22. Masih di acara amal

2.7K 156 1
                                    

Cla pov

Kami memasuki gedung tempat galang dana. ternyata, acaranya sudah mulai.

Terlihat sangat ramai.

Tempat duduknya di desain berpasang-pasangan.

Mungkin penyelenggaranya memang sengaja mengundang sepasang- sepasang.

Aku duduk bersama pak Avaro.

Aku merasa canggung.

Kulirik Braga dan Tania saling bermesraan.

Aku mendengus.

"makanya bawa pasangan sendiri biar gk cemburu lihat orang lagi pacaran." ucap Pak Alvaro.

"siapa yang cemburu." elakku.

"kamu gk usah bohong ." ucapnya lagi.

"gk ada gunanya deh ngelawan bapak." kesalku.

"kamu kalau lagi diluar gini cukup panggil nama saya aja, berasa tua kamu panggil bapak kalau lagi diluar kantor." protes Alvaro.

"ihh.. Gimana bisa, bapak itu tetap atasan aku. Gk sopan banget aku manggil namanya bapak aja." ucapku.

"ini perintah." ucapnya.

"iya pak ." ucapku mengalah... Ehh lebih tepatnya kalah.

"tuh... Pak lagi. Kamu akan kena sanksi kalau panggil saya pak lagi. " ancamnya.

Aku mendengus mendengarnya.

"pacar kamu yang kmaren ketemu direstoran mana emangnya ?" tanya Pak Alvaro.

"pacar ??? Ohhh... Itu, itu bukan pacar saya pak." ucapku.

"Claretta.!!!! " ucap pak alvaro mengisyaratkan kesalahanku.

"Maaf, maaf.. Aku belum terbiasa." ucapku gugup.

"oke , kali ini kamu saya maafin. Terus gimana tadi pacar kamu." ucap pak alvaro.

"dia bukan pacar saya, dia.. Dia... Cuma temen lama." ucapku berbohong, malu banget aku bilang dia teman kencan butaku.

Pak Alvaro mengangguk mendengar ucapanku.

"berarti tadi Braga berencana jodohin kamu sama Leo." ucapnya lagi.

"kenapa kamu cerewet banget malam ini." kesalku.

"tinggal jawab iya atau gk apa susahnya sih." sungutnya.

"iya, kamu puas." kesalku.

"berarti sekarang Leo aku gantiin. Mulai sekarang kamu terikat sama aku." ucapnya membuatku terkejut menatapnya.

Setelah pembicaraan itu kami asik dengan dunia kami masing-masing.

Alvaro baru saja melelang sebuah mug berbentuk kopi.

Aku merasa mug itu unik dan sangat cantik.

Salah satu panitia menghantar mugnya pada Alvaro.

"Trimakasih, telah berpartisipasi pak." ucap panitia tersebut sambil menyerahkan mugnya.

Alvaro mengangkat mug tersebut.

"bagus ya." ucapnya lalu memandangku.

Aku mengangguk cepat seperti menganguminya.

"kamu mau ?" tanya Alvaro.

"emangnya kamu mau ngasih ??" tanyaku balik.

"ya enggaklah, asal kamu tau aku itu sangat menyukai hal yang namanya kopi. Apalagi mug ini sangat unik dan kamu lihat tadi aku bersain penawaran untuk mendapatkan ini." jelasnya.

Aku mendengus kecewa. Segera kualihkan pandanganku darinya.

Acara demi acara telah terlewati.

Kini sudah pukul 11  malam.

"Ga, kamu anterin aku kan ??" tanyaku saat keluar dari gedung itu.

"Al, kamu gk keberatan kan kalau nganterin Cla. Soalnya kalau aku nganterin dia terus nganterin Tania pasti aku sampek kemalaman deh." jelas Braga.

"kamu apa-apaan sih Ga. Udah aku naik taksi aja ." tolakku.

"Yaudah.." ucap Alvaro berjalan mendahului.

Braga menghambat langkah Alvaro.

"Al, kamu kan tau daerah ini dan taksi juga jarang melintas dari sini apalagi udah jam segini." ucap Braga.

" ya aku paham Ga, cuma kamu denger sendirikan dia gk mau dianterin, yaudah..." jelas Alvaro.

"Ayolah Cla, kamu bakalan dapat taksi disini jam segini. Kamu gk kasihan apa sama aku kalau nganterin kamu sama Tania." ucap Braga membujukku.

"yaudah, kamu tungguin aku aja Ga biar aku minta jemput sama supir." ucapku masih tak ingin beranjak.

Seketika Alvaro menarik tanganku.

"kamu itu keras kepala banget sih, udah Ga kamu balik aja. Biar aku yang nganterin dia." ucap Alvaro sambil terus menarikku.

Kau berusaha melepaskannya.

"Kamu itu apa-apaan sih." kesalku setelah dia memaksaku masuk ke dalam mobilnya.

"kalau kamu gk diginiin sampek besok pagi juga kita gk akan pulang." ucapnya dengan nada lebih tinggi.

"ya kamu kalau mau pulang ya pulang aja, gk ada urusannya sama aku." ucapku dengan nada ikut meninggi seakan lupa yang dihadapanku atasanku di kantor.

Tiba-tiba Alvaro mengerem secara tiba-tiba.

"kamu lihat.... Kamu lihat keadaannya sekarang." ucap Alvaro mengarahkanku melihat kondisi diluar.

Ya sangat sepi, bahkan tidak ada gedung. Kanan kiri seperti daerah perkebunan.

"kamu mau pulang sendiri ???" tanya Alvaro.

Aku menundukkan kepala.

Kemudian dia menjalan kembali mobilnya.

"alamat kamu dimana ?" tanya Alvaro setelah sekian lama kami terdiam.

Aku menyebutkan alamatku tanpa memandangnya.

Terbersit rasa malu dan bersalahku.

Akhirnya kami sampai.

Aku masih terdiam tak tau berkata apa, mulutku terasa kelu.

"kamu gk mau turun ?" tanya Alvaro karna masih melihatku terdiam.

Aku membuka pintu mobilnya.

Aku berbalik menatapnya.

"makasih ya udah nganterin dan..... Aku .... Minta maaf soal tadi." ucapku sedikit pelan namun karna kondisi sepi masih terdengar oleh Alvaro.

Kulihat dia tersenyum kecil mendengar ucapanku.

Aku mempercepat gerakanku merasa malu.

Masuk kedalam gerbang.

Perlahan kulihat mobil Alvaro bergerak dan menghilang dari penglihatanku.

Aku menghembuskan nafas lega, dan melangkah masuk kedalam rumah.

-----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang