14. Proyek Besar

2.8K 166 0
                                    

Cla pov

Acara makan malam bersama orang tua Braga berjalan lancar.

Mama Braga selalu berusaha menggodaku untuk menjadi menantunya.

Kalau bukan karna Braga sudah punya kekasih mungkin aku akan bilang Yes dan berbunga-bunga.

Tapi ini lain cerita.

Aku dan Braga hanya sebatas teman.
Dan Braga terlihat sangat mencintai kekasihnya.

"Heiii. Melamun aja neng dari tadi." sentak Dimas membuat aku tersadar.

"mikirin apa sih Cla?" tanya Dimas kemudian.

"gk. Gk mikirin apa-apa." elakku.

Dimas manggut-manggut.

"eh.... Dicariin pak bos tuh." ucap Dimas.

"aku??" tanyaku sambil menunjuk pada diriku.

"iya. Kamu. Siapa lagi sih yang punya nama Claretta di tempat ini selain kamu Cla." jelas Dimas.

"untuk apa?" tanyaku penasaran.

Dimas menggangkat kedua bahu nya dan berekspresi dia tidak tahu.

"buruan keruangannya deh. Sebelum dia marah kalau kamu kelamaan nemuin dia." ucap Dimas lalu pergi meninggalkanku yang terdiam dengan pertanyaan-pertanyaan dikepalaku kenapa bos manggil dia.

"Cla." panggil Dimas dari kejauhan karna masih melihatku terdiam.

Aku tersentak.
"iya. iya." ucapku lalu beranjak pergi.

Disinilah aku didepan ruangannya.

Aku masih ragu.

Kuketuk pintu ruangan pak Alvaro.

Mungkin aku terlalu pelan mengetuknya jadi dia tak dengar sehingga tak menjawabku.

Kuketuk lagi dengan lebih keras.

Dia juga belum menjawab.

Apa dia sudah tuli. Gerutuku.

Kuketuk lagi lebih keras berulang kali.

Pintu dibuka.

Kulihat pak Alvaro menatapku tajam.

Nyaliku mulai menciut.

"kau ini seperti wanita bar-bar ." ucapnya dingin.

Aku tertunduk terdiam.

"masuklah." ucapnya kemudian berjalan dahulu dan duduk disofa.

Aku mengikuti dari belakang.

Aku masih terus bertanya dipikiranku tentang apa gerangan pak Alvaro memanggilku.

Dia megambil map di hadapannya lalu memberikannya padaku.

Aku menatapnya bingung namun tetap menerima map yang diberikannya.

"kau pelajari. 3 hari lagi kau harus menyerahkan proposalnya. " jelasnya.

Mataku terbelalak.

What ???? 3 hari.

Dia kira aku robot. Kesalku.

"kau paham?" tanyanya menyentakku.

"ee... Saya usahakan pak." jawabku.

"karyawan digaji mahal bukan untuk bermalas-malasan. Deadlinenya 3 hari. Kalau tidak sanggup. Silahkan berikan surat pengunduran dirimu." jelasnya lagi.

Aku semakin terkejut.

Posisiku saat ini dengan susah payah kuraih dari nol, tak mungkin aku melepasnya hanya pekerjaan ini.

"baik pak. Akan saya siapkan. Kalau tidak ada yang bapak katakan saya mohon undur diri." ucapku kemudian.

"tunggu. Aku ingin kau buatkan aku kopi." serunya ketika melihatku ingin beranjak.

Aku terkejut.

Aku tak bisa menolak.

Selesai setelah membuatkan kopinya aku keluar dari ruangannya.

Aku terduduk di kursiku.

"gimana Cla ?" tanya Dimas

"dia gila kali ya Dim. Lihat ini bahan buat 3 hari aku harus siapin proposal. Arggg emang aku robot apa." kesalku.

"beruntung kamu Cla." ucap Dimas sambil membaca isi map tadi.

Aku menatapnya bingung.

"kok malah bilang beruntung sih Dim." protesku.

"coba deh lihat tendernya proyek ini. Gila kamu bakal dapat bonus besar kalau berhasil nyiapin dengan baik." jelas Dimas menunjukkan isi map tadi.

Buru-buru ku raih map dari tangan Dimas.

Dimas benar.

Seketika moodku membaik.

Aku tersenyum.

"beruntung banget sih kamu Cla." ucap Dimas kemudian.

"semua punya jalan masing-masing Dim." kini giliranku menghibur Dimas.

---------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang