MFG 16 - Unforgetable moment

9.2K 461 33
                                    

"Apa sudah tidak ada yang tertinggal ? Barang-barangmu sudah semua ?" ucap Anthony yang entah mengapa Lucy merasa ada yang aneh dengan pria itu.

Ya, sejak pagi tadi Anthony terasa berbeda. Setelah pertengkaran keduanya tadi malam, Lucy mengira suasana diantara keduanya akan menjadi canggung dan Anthony tidak mau berbicara dengannya, tapi lihatlah pria itu. Ia terlihat baik-baik saja seperti tak terjadi apa-apa semalam. Bagaimana bisa pria itu melupakannya semudah itu ? Itulah yang menjadi pertanyaan Lucy sedari pagi. Tapi lebih daripada itu Lucy bersyukur Anthony tidak lagi mempermasalahkan pertengkaran semalam.

"Kurasa sudah semua." ucap Lucy pelan dan dengan perasaan bersalah yang masih berkecamuk didalam hatinya.

"Baiklah. Ayo masuk. Kita akan segera berangkat sebentar lagi." ucap Anthony yang kemudian lebih dulu masuk menaiki tangga pesawat pribadinya yang disusul oleh Lucy setelahnya.

"Apa kau mau sarapan sekarang atau______"

"Tidak perlu, Ant. Aku kurang tidur tadi malam, jadi aku akan tidur saja sekarang." ucap Lucy yang kemudian duduk disalah satu bangku yang berada didekatnya dan memasang seatbeltnya sebelum akhirnya kemudian mencari posisi nyaman untuk bersiap tidur.

"Tidurlah didalam kamar. Aku akan membangunkanmu untuk makan siang nanti. Tidur dalam posisi duduk seperti ini pasti kurang nyaman." ucap Anthony yang langsung mendapat penolakan dari wanita cantik itu.

"Tidak papa. Aku disini saja." ucap Lucy yang kemudian memalingkan pandangannya kearah lain dan berusaha menggapai alam mimpinya yang ia harap akan terputar indah menemani tidurnya.

Sementara Anthony ia tak memutuskan untuk tak membujuk Lucy lebih lanjut dan membiarkan saja wanita itu melakukan apapun sesuka hatinya.

Iba.

Ya, anggap saja itulah yang dirasakan Anthony saat ini. Bagaimana tidak ? Sepanjang malam dialah yang menjadi saksi bisu saat Lucy menangis dalam kegelapan malam.

Entah apa yang terjadi pada Anthony tapi, perasaannya, ambisinya yang dulu ingin meruntuhkan kesombongan Lucy kini beubah menjadi rasa ingin melindungi gadis itu.

Anthony tahu benar mau bagaimanapun seorang wanita itu berusaha tegar dan berdiri diatas kakinya sendiri, nyatanya pasti ada sebuah titik lembut wanita itu yang menginginkan seseorang untuk menolongnya. Atau setidaknya untuk menemaninya.

Setelah pesawat lepas landas beberapa saat yang lalu, kini Anthony sudah melepaskan seatbeltnya dan memilih duduk santai sambil mengamati wajah Lucy yang tengah tidur tak jauh dari posisinya itu.

Mata lelah karena menangis itu, Anthony bisa melihatnya dengan jelas.

"Tuan, apakah perlu aku siapkan sarapan, sekarang ?" ucap seorang pramugari yang menghampiri Anthony itu dengan nada menggoda.

Kalian pasti ingat kejadian saat Lucy memergoki Anthony sedang mendesah didalam toilet pesawat, 'kan ? Dialah pramugari yang tengah mengejar kenikmatan dunia bersamanya saat itu.

"Tidak perlu. Aku akan menunggunya bangun dulu. Kau boleh pergi." ucap Anthony seadanya lalu kemudian melanjutkan kegiatannya mengamati wajah cantik Lucy yang tengah tidur.

'Apa kira-kira dia akan marah jika aku memindahkannya ke kamar ? Tidak. Dia pasti justru akan berterima kasih padaku. Aku pindahkan saja dia sekarang.' batin Anthony dalam hati.

Anthony kemudian berdiridari duduknya dan melepaskan seatbelt yang dikenakan Lucy dengan hati-hati. Setelah berhasil, dengan pelan Anthony kemudian mengangkat dan membawa tubuh Lucy kedalam gendongannya.

Dibawanya putri tidur digendongannya iti ke dalam kamar agar Lucy merasa nyaman melanjutkan tidurnya. Ya, 13 jam perjalanan diudara cukup melelahkan jadi, Anthony tak mau wanita itu merasa kelelahan saat mereka sampai nanti, hanya karena sifat keras kepala Lucy yang tak mau mendengarkan sarannya.

Mate For Guarantee ✔ [Warren Series #3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang