lelaki itu malah ikut duduk diantara mereka. Terlihat Bi Irah yang membawa nampan berisi beberapa kue lapis yang sudah dipotong-potong dan menyimpannya di atas meja.
"Bi, kantong yang putih itu ambil aja ke dapur. Trus ini, ada oleh-oleh buat Bibi sama yang Bi Esih ya." Ucap Erine. Suaranya begitu terdengar lembut. Ia menyodorkan paperbag berwarna hijau tosca bermerk yang kemudian diterima Bi Irah.
"Makasih, Nya." Kemudian Bi Irah kembali ke belakang.
Erine mengambil 2 paperbag yang berwarna coklat, memeriksa isinya sebelum kemudian menyerahkannya kepada Leon. Nara hampir tidak menyangka dibuatnya.
"Yang ini buat si Bule yang ganteng." Menyerahkan paperbag kepada Leon. "Satu lagi buat Mami ya, titip. Trus bilangin juga kalo Tante udah pulang. Kapan-kapan kita harus ngadain acara makan bareng lagi."
"Oke, Tan. Wih, makasih ya!" Seru Leon girang.
Nara hanya menunduk menatap kedua ujung kakinya yang saling bersentuhan. Tanpa sadar bahwa Leon tengah mengamati gerak-geriknya.
"Eh, Tan, Om, kalo gitu Leon permisi ya. Harus ke rumahnya Om Mario, lagi ulang tahun dia." Kata Leon cablak kemudian menyalami Erine dan Wira yang menepuk pundaknya.
"Hati-hati ya. Makasih udah nganterin putri Om." Sahut Wira. Leon hanya mengangguk kemudian menatap Nara berharap gadis itu mau mengucapkan kalimat yang sama. Namun tak kunjung Nara mendongak untuk menatapnya. Hal itu membuat perhatian Nando teralih.
"Pah, Mam, aku ada urusan sama Leon dulu. Aku keluar sebentar." Pamit Nando seraya mengambil kunci mobilnya dari atas meja.
"Hati-hati sayang." Ucap Erine.
Sepeninggal kedua lelaki itu Nara baru menaikkan pandangannya. Ia seperti baru sadar bahwa sudah melewatkan hal yang penting. Mengapa dengan tidak tahu dirinya ia mengabaikan Leon yang sudah mau mengantarnya? Tapi bukankah itu juga karena dia disuruh? Ah, tapi tetap saja kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
Teen FictionNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...