36. Kenyataan Sebenarnya

2.7K 138 2
                                    

Cla Pov

Aku terbangun.

"eh.. Maaf... Maaf Cla.. Mama menganggu ya." ucap mama Nadin merasa bersalah dengan aktivitasnya yang membuatku terbangun.

"gk ma." ucapku sambil menggeleng.

Mama Nadin terlihat tersenyum.

"mama gimana perasaannya sekarang?? " tanyaku memandang mama Nadin.

"udah lebih baik. Makasih ya kamu nemani mama sepanjang malam." ucap mama Nadin.

"sama-sama ma, Cla seneng kok nemani mama." ucapku sambil tersenyum.

Mama Nadin kembali membelai wajahku.

Kulihat wajahnya menyiratkan rasa rindu.

Wajar, Alvaro kini sibuk dengan urusan kantor sedangkan Lala sedang kuliah dan hanya pulang beberapa kali dalam sebulan.

Dalam diriku sudah berniat akan membantu mama Nadin sembuh dari traumanya.

Aku sangat menyayanginya, bahkan dari sejak pertama kami bertemu.

"sarapan dulu yuk, nanti kamu sama Al telat lagi kekantor." ucap mama Nadin mendaluhui turun dari tempat tidur.

Aku mengikutinya.

Aku dan mama Nadin mempersiapkan sarapan.

Beberapa saat kemudian Alvaro turun dengan pakaian rapi.

"sarapan dulu Al." panggil mama Nadin.

Kami sarapan dengan diam.

"ma.. Hari ini kita chek up ya ." ucap Al membuka suara.

"Al, mama baik-baik aja kok. Udah gk usah. Lagian obat mama masih banyak. Nanti aja kalau udah mau habis." tolak mama.

"tapi ma..." protes Alvaro.

"mama chek up Cla temenin ya?" ucapku menawarkan diri.

Sontak Alvaro dan mama Nadin memandangku terkejut.

"serius Cla??" tanya mama Nadin.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

"oke.. Mama mau." ucap mama Nadin semangat.

Setelah sarapan, Alvaro mengantarku pulang.

Hari ini aku diizinkan Alvaro tak masuk kantor.

Aku memintanya untuk bekerja setengah hari dulu, tapi dia bersikeras untuk aku gk usah masuk dulu.

Padahal kami ke dokternya pukul 11.

"harusnya kamu gk usah repot-repot nemani mama ke dokter Cla." ucap Al.

"Al, kamu ingetkan ucapan aku semalam. Aku bakal bantuin kamu buat nyembuhin Mama Nadin." ucapku.

"iya, tapi mama udah biasa kok berobat dianterin supir." ucap Alvaro.

"Al, mama Nadin itu butuh perhatian. Bukan sekedar berobat aja. Apalagi berhubungan psikis. Kamu sibuk dikantor. Lala kuliah. Biarin aku mencoba nemani mama Nadin ya." ucapku lembut.

Sejenak dia menatapku lalu kembali fokus menyetir.

"kamu gk marahkan ??" tanyaku karna Alvaro tak menanggapi ucapanku

Dia tersenyum, lalu menggeleng.

"Makasih ya Cla." ucapnya.

Aku ikut tersenyum mndengarnya.

----------

Disinilah kami sekarang sedang menunggu antrian.

Aku bercanda kecil dengan mama Nadin sesekali.

"Ma, Cla ke toilet dulu ya." pamitku.

Mama Nadin menganggukkan kepala.

Aku berjalan menyusuri sebuah lorong.

Akhirnya aku menemui toiletnya.

Setelah selesai aku keluar.

"Cla." panggil seseorang.

Aku melihat orang yang memanggilku.

"Tante??" ucapku terkejut.

"kebetulan banget ya kita ketemu disini. Kamu lagi berobat kemari?" tanya wanita itu.

"gk, tante lagi nemani mamanya temennya saya chek up. Tante sendiri kenapa kemari?? Tante sakit??" tanyaku balik.

Dia menggeleng.

"tante lagi jagain Putra Cla." jawabnya. Iya wanita yang berbicara denganku kini adalah mamanya Putra.

"Putra kenapa tante?" tanyaku penasaran

"udah beberapa hari ini dia dirawat disini. Kondisinya ngedrop lagi." jelas mama Putra.

"ngedrop?? Memangnya putra sakit apa tante?"  tanyaku penasaran.

"sebenarnya, Putra menderita trauma Cla. Itu terjadi sejak dia kecil karena papa Putra yang keras dan sering kasar. Dulu waktu Putra SMA tante gk tega dia tertekan terus hingga tante putusin buat lari bersama Putra meninggalkan Indonesia. Makanya mungkin dulu kalian temen-temen Putra heran ya kenapa Putra tiba-tiba menghilang. Maaf ya, tapi saat itu tante hanya ingin Putra diobati dan dijauhkan dari papanya, karena makin hari tante lihat putra makin menderita secara psikis." jelas Mama Putra sambil meneteskan air mata.

Bagaikan petir menyambar keras saat ini ketika kudengar semua kenyataannya.

"sekarang putra dimana tante?" tanyaku dengan perasaan bersalah.

Kenapa saat itu aku tak pernah tau kondisi yang Putra alami.

Dulu aku selalu minta dimengerti, tanpa pernah sadar penderitaan yang Putra pendam sendiri.

Aku dan mama Putra berjalan menuju ruang rawat Putra.

Sampai didepan pintu aku tak punya nyali untuk masuk.

"masuk Cla." ajak mama Putra.

"maaf tante, mungkin lain kali Cla datang lagi. Cka sudah ditunggu jadi buru-buru." ucapku lalu pergi.

Aku menjauh setengah berlari.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang