Chapter 20

227 28 3
                                    


___

Leon menatap layar ponselnya gusar. Sudah beberapa menit yang lalu dia bingung dengan dirinya sendiri. Apakah ia harus melakukannya atau?

To : Cewek Saltingan (Nara)

Besok pagi gue jemput, mau?

Send.

Leon segera menyelipkan ponselnya dibalik bantal setelah pesannya terkirim. Ia berjalan menuju balkon kamarnya. Menatap taman kecil berisi bunga-bunga milik Maminya itu. Perasaannya tak karuan. Ada suatu rasa yang menuntut dirinya untuk aksi lebih jauh. Tapi ia juga belum mengerti apa itu.

Leon memutuskan untuk mandi. Dia sebenarnya setelah mengantar Nara tadi langsung makan. Seharian dia tidak makan siang karena sibuk mengantri batagor di kantin tengah untuk Nara dan Mentari. Dia tiduran saat Nara makan sebenarnya satu usaha untuk melupakan rasa laparnya. Dan untung saja perutnya bisa bersahabat. Selama bersama Nara cacing-cacing diperutnya tidak konser dadakan untuk meminta makan. Dan alhasil Leon makan banyak setelah menginjakkan kaki dirumahnya.

Leon membuka pintu kamar mandi didalam kamarnya. Menyalakan shower dan segera membasahi sekujur tubuhnya setelah menanggalkan seragamnya. Rasa dingin air membuat kepalanya sedikit sejuk.

___

Malam ini Nara terpaksa mau ikut dengan Nando. Sedari tadi lelaki itu uring-uringan ketika Wira belum juga pulang. Nando hampir memaksa Nara untuk menemaninya ke makam ibu tirinya itu. Namun mengingat Nara yang seharian pasti lelah, membuat Nando mengurungkan niatnya. Lelaki itu pun memilih untuk mengajak Nara makan malam diluar. Lagipula Nando tau jika keadaan hati Nara kurang baik saat ini.

Mereka kini berada di warung sate pinggir jalan di depan komplek. Aroma daging kambing yang tengah dibakar itu mengguar-guar perut Nara sehingga ia harus menelan salivannya sendiri. Belum pernah Nara merasa sedoyan ini untuk makan. Tapi beruntunglah, Nando sangat bisa membuat moodnya naik.

Tak lama 2 porsi sate datang diantarkan oleh Pak Didin. Nara segera mengambil satu tusuk dan memasukannya ke dalam mulut. Menggigitnya dan mulai mengecap rasanya. Seketika memejamkan mata merasakan kenikmatannya sate itu. Sementara Nando makan dengan perlahan-lahan. Dia sudah sering kesini.

"Gue mau kenalin seseorang sama lo." Ucap Nando ditengah-tengah makan malamnya.

"Siapwa?" Tanya Nara dengan mulut yang masih mengunyah sate kambing itu.

"Cewek gue. Bentar lagi dia dateng." Ucap Nando.

Nara hanya mengangguk. Ia tak peduli sama siapapun itu. Ia kini hanya menikmati makan malamnya yang luar biasa enak.

Benar ucapan Nando, 5 menit kemudian seseorang datang dan duduk di hadapan mereka. Priscilla, pacar Nando selama 2 tahun, gadis itu mengenakan dress coklat selutut dan rambut panjangnya yang digerai, indah sekali.

"Hai," sapa Priscilla.

Nara yang mendengar suara itu langsung menghentikan makannya. Awalnya dia mau menyambut baik sapaan itu sebelum ingatannya memperlihatkan sosok orang-orang yang tadi telah membuat paginya kacau. Seketika tatapan Nara berubah menjadi sinis.

Priscilla yang merasakan aura dingin langsung saja menjulurkan tangannya kepada Nara.

"Gue Priscilla." Ucapnya sambil tersenyum manis. Namun sayangnya Nara tak melihat kemanisan itu. Dia masih merasa sebal.

"Emm," Cilla sadar bahwa Nara tak menyukainya karena kejadian itu. Dia melirik Nando yang memperlihatkan wajah bingung.

"Gue mau minta maaf soal labrakan tadi pagi." Ucap Cilla cepat.

LEONNARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang