___Plakkkk
Ini sudah yang kesekian kalinya Melinda mengapresiasikan kemarahannya kepada Tata dengan cara menampar pipi mulus gadis itu. Melinda sangat merasa kacau. Ia merasa menjadi seorang ibu yang stres. Terkadang ia begitu kesal bahkan ingin membunuh Tata sekalian, tapi kadang ia juga menyesal telah bermain tangan dengan darah dagingnya itu.
Melinda menangis sesenggukan sembari memeluk lututnya di lantai.
"Salah apa aku Tuhan, hingga engkau memberikanku anak yang tidak pernah bisa menjadi orang yang baik barang sekali saja." Racau Melinda.
Sementara itu, di ambang pintu Gema tengah menatap kedua wanita berbeda generasi itu. Ada perasaan sakit ketika dia melihat Tata disakiti oleh Maminya sendiri. Namun Gema tak punya pilihan lain. Dia bahkan tak bisa mendidik Tata hanya sekedar membuatnya sadar bahwa Leon bukanlah untuknya.
"Mami selalu aja main tangan sama Tata. Kalau perlu sekalian aja Mami bunuh Tata sekarang juga!" Pekik Tata lantang. Dia juga menangis. Seketika rasa panas yang menjalar di pipinya hilang karena Tata begitu emosi dengan keadaannya saat ini.
Melinda berdiri, kemudian meraih pipi Tata dan mengusapnya lembut.
"Mami minta maaf kalau Mami nyakitin kamu, Tata." Ujar Melinda sudah parau. Sedari tadi dia berteriak-teriak memaki Tata atas laporan dari pihak kepolisian tentang kasus tabrak lari yang dilakukan gadis itu.
"Mami ngelakuin ini semua karena Mami gak tau lagi dengan cara apa kamu bisa tau kalo apa yang kamu lakukan ini salah besar."
Tata mencebikkan bibirnya. Dia menepis tangan Melinda yang masih mengusap pipinya.
"Tata cuma butuh Mami sama Papi baik-baik aja! Gak lebih!" Teriak Tata mulai kembali mengingat masa lalunya.
Melinda semakin menangis sejadi-jadinya.
"Tata stop! Gak usah bawa-bawa Papi kamu."
"Kenapa Mih?" Tata menantang Melinda. "Kenapa Tata harus selalu ngelupain Papi, sementara Tata sendiri aja masih bingung kenapa Papi pergi."
Melinda mengusap wajah dan air matanya kasar. "Karena Papi kamu malu punya anak misbehave kayak kamu!" Bentak Melinda.
Tata memejamkan matanya menahan amarah. Ia selalu benci dibentak. Namun ini bukan yang pertama kalinya dilakukan oleh Melinda. Kalian bisa menganggap Melinda ringan tangan, atau bahkan penyiksaan terhadap anak. Namun asal kalian tau, Melinda sudah lelah dengan semua kelakuan Tata. Semua perbuatannya hanya menyusahkan orang tua saja. Melinda bahkan tak bisa lagi mendeskripsikan bagaimana buruknya kelakuan Tata yang patut dibenci itu.
"Mami gak sayang sama Tata. Mami gak pernah sayang sama Tata." Racau Tata seraya menjambak rambutnya sendiri. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian ambruk dan meringkuk di lantai dengan posisi memeluk lutut.
"Tata!" Teriak Melinda. Dia berusaha membuat anaknya itu bangun. Tapi badan Tata begitu dingin. Dia bahkan berteriak-teriak tidak jelas.
"Leon!"
Gema segera mendekat, dia melihat kondisi Tata yang sangat memprihatinkan.
"Leon, kamu dimana sayang?" Pekik Tata sambil menangis.
Melinda segera memeluk Tata. Gadis itu berusaha melepaskannya namun Melinda mengunci pergerakannya. Tata seolah kehilangan tenaga namun ia masih meracau tak jelas.
"Leonnnnn!"
"Tante, apa Tata butuh dibawa ke rumah sakit?" Tanya Gema khawatir.
"Iya. Dia harus dibawa ke rumah sakit sekarang. Tata sudah berada di titik paling dropnya." Ujar Melinda. Dengan sigap Gema langsung saja memangku Tata dan membawanya ke mobil yang ia parkir di depan teras rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONNARA (End)
JugendliteraturNara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tidak enak itu datang saat masalah yang seharusnya ia hadapi sendiri malah berimbas pada orang terdekat...