09. Kesal pada Pak Alvaro

3.3K 187 1
                                    

Cla pov

Aku sedang fokus bersama Dimas membaca ulang proposal ini.

Akhirnya kami merasa yakin tak ada lagi yang kurang.

Kami mengantarkan pada Pak Dani selaku Kepala Divisi kami.

"maaf. Tapi sekretaris pak Alvaro berpesan kalian sendiri yang mengantarnya kesana." ucap Pak Dani.

"tapi pak. Biasanya juga gini." protesku.

"iya Cla. Ini tak biasanya." sahut pak Dani.

"sudahlah Cla. Ayo. Permisi pak." ucap Dimas lalu kami keluar dari ruangan pak Dani.

"kok kamu mau aja Dim. Inikan tanggung jawabnya." protesku.

"udahlah Cla. Apa salahnya mengantar ini langsung. Itung-itung kau ingin meluruskan pemikiran pak Alvaro kemarin." jelas Dimas.

Kami sampai didepan ruangan pak Alvaro.
"pak Alvaro berpesan. Salah satu dari kalian saja yang boleh masuk." ucap sekretaris Alvaro.

Apa lagi sih ini.
Apa tuan besar itu ingin mempermainkan kami.
Aku kesal.
Kuserahkan proposal ditanganku pada Dimas.

"kau aja yang masuk Dim." seru lalu berjalan.

Dimas menarik tanganku. Dia menggeleng.

"kau saja Cla." ucapnya.

Aku terkejut.

"kenapa Aku Dim?" tanyaku.

"kau ingat. Kau harus meluruskan pemikiran pak Alvaro tentangmu." ucapnya mengingatkanku.

Argggg.

"baiklah. baik." ucapku kalah.

Sekretaris Alvaro mengetuk pintu ruangan Alvaro.

"masuk." seru laki-laki di dalam tanpa bertanya siapa yang mengetuk. Dia yakin itu sekretarisnya karna dia melarang orang lain masuk tanpa seizinnya.

Aku mengikuti langkah sekretaris pak Alvaro.

"Nona Claretta disini Tuan." ucapnya.

Kulihat pak Alvaro sibuk dengan komputernya.

"iya. Keluarlah." ucapnya lalu sekretarisnya keluar meninggalkan aku.

Aku berdiri terpaku.
Apa yang harus kulakukan.
Duduk? Nanti jika dia bilang 'siapa yang menyuruhmu duduk?' aku harus jawab apa?

Aku tak mau salah langkah.

"apa maksudmu berdiri terus sedari tadi? Kau ingin aku terlihat kejam." seru Alvaro melihatku sedari tadi berdiri.

Aku salah tingkah.

"ah.. Maaf pak." ucapku bergegas melangkah dan duduk di hadapannya.

"apa maumu ?" tanyanya kemudian.

"heh?" ucapku.

Dia menaikkan alisnya sebelah. Menatapku kebingungan.

"ah. Ini pak. Proposalnya sudah kami perbaiki." ucapku sambil menyerahkan kertas di tanganku.

"akan kuperiksa." ucapnya.

"kalau begitu saya pamit Pak." pamitku.

"siapa menyuruhmu pergi." cegahnya.

"buatkan saya kopi. Disana tempatnya." ucap Alvaro menunjuk sebuah meja.

"jangan terlalu manis. Dan aku juga gk suka terlalu pahit." lanjutnya lalu membaca proposal yang kubawa tadi.

Aku melangkah dengan hentakan kaki yang kuat.
Aku kesal.

Dia kira aku Office girl apa. Seenaknya memerintahku buat kopi.
Mana ribet lagi. Gk mau terlalu manis lah gk mau terlalu pahitlah.
Argggg.

Aku tak peduli akan protesannya nantinya.
Aku membuat sebiasanya aku.

Kuletakkan kopi yang baru kubuat dihadapannya.

Diambilnya.
Dia menyecap sedikit.
"kau ini pernah buat kopi tidak ?" bentaknya.

Aku terkejut.

"buatkan yang baru." serunya.

Aku mengambil gelas yang tadi lalu mengganti dengan yang baru.

Kurasakan sedikit.
Astaga ini terlalu pahit pikirku.
Aku menyesal tak merasakan sedikit tadi.

Lalu kubuat yang baru.

Dia meminum kembali.

"hem." ucapnya lalu fokus dengan proposalku.

Aku terdiam menatapnya yang sibuk membaca .

"kemarilah." ucap pak Alvaro.

Aku tersentak dengan ucapannya.
Aku bingung.
Aku masih menatapnya bingung.

"aku takkan berbuat apa-apa padamu. Aku hanya ingin menunjukkan kesalahan proposal ini." serunya.

Aku bernafas lega lalu mendekatinya.

"heh. Kau pura-paru takut ketika ku suruh mendekat. Apa pada laki-laki yang kau goda seperti ini juga kelakuanmu." sindirnya ketika aku mendekat.

Aku menahan emosiku.
Bagaimanapun juga dia pemilik perusahaan ini.

"maaf pak itu bukan urusan anda." ketusku pelan.

Dia memutar kursinya sehingga berhadapan denganku.

Aku canggung seketika.

"heh. Laki-laki malang mana yang tergoda denganmu. Kau sama sekali bukan tipeku." ucapnya sambil memandangku secara detail.

Aku tak kuasa mendengar ucapan Pak Alvaro.

Aku menatapnya tajam.

Tak terasa mataku mulai memanas.
Aku harus segera pergi. Keluar dari ruangan ini. Pikirku.

Aku beranjak meninggalkan pak Alvaro.

--------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang