46. Menunggu

2.3K 120 0
                                        

Cla Pov

"Cla, kamu gk bisa begini terus. Lihat dirimu saat ini, kayak zombi tau." ucap Dimas.

Aku hanya terdiam tak merespon.

"Cla." ucap Dimas menyentuh pundakku.

Aku tersentak.

"melamun lagi. Sampai kapan sih Cla kamu begini ?" tanya Dimas.

Aku tertunduk dan menggeleng.

"gini deh, sekarang kamu temui Alvaro lagi. Kalau dia gk mau buat ditemui kamu, berarti dia sudah menutup dirinya. Kamu harus lupain dia Cla." ucap Dimas.

Aku menatap Dimas tak yakin.

"apa perlu aku mengantarkanmu?" tanya Dimas.

Aku menggeleng dan bergegas ke ruangan Alvaro.

Sekretaris Alvaro menjelaskan kalau Alvaro sudah pulang dan akan pergi ke Bali selama 3 hari.

Aku kembali keruanganku dengan sedih.

Seketika terbersit pemikiranku Alvaro hanya membuat alasan keluar kota untuk menghindariku.

Aku memutuskan untuk pergi kerumah Alvaro.

"maaf mbak, mas Alvaro sudah pergi ke bali tadi." ucap pembantu Alvaro.

Aku melangkah, namun tidak pulang.

Aku hanya pergi menuju luar gerbang.

Aku duduk di depan gerbang. Aku sudah bertekad menunggu Alvaro.

Bibi berjalan menemuiku.

"mbak, jangan duduk di sini." ucap bibi.

"maaf bi, tapi saya mau nunggu Alvaro keluar." ucapku.

"mbak, saya kan udah bilang mas alvaro lagi ke Bali." ucap Bibi.

"iy bi, saya tadi dengar. Gk pa-pa kok. Saya akan tunggu di sini." ucapku.

Bibi masuk kedalam rumah.

Aku terus menunggu.

"mbak. Tunggu di dalam saja." ucap pak satpam.

"makasih pak, di sini aja." ucapku.

Pembantu dan satpam Alvaro terlihat pusing melihatku.

Tak terasa hari sudah mulai gelap.

Alvaro belum juga pulang.

" mbak, sebaiknya mbak pulang." ucap bibi .

"saya akan menunggu Alvaro bi. Bibi masuk aja. Saya gk pa-pa kok." ucapku.

Si bibi masuk lagi ke dalam rumah.

------------

Alvaro Pov

Hari ini aku langsung terbang ke Bali karena ada masalah dengan anak perusaan di sana.

Ketika aku baru sampai di hotel bibi menelponku mengatakan Cla menungguku di luar gerbang rumah.

Aku menyampaikan untuk menyuruhnya pulang.

Ada-ada aja dia.

Aku melanjutkan kegiatanku tak mengambil pusing tentang Cla.

Aku mengurus permasalahan pada perusahaanku hingga malam.

Aku kembali ke hotel, sambil mengecek ponselku.

Aku tak menyangka banyak panggilan dari rumahku.

Segera kutelpon balik.

Tak ada jawaban.

Aku mulai khawatir, apa yang terjadi hingga telpon rumah tak di angkat.

Kucoba terus menelpon, namun tetap tak ada jawaban.

Kucoba sekali lagi.

Akhirnya dijawab.

"hallo." jawab bibi.

"hallo bi, ini saya Alvaro. Ada apa dari tadi bibi nelpon?" tanyaku.

"ini mas, mbak Cla. Dari tadi masih didepan." ucap bibi.

Aku melirik jam tanganku, sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Gila ya itu anak. Pikirku.

"ya bibi suruh pulang aja." jawabku santai.

"sudah mas, tapi mbak Cla masih bersikeras nungguin mas Alvaro." jelas bibi.

"oke, kalau dia mau nungguin aku, suruh tunggu di dalam rumah. Ini udah malam bahaya kalau di luar. Bilang besok aku akan pulang." ucapku.

Cla memang wanita keras kepala, aku sudah paham itu.

Setelah perkataanku itu telpon kami terputus.

Aku beranjak mandi.

Selesai mandi kulihat lagi ponselku.

Tak ada panggilan dari rumah.

Mungkin Cla sudah pulang atau masuk ke dalam rumah, pikirku.

Kucoba untuk berbaring, tubuhku begitu lelah rasanya bekerja seharian.

Baru saja aku memejamkan mata, ponselku berbunyi.

Kulihat panggilan dari rumah.

Ada apa lagi, tanyaku. Kemudian aku mengangkat telponnya.

"mas,, gimana ini. Mbak Cla gk mau diajak masuk, dan tadi bibi pegang badan mbak Cla sangat panas Mas. Bibi bingung mas. " jelas bibi.

Langsung aku mengubah posisiku dari berbaring jadi duduk.

"gini bi, sekarang bibi temanin Cla. Jangan tinggalin dia. Oke. Saya akan segera mengambil penerbangan tercepat. Dan kalau bisa terus bujuk dia buat masuk kedalam rumah." ucapku mulai khawatir.

Setelah itu telponnya terputus, aku langsung bergerak menuju bandara.

Aku tak meyangka kondisinya seperti ini.

Aku sampai di bandara.

Penerbangan tercepat sejam lagi.

Ah.. Semakin aku tak sabar untuk segera sampai.

Sambil menunggu keberangkatan, aku terpikir menelpon sahabat Cla tapi aku menyayangkan aku tak memilikinya.

Aku merutuki diriku sendiri.

Akhirnya aku menelpon sekretarisku.

Aku memintanya untuk memantau kondisi Cla.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang