43. Berduka

2.4K 126 1
                                    

Cla Pov

Semenjak kejadian hari itu aku terus berusaha menghindari Alvaro.

Aku sengaja mengambil cuti beberapa hari.

Aku berpesan pada siapapun agar tak memberitahu keberadaanku.

Hari pertama, hari kedua, hari ketiga Alvaro selalu datang menemuiku di rumah.

Namun dia selalu pulang tanpa bertemu denganku.

Sebenarnya berat melihat kondisi ini, namun aku butuh waktu sendiri.

Aku butuh meyakinkan diriku jika pada akhirnya aku memilih Alvaro atau Putra.

Lama aku memikirkannya.

Namun semakin hari aku merasakan merindukan Alvaro.

Getaran perasaanku tercipta ketika bersama Alvaro, sedangkan bersama ketika bersama Putra yang tertinggal hanya perasaan ingin menebus kesalahan.

Aku merindukannya.

Hari ini hari keempat, dimana cutiku sudah habis.

Aku masuk seperti biasa.

Kulihat begitu banyak papan bunga didepan disepanjang kantor.

Aku mencoba membaca salah satunya.

Aku terkejut.

Aku tak percaya.

Segera aku berlari masuk kedalam kantor.

"maaf, apa yang terjadi ?" tanyaku pada seorang karyawati.

"tadi malam ibu dari pak Alvaro meninggal." jelasnya.

Aku menggeleng.

Aku merasa tak percaya.

Lututku terasa lemas.

Aku hampir terjatuh, untung Dimas sedang berada disekitar sini.

"Cla, kamu baik-baik saja kan?" tanya Dimas.

Air mata lolos dari pelupuk mataku.

"ini mimpi kan Dim??" tanyaku tak percaya.

Dimas mengajakku kesebuah tempat duduk.

"kamu harus tegar Cla. Kamu yang akan menjadi penghibur pak Alvaro. Aku tau dia pasti terpukul." ucap Dimas.

"anterin aku kesana sekarang Dim." ucapku.

"oke.. Oke... Tapi kamu harus tenangin diri dulu." ucap Dimas.

Aku mengangguk.

Kemudian kami pergi menuju kediaman Alvaro.

Sama halnya seperti di kantor papan bunga sudah banyak menyambut kami.

Aku bergegas turun.

Aku masuk kedalam rumah Alvaro.

Kulihat Mama Nadin terkujur kaku.

Alvaro duduk menatap mama Nadin.

Lala menyadari kedatanganku menghampiriku dan memelukku.

"mama kak." ucapnya sambil menangis sejadi-jadinya.

Aku mencoba menenangkannya.

Kemudian aku dan lala mendekati mama Nadin.

Aku memandang Alvaro yang kini menatapku sinis.

Kualihkan pandanganku pada mama Nadin.

Aku terduduk disamping mama Nadin.

Air mataku tak terbendung.

Semua rencana Alvaro membawa mama Nadin liburan lenyap.

Aku menatap Alvaro lagi.

Aku bisa merasakan kesedihannya kini.

Kudekati dia.

"Al." panggilku.

Dia terdiam masih memandang mama Nadin.

"maaf." ucapku lalu kembali air mata ku kembali tak terbendung.

Aku paham, dia marah padaku.

Ya.... Aku menerimanya.

Lala masih berada disebelahku.

"kamu yang kuat ya. Semua kita hadapi bersama." ucapku pada Lala.

"aku belum siap kak, aku belum terima mama pergi." tangis Lala.

Aku memeluk Lala.

"perlahan, kita harus mengikhlaskan mama Nadin." ucapku.

Lala terus menangis.

"pergilah Cla. Aku sedang tak ibgin melihatmu." ucap Alvaro tiba-tiba.

Aku terkejut mendengarnya.

Aku tak menyangka dia mengatakan hal itu.

Aku melihat kearah Alvaro.

Wajahnya menyiratkan amarah.

Aku tertunduk.

Aku mengangguk kemudian kulepas pelukan Lala.

"kakak pulang dulu ya. Besok kakak kembali lagi." ucapku pada Lala.

"tidak. Jangan pernah datang lagi Cla." ucap Alvaro.

Jatungku berdetang semakin tak karuan mendengar ucapan Alvaro.

"kamu harus kuat La." ucapku dengan nada bergetar. Hampir aku menangis sejadi-jadinya.

Aku bergerak pergi.

Air mataku kembali mengalir.

Dimas mengikutiku.

"Cla." panggil Dimas.

Aku berjongkok sambil menutup wajahku.

Sakit... Terasa sangat sakit.

Dimas mencoba menenangkanku.

"Cla, kamu harus ngerti Alvaro sedang keadaan berduka." ucap Dimas.

Aku menarik nafas dalam.

"antar aku pulang Dim." pintaku.

Dimas mengangguk lalu membantuku berdiri.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang