05. Semua mendesakku

4K 183 0
                                    

Cla pov

Aku sampai di rumah. Saat aku masuk ke rumah kulihat mama sudah menungguku di ruang tamu.

Braga benar. Mama pasti menanyakan perihal pertemuan mereka tadi.

Mama mendekat.

"malam ma." sapaku lalu mencium pipi mama.

"Gimana Cla?" tanya mama.

"Gimana apanya ma?" tanyaku balik.

"kau tak usah pura-pura bingung. Ayo ceritakan pada mama. Gimana tadi makan malamnya ? Sukses ?" ucap mama mengekoriku yang berjalan ke arah kamar.

"sukses." jawabku.

"syukur deh. Terus kamu suka sama Braga? Gimana penilaian kamu sama dia? Ada tanda-tanda positif gk dari Braga? Terus kapan kalian ketemu lagi?" mama melancarkan semua pertanyaannya bertubi-tubi.

Aku berhenti di depan pintu.
Kutatap mama.
"mama. Kita mutusin mencoba berteman dulu. Kita gk mau buru-buru. Kalau nantinya cocok ya udah lanjut. Kalau tidak berarti Braga bukan jodoh Cla ma." ucapku

Mama terdiam mendengarku.

"yaudah. Cla capek ma. Cla istirahat dulu ya." pamitku lalu masuk ke kamar.

Aku tersenyum mengingat reaksi mama.
Pernyataan cuma berteman aja dulu sukses meredam pertanyaan-pertanyaan mama.

------------

Paginya ketika aku duduk ingin sarapan.
"kalian serius mau berteman aja dulu Cla?" tanya mama.

"aduh. Mama masih pagi loh udah itu yang dibahas." jawabku.

"mama penasaran dari tadi malam." sahut mama.

"iya loh mama. Lagian Cla sama Braga itu baru ketemu sekali juga." ucapku

"baiklah. Kalau begitu kalian harus sering-sering ketemu." ucap mama

What ??? Ini mah nambah masalah bukan menyelesaikan masalah pikirku.

"nanti ma, lain kali kita ketemu lagi." sahutku.

"jangan menunda-nunda kak, ntar mas Braga nya diambil orang lagi." celetuk Gita.

"iya. Kamu gk usah urusin urusan kakak deh Git. Belajar yang bener bentar lagi UN kan." ucapku kesal Gita memperkeruh keadaan.

"Gita benar Cla. Kau harus gerak cepat." ucap mama.

"ih.. Si mama apaan sih. Udah ah Cla berangkat dulu." pamitku.

Sampai dikantor aku masih menunjukkan wajah kesalku.

Kuhentak-hentakkan mouse yang tak bersalah.

"ada apa sih Cla. Pagi-pagi udah manyun gitu." ucap Dimas yang baru datang.

"aku kesal Dim. Apa aku sesedih itu apa dengan kesendirianku ini sampai-sampai keluargaku terus mendesak." ujarku.

"wajar sih Cla. Umurmu sudah 28. Orang tuamu pasti was-was." ucap Dimas.

"ahk. Kan aku yang menjalani." seruku geram.

"iya sih. Cuma aku mau nanyak deh Cla. Kamu memangnya gk niatan buat cari pasangan?" tanya Dimas.

Hampir mataku keluar sangkin terkejutnya mendengar pertanyaan Dimas.

"Dim. Sumpah ya, demi apa coba kamu ngomong gitu." ucapku kesal.

"bukan gitu Cla. Lihat dirimu. Kau cantik. Kariermu bagus. Apalagi yang kau tunggu." ucap Dimas.

"sekarang kau ingin menggodaku." ledekku.

"haha. Aku serius Cla. Atau kau benar-benar ingin aku menjadi kekasihmu?" kini Dimas menggodaku.

"jangan bermimpi Dimas." sahutku.

"eh. Cla gimana kencannya kemarin?" ucap Angel yang baru datang.

Astaga Angel !!!!!!

Dimas menatapku menyelidik.

"aku kan sudah bilang Ngel, kemarin itu aku cuma acara biasa bukan kencan." elakku dengan gelagapan.

Dimas masih menatapku penasaran.

"kau tak pandai berbohong Cla" ucap Dimas tersenyum seraya menatapku ragu.

"kau ini Dim. Jangan memaksaku." ucapku kehabisan kata.

"Cla." ucapnya.

"udah deh Dim." ucapku kesal.

"kau tak percaya padaku Cla?" tanya Dimas melembut.

Aku seakan tak tega membohongi Dimas.
Dia salah satu sahabatku di kantor.
Setiap ada masalah tak jarang aku merepotkannya.
Bukan hanya urusan kantor, urusan di luar kantor juga sering.

"okok. Aku ngaku. Kemarin aku ketemu sama anaknya temen mamaku." ucapku.

"terus." ucapnya sambil tersenyum.

"kami dinner tadi malam." ucapku.

"gitu aja?" ujar Dimas karna aku berhenti berbicara.

"mama menjodohkanku dengan anaknya temen mama itu." lanjutku

"lalu ?" tanya Dimas lagi

"dia sudah punya kekasih." ucapku tertunduk.

"apa??" tanya Dimas dengan suara meninggi.

"ssttt pelankan suaramu Dimas." ucapku sambil memperhatikan sekeliling.

"maaf. maaf. Itu serius Cla?" tanya Dimas lagi.

Aku mengangguk.

"lalu apa yang terjadi?" tanya Dimas kemudian.

"kami sama-sama takut menolak perjodohan mama kami. Dia ngasih ide buat bilang hubungan kami berteman aja dulu." jelasku.

"Oh my God ini benar-benar gila. Trus kau mau aja gitu." ucap Dimas.

"memangnya kenapa Dim?" tanyaku bingung

"Cla. Nanti kalau orang tuamu berusaha mendekatkan kalian lagi gimana. Apa kau mau berusaha sia-sia? Kau harus menolak perjodohan itu." ucap Dimas.

"Dim, kami memang berniat berteman. Itu aja kok. Aku gk berniat merebutnya dari kekasihnya meskipun dia sudah membuatku nyaman pada pertemuan pertama kami." jelasku.

"tuh kan. Aku mencium aroma kebaperan ini. Jangan main apilah Cla." ucap Dimas.

"kau semakin membuatku bingung Dim." ucapku sambil menelungkupkan wajahku.

"hey ayolah jangan jadi bersedih , nanti jam makan siang kita makan es krim ya biar kamu gk sedih lagi." ajak Dimas.

"serius Dim? " tanyaku langsung bersemangat.

"iya." ucapnya sambil beranjak ke bangkunya.

"ditraktirkan?" teriakku.

"No.!!!" sahutnya.

"huh. Ngajak tapi kok gk mau traktir sih." dengusku.

---------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang