Rumah Seokjin kosong. Ibunya sedang berada diluar kota. Itu juga yang menjadi alasan Namjoon menginap di rumah Seokjin walaupun Hyera sedikit tahu ada alasan lainnya.
Setelah makan malam, keempatnya berkumpul di ruang tengah untuk melanjutkan tugas kelompok mereka. Tidak ada yang bersuara, bahkan ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam.
Seokjin memutuskan untuk menutup bukunya. Matanya sudah lelah karena harus mengejar target tugas kelompok mereka. Begitupula Namjoon yang sudah bersandar pada sofa, sedangkan Yoongi yang sudah menelungkupkan wajahnya di atas meja.
Hyera yang baru saja akan meletakkan ponselnya ke atas meja setelah mengecek grup chat kelompoknya harus kembali meraih ponselnya ketika benda persegi panjang itu berdering. Gadis itu melirik pada layar ponselnya, dimana sebuah nomor tak dikenal menghubunginya. Tidak, bukannya Hyera tidak kenal, dia hanya terlalu malas untuk menyimpannya.
Jadi, dia beranjak dari posisinya, melangkah menuju dapur rumah Seokjin lalu menjawab panggilan itu.
"Hyera, kau dimana? Kau menginap di rumah temanmu yang dimana? Kau tidak apa-apa, 'kan? Aku akan menjemputmu sekarang. Paman dan Daniel mengkhawatirkanmu."
Hyera sama sekali tidak berminat untuk menjawabnya. Dia terus membiarkan ocehan kekhawatiran itu terus berlanjut sampai beberapa saat.
"Apa mereka mencariku? Apa yang harusnya aku sebut orang tua itu mencariku?"
Penelpon tidak menjawab namun dengan cepat suara itu mengalihkan pembicaraan.
"Kau dimana? Aku dan Daniel akan menjemputmu sekarang jadi kirimkan alamatmu."
"Tidak perlu. Aku lebih baik disini."
Hyera langsung memutuskan panggilan itu secara sepihak. Tangan kanannya meremas ponsel dengan geram, menyalurkan emosinya disana.
Keesokkan harinya
Jimin, Jungkook dan Hoseok langsung menginterogasi Yoongi, Seokjin dan Namjoon yang baru saja mendudukkan diri mereka. Pertanyaan seputar kenapa Hyera tiba dengan wajah sembab. Bahkan ketika tiga orang yang diinterogasi itu menjawab tidak tahu, tiga orang itu pindah untuk menanyai Hyera secara langsung. Namun hasilnya tetap sama. Hyera tidak menjawab, memilih untuk keluar kelas dan membolos.
Yoongi tahu, jika teman sebangkunya itu sedang mempunyai masalah walaupun dia sendiri tidak yakin apa masalahnya. Dia teringat tadi malam, dimana Hyera pergi ke dapur, menjawab telepon lalu memutuskan sepihak. Setelah itu, airmata mengalir di wajahnya dan gadis itu menangis di kamar Seokjin semalaman. Yoongi tahu. Dia mendengarnya tapi dia menyimpannya sendiri. Lagipula ini bukan pertama kalinya Yoongi melihat Hyera menangis seperti itu.
"Apa ini? Sedang membolos, eum?"
Hyera memejamkan matanya, muak dengan suara itu. Seojung dan teman-temannya. Padahal dia sudah menikmati duduk di taman sekolah, di bawah rindangnya pepohonan.
"Kapan kalian akan meninggalkan kelas itu? Aku sudah tidak sabar lagi melihat kelas itu kosong." Gracia menoyor kepala Hyera tanpa perasaan.
"Jangan cepat-cepat, Grace. Kasihan. Mereka hanya penghuni dengan beasiswa. Jika sudah dicabut, mereka akan pergi dengan sendirinya." Eunha memainkan rambut Hyera.
Seojung langsung mencengkram dagu Hyera agar menghadapnya. "Aku tidak sabar ingin mengetahui dimana sekolah barumu nanti, Kang Hyera."
Hyera langsung menepis tangan itu dan beranjak dari posisinya. "Tunggu saja kabar yang mengejutkannya nanti." Kakinya bersiap melangkah pergi jika saja tidak ditahan Gong Yeri.
"Lihatlah! Berani sekali melawan anak pengurus yayasan sekolah."
"Hanya anak dari pengurus, kalian bukan kepala yayasan." Hyera berhasil menepis tangan Yeri. Namun pipinya harus berakhir perih ketika sebuah tamparan diterimanya dari Seojung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiapeless Class [ COMPLETED ]
Fiksi PenggemarFiapeless Class adalah kelas 2-F yang terkenal sebagai kelas yang berisi siswa-siswa yang tidak memiliki harapan. Seluruh murid yang pernah menghuni peringkat 10 besar harus rela terdepak ke peringkat akhir. Ini adalah tentang bagaimana para penghun...