35

7.2K 232 18
                                    

.....

Lelah dicampuri dengan amarah yang meluap luap, masalah mulai menggoyahkan benteng rumah tangga mereka.
Seperti itulah hubungan mencontohkan sebuah pohon, semakin ia tinggi semakin banyak pula angin yang menerpa.

Hatinya sangat hancur sudah di tinggal begitu saja, bertemu bukan menetralisir rindu melainkan pertikaian.
Diandra langsung keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga lalu mengambil kunci mobil dan ponsel nya yang terletak di ruang keluarga.

Tanpa di ikuti Ken Diandra keluar dari rumahnya, ia pergi tanpa meninggalkan pesan pada siapapun ia mengeluarkan mobil yang terparkir rapi di garasi rumah.

Ia berniat menuju rumah peninggalan orang tuanya, yang hampir beberapa bulan ini tak ia kunjungi,semua sudah lengkap di sana bahkan seragam dokter Diandra pun pasti masih tersimpan rapi.
Hatinya terasa tersayat baru kali ini Ken membentaknya, harusnya ia yang marah bukan mendapat amarah.

Diandra menyetir dengan kecepatan sedang, ia berusaha hati hati ia tak ingin kedua kalinya harus mengalami musibah berat.
1jam perjalanan sampailah Diandra di rumah peninggalan orang tuanya, ia masuk ke dalam rumah yang sangat ia rindukan suasana saat bersma orang tuanya.

Diandra ingin sekali berkeluh kesah pada kedua orang tuanya namun harapan tinggal lamunan.
Diandra langsung beranjak ke kamarnya ia mencari seragam untuk besok, harus ia siapkan supaya esok tidak susah mencari.

Di bukanya lemari baju bajunya ia melihat sebuah dress yang pertama kali bertemu Ken, hatinya semakin sakit awalnya penolakan dan kini pasti nya ia akan di campakkan.

"Sabar sayang ada mama disini kamu tetep sama mama semangat utama mama tumbuh kembang dan sehat sayang" Ucap Diandra pada bayinya dengan mengusap lembut perut yang mulai membuncit.

Handphone Diandra berbunyi telfon masuk dengan nama yang terpampang jelas
"DanielAlexander❤"

Hatinya berdegup kencang, ia takut jika ia menjawab panggilan itu nanti Ken akan semakin marah, dirinya hanya ingin menuntut keadilan.
Diandra memutuskan untuk tidak menjawab panggilan, dan melainkan menonaktifkan handphone nya entah perasaannya saat ini butuh jeda.

"Pekerjaan ku lebih penting Diandra!"

Lagi lagi kata kata itu terus menggema di telinganya, entah seharusnya ia lebih butuh pekerjaan atau seorang istri.
Dan tanpa sadar Diandra tertidur terbawa ke alam mimpi yang begitu buruk.

Wanita mana yang rela untuk di madu, bahkan 99 persen dari mereka lebih memilih untuk di racun, di bandingkan madu lain halnya madu yang ini tak semanis yang di kira.
Diandra bermimpi Ken menikah lagi menikah dengan wanita yang Diandra paham yaitu sekertaris baru nya di kantor, Devi wanita itu. Bencana apa lagi yang menimpa nya ia bahkan masih mengandung anaknya ia memilih berpoligami.

"Mulai sekarang kau harus terbiasa dia sama sama istri ku Diandra" Kata Ken dengan menggandeng tangan wanita itu.

"Tidakkk!" Ucap Diandra penuh emosi

Dan Diandra terbangun, dari tidurnya dengan keringat bercucuran dan mata yang sembab sehabis menangis dan nafas yang terengah engah.

"Yatuhan ternyata ini hanya mimpi" Ucap Diandra mengusap wajah lalu mengusap perut nya.
Diandra melihat jam dinding di kamarnya terlihat pukul 3 dini hari.

Diandra teringat pada sesuatu teman SMA nya, dulu pernah bilang, jika mimpi buruk pada jam 3 dini hari biasanya itu akan terjadi.
Ah tidak Diandra tidak percaya itu, ia yakin ini hanya pertengkaran biasa dan Diandra memilih untuk melanjutkan tidur.

Pagi hari jam 6 Diandra bangun ia segera mandi, membersihkan tubuhnya menyiapkan baju yang akan ia pakai yang sudah Diandra simpan kembali ke dalam lemarinya.
Diandra segera merapikan diri usai mandi, memoles wajah bibir ranum kecil dan tipis di oleskan lipstik berwarna natural, tapi tidak terlalu pucat, rambut panjang nya masih tergerai rapi dan di bawahnya sedikit di bergelombang.

Ia siap berangkat Diandra ingin bubur ayam di kaki lima seperti nya cocok untuk sarapan pagi ini.
Diandra menuruni anak tangga dan berangkat memasuki mobil, lalu mengeluarkan dari garasi rumahnya Diandra menyetir dalam kecepatan sedang.
mencari pangkalan bubur ayam di kaki lima, menurut nya itu lebih  berbaur dengan masyarakat di banding harus restoran terus menerus.

Tepat sekali, ada pedagang bubur ayam yang sedang mangkal di pinggir jalan, Diandra turun dari mobilnya setelah memarkirkan sekiranya cukup.
Ia memesan namun di bungkus ia rasa makan di ruangannya saja itu cukup, Diandra
Membayar dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit.
tak lama Diandra sampai, melihat mobil hitam dengan plat nomor yang tak asing baginya, ia paham ya betul mobil Ken.

Untuk apa dia kesini bukankah harusnya ia ke kantor?, Diandra coba memarkirkan mobilnya dulu lalu ia turun dengan tas dan membawa bingkisan bubur ayam.
Tiba tiba seorang pria mengagetkan, langkah Diandra terhenti.
"Pulanglah kerumah tausah marah berlebihan kau sudah dewasa" Kata Ken dengan nada datar.

"Untuk apa bukannya pekerjaan mu lebih penting?, permisi aku sudah terlambat" Ucap Diandra berlalu pergi meninggalkan dan Ken hanya bungkam.

Marahnya lebbay ngga nih menurut kalian? Bumil loh, buat kalian yang sudah pernah ngerasain pasti tau 😁

THE PERFECT WIFE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang