.....
Menempuh perjalanan membelah ibu kota, beruntung nya kali ini jalanan tak begitu macet, hingga tak begitu memakan waktu yang lama.
Diandra melihat kanan kiri di bahu jalan ia berharap sekali melihat apa yang ia cari dan tanpa sengaja ia melihat keramaian dan disitu tertera tulisan dengan kanvas spanduk *wisata kuliner*.Diandra begitu yakin melihat tulisan itu, dan meminta Vanno untuk menghampiri lalu memarkirkan mobilnya, Diandra begitu tak sabar ia langsung segera turun lalu di ikuti Vanno.
Diandra menjelajah makanan yang ia cari, mencoba mencarinya namun lagi lagi makanan yang tak begitu menggodanya dimsum pangsit bakso dan makanan menantang dengn level terpedas semacamnya.Matanya terpusat pada buah buah-buahan banyak di sebuah kedai kecil bertuliskan *rujak buah & asinan*.
Diandra segera menghampiri tanpa ragu ia yakin menemukan apa yang dia cari.
"Em permisi boleh saya membeli 3 porsi asinan mangganya?" Ucap Diandra dengan di akhiri senyum manis."Boleh sekali nona cantik sedang ngidam pasti benarkah?" Tebak si pedagang itu.
"Hehehe seperti nya ia begitu" Jawab Diandra dengan senyum menunjukkan gigi putih ratanya.
"Baiklah semoga anaknya tumbuh sehat cantik atau tampan semoga saja kembar" Kata si pedagang itu lagi mendoakan Diandra hanya senyum senyum.
"Semoga saja terimakasih atas do'anya" Jawab Diandra begitu terharu.
"Baik ini nona cantik selamat menikmati" Kata si pedagang dan memberikan 3bungkus asinan buah mangga.
Diandra menerima dan membayar nya Vanno hanya diam mengikuti langkah Diandra.
"Sungguh tak ada lagi yang kau cari?" Ujar Vanno memberikan tawaran."Cukup sepertinya" Jawab Diandra girang dan berjalan ke arah Vanno memarkirkan mobil.
Mereka kembali dalam perjalanan Vanno yang merasa lapar ia memutuskan memberhentikan mobilnya di sebuah restoran.Diandra tampak bingung, entah harus bagaimana, dirinya juga belum sempat makan hanya meminum susu pagi tadi setelah Ken pergi.
"Van aku ikut aku juga lapar" Katanya segera melepaskan setbelt"Akupun akan mengajak mu sekali pun kau tidak lapar" Kata Vanno turun membukakan pintu dan menggandeng tangan Diandra.
Tak ada respon lebih dari Diandra, menurut nya ia sudah terbiasa dengan sifat Vanno lagi pula dia adik iparnya dan bahkan se umuran.
Memasuki restoran dan memesan makanan, sambil menunggu mereka sedikit berbincang bercerita pengalaman masing masing dan bercanda.Banyak tatapan mata, yang lagi lagi mengira bahwa mereka adalah pasangan suami istri yang baru menikah.
Makanan datang mereka menyantapnya dengan dengan di selingi sedikit cerita, lain halnya Vanno yang juga sedikit mencuri pandang terhadap kaka iparnya itu.Entahlah perasaannya masih sama terhadap Diandra, jatuh cinta pada pandang pertama, namun tak mungkin harapan nya musnah dan fakta nya Diandra sudah di nikahi oleh kakanya dan kini sedang mengandung anaknya.
Mereka menyelesaikan makanya dan kembali pulang, Diandra tak mau terlalu lama di jalan besok ia harus kembali ke rumah sakit ia rindu baju khasnya, ruang dinas bertemu pasien dan segalanya.Perasaannya sedang emosi terhadap Ken, meskipun di bilang egois namun bisa bisanya ia lebih mementingkan pekerjaan nya dibanding anaknya sendiri, bahkan ia pun pergi dengan Vanno tak meminta izin sang suami.
Biarkan jika dia marah sekalipun, harusnya Diandra yang berhak marah.
Dalam perjalanan ke rumah Diandra tidur di mobil, entahlah hormon ibu hamil mudah cape mudah mengantuk dan rasanya ingin selalu makan dan makan.
Sampai di depan rumah Vanno membangun kan Diandra yang masih tertidur pulas."Dii bangun sudah sampai" Ucap Vanno menepuk bahu Diandra.
"Eghh...iya Van terimakasih ya mau masuk dulu?" Jawab Diandra parau, suaranya khas bangun tidur dan terlihat sangat gugup.
"Lain kali saja Di aku masih banyak urusan, aku antar kau ke dalam" Ucap Vanno turun dari mobil.
Diandra masuk dan langsung di sambut mbo Inah yang sedang duduk menonton televisi."Aku lelah mbo hamil seperti ini ya mbo aku memang dokter tapi baru kali ini aku merasakan langsung" Ucap Diandra berbaring di pangkuan mbo Inah.
"Ya seperti itu istimewa nya seorang wanita, pergi dengan den Vanno kah?" Jelas mbo Inah dan bertanya serta mengusap rambut Diandra membuat Diandra mengantuk kembali.
Diandra memilih untuk tertidur di kamarnya saja ia segera ke atas, dan menitipkan asinan ke mbo Inah agar di simpan di lemari pendingin.
Diandra terlelap entah ia hari ini begitu lelah, emosi yang di tahan membuatnya hilang mood booster.
Hari sudah cukup sore pukul 04.30 Diandra bangun ia harus mandi agar badannya lebih segar, baru ia akan beranjak dari tempat tidur, pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok prianya.Dengan pakaian lusuh muka yang muram dan seperti nya sedang emosi Diandra hanya diam, tak menegur sama sekali ia melanjutkan langkah nya dan menuju kamar mandi ia bermain dengan air menetralkan pikiranya.
Ia keluar dengan kimono handuk berwarna putih, dan tali yang dililitkan agar tak terlepas dengan Kepala yang di bungkus handuk.Ken melirik hanya sekilas tanpa memperdulikan Diandra.
Ia duduk di tepi ranjang dengan pakaian kerja masih menempel di tubuhnya, dan ia mulai melepaskan dasi dan menuju lemari mengambil handuk.
Sebaliknya dengan Diandra pun sama melirik hanya sekilas, tanpa ingin menegurnya sama sekali, ia masih duduk di meja rias seperti biasanya mempercantik diri.Ken keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang, lalu menghampiri lemari pakaian dan mengambil pakaian santay hanya kaos dan celana selutut.
"Kau jadi cek up?" Kata Ken dengan nada datar, Diandra masih memaklumi dengan keadaan kerja yang mungkin membuat nya emosi.
"Jadi" Jawab Diandra singkat.
"Bunda jadi mengantarmu?" Kata Ken bertanya.
"Tidak aku di antar Vanno ia kesini katanya di suruh bunda" Jawab Diandra lagi dengan nada datar.
"Vanno?!, hanya berdua kenapa kau tak meminta izinku Diandra?!" Balas Ken dengan nada tinggi sedikit membentak dan penuh penekanan.
"Bukan kah Vanno adikmu jadi apa salahku?, Kau saja tak ada waktu untuk menyempatkan menemaniku,bahkan kerjaanmu lebih penting!." Ujar Diandra berdiri menghadap Ken.
" Kau harusnya paham perusahaan sedang dalam situasi genting rugi karna penyalahgunaan dana mencapai miliaran!" Jawab Ken dengan nada tinggi lagi.
"Apa kau jelaskan dulu ke aku sebelum pergi?, Apa harus sekarang itu juga menemani ku tidak butuh waktu lama tak bisakah kau usaha sedikit meluangkan waktu siang tadi untuk calon anakmu?!" Jawab Diandra dengan mata berkaca kaca amarahnya meluap.
"Pekerjaan ku lebih penting Diandra?!, mngerti lah jangan egois!" Jawab Ken dengan nada tinggi sedikit teriak dan membentak Diandra lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT WIFE (SELESAI)
RomantizmDaniel vickenzo alexander, pengusaha sukses dan pewaris utama keluarga Alexander. Diandra Anastasya, mahasiswi di fakultas kedokteran. Mereka di jodohkan dengan alasan krna orang tuanya bersahabat sejak kecil. Menikah atas dasar paksaan bukan cinta...