MFG 7 - Kiss ? Again ?

15.2K 565 12
                                    

"Aku bingung kenapa kau berteman dengan orang-orang munafik seperti mereka. Apa bagusnya berteman dengan mereka ? Jika seperti itu sama saja dengan kau tidak punya teman. Kau tahu itu, 'kan ?" ucap Anthony kesal saat kini ia dalam perjalanan mengantarkan Lucy pulang.

"Kau tidak akan mengerti meski aku menjelaskannya padamu tapi aku tidak membutuhkan mereka menganggapku sebagai temannya, tapi ada hal lain yang ingin kutebus dengan berpura-pura menjadi teman mereka. Begitu juga dengan Mike." ucap Lucy yang menyisakan tanda tanya besar bagi Anthony disana. Tapi karena melihat Lucy yang terlihat bersedih disana, ia mengurungkan niatnya yang hendak bertanya lebih lanjut.

"Aku tidak tahu apa maksudmu tapi, aku berharap kau segera menyudahi hal tidak berguna itu. Itu sama sekali bukan solusi yang benar untuk masalahmu saat ini. Percayalah padaku." ucap Anthony yang entah mengapa Lucy juga membenarkan ucapan pria itu. Tapi..

"Aku tidak mau pulang hari ini. Bisakah kau mengantarku ke suatu tempat." ucap Lucy dengan nadanya yang lebih pelan dari biasanya,

"Tentu saja. Aku harus mengantarmu kemana sekarang ?"

Lucy hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya ia memberikan sebuah alamat pada Anthony.

• • • • •

"Ya.. aku cukup terkejut kau memiliki sebuah apartemen yang letaknya cukup jauh dari kota seperti ini. Apa kau baik-baik saja kutinggal sendiri disini ? Menurutku ini bukan lingkungan yang aman untuk seorang wanita sepertimu. Apa kau mau kutemani ?" ucap Anthony yang terdengar sedikit khawatir dan cemas entah mengapa.

"Aku baik-baik saja Anthony. Kau bisa pulang sekarang. Terima kasih atas tumpangannya ya." ucap Lucy lalu ia berjalan mendekati pintu utama menuju apartemennya dan,

"Aku akan tetap bersamamu. Aku tidak ingin mengambil resiko berakhir kena marah kakakmu lagi karena mereka berfikir aku lalai dalam menjagamu. Jadi anggap saja aku memaksa." ucap Anthony tiba-tiba menarik tangan Lucy untuk digandenganya disana.

"Kumohon, Anthony. Kita tidak sedekat itu sehingga kau bisa masuk ketempat pribadiku seperti ini. Aku sudah sering kesini sendiri dan aku baik-baik saja. Pulanglah, kau pasti lelah setelah seharian bekerja, 'kan ? Dah, Anthony." ucap Lucy pelan dan terkesan lirih pada Anthony, membuat pria itu akhirnya mengalah dan membiarkannya pergi.

'Dia memiliki sejuta hal yang aku sungguh sangat penasaran dan ingin mengetahui semuanya. Apa sebenarnya yang tengah menganggu pikirannya sekarang ? Dia terlihat kurang sehat. Semoga ini hanya perasaanku saja.' batin Anthony dalam hati.

Anthony tentu saja langsung memutuskan berjalan kembali masuk kedalam mobilnya untuk kembali pulang tapi, sedetik sebelum ia menyalakan mesin mobilnya, sebuah panggilan telfon masuk kedalam ponselnya.

Nathan Calling...

Cukup mengejutkan saat Anthony melihat ID penelfon itu tapi, ya.. ia harus menjawabnya.

"Halo, Nath. Ada apa kau menelfonku malam-malam begini ?" ucap Nathan sambil sekarang tengah melihat sebuah jendela sebuah kamar dilantai 2 yang lampunya baru saja menyala. Ya.. ia menebak itu adalah Lucy.

"Maaf menelfonmu malam-malam begini. Tapi, apa kau sedang bersama Lucy atau tahu Lucy dimana, sekarang ? Aku tidak bisa menghubunginya dan itu membuatku khawatir."

Anthony langsung mengalihkan pandangannya kearah lain saat bingung harus menjawab apa pada kakak Lucy itu. Ya.. disatu sisi ia tak ingin berbohong tapi ia juga tak bisa memberitahukan keberadaan Lucy begitu saja apalagi wanita itu terlihat sedang ingin sendirian saja.

"Emm.. ya, aku baru saja mengantarnya kesebuah tempat tapi, maaf aku tidak bisa mengatakan dimana tepatnya keberadaannya karena kulihat adikmu sedang butuh waktu sendiri saja, Nath. Saranku biarkan saja dia sendiri dulu malam ini." ucap Anthony beralasan semampu yang dia bisa.

Mate For Guarantee ✔ [Warren Series #3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang