52. Berteman

2.7K 123 0
                                    

Cla Pov

"kak, hari ini temani aku belanja ya." pinta Gita adik semata wayangku.

Aku mengerutkan alisku heran, tumben sekali anak ini minta temenin biasanya dia Lebih milih jalan sama temennya dari pada samaku kakaknya.

"tumben." ucapku.

"yah... Hitung, hitung adikmu yang cantik ini mau memghibur kakak." jawab Gita.

"kakak gk perlu dihibur." tolakku.

"Cla, udah pergi aja. Kamu juga butuh memanjakan diri biar gk kepikiran ke masa yang lalu terus." ucap mama.

Aku menghembuskan nafasku kasar.

"oke.. Iya." jawabku mengalah.

"kalau gitu tungguin Gita pulang sekolah ya kak." ucap Gita semangat.

"hem.." jawabku malas.

Sepanjang hari ketika menunggu Gita pulang sekolah aku hanya bergelut di atas kasur.

Terbersit rasa bosan.

Aku harus apa, gk mungkin aku begini terus. Gerutuku.

Braga Calling

"ya Ga." jawabku.

"kamu apa kabar Cla?" tanya Braga.

"baik. Ada apa?" tanyaku lagi.

"gini, kamu mau gk nemeni Tania ngurusin toko bunga yang baru kami buka. Ya ngisi waktu kamu selagi nunggu pekerjaan yang lain." ucap Braga.

Seketika aku langsung terduduk dari posisi berbaring.

"serius Ga?" tanyaku tak percaya

"iya Cla, aku serius. Kamu mau kan?" tanya Braga lagi.

"mau.. Mau.. Aku mau." jawabku semangat

"oke, kalau gitu besok aku tunggu ya. Nanti aku kirimin alamatnya." ucal Braga kemudian memutuskan telponnya.

Aku sangat senang. Akhirnya kebosanan ini akan berakhir.

Siang setelah Gita pulang sekolah akhirnya aku menemaninya belanja.

Sebentar lagi dia akan mengakhiri masa SMA nya. Kupandang dia yang berjalan disebelahku.

"kakak kenapa?" tanya sadar kupandangin.

"em.. Kakak gk nyangka aja, sekarang kamu udah gede." ucapku.

Dia nyengir mendengar ucapanku.

"rencananya ambil kuliah dimana dek?" tanyaku pada Gita.

"Pengen di Semarang aja kak." jawab Gita.

"Hai Cla.. Kebetulan ya kita jumpa di sini." sapa Denira.

Aku terkejut melihat dia tiba-tiba muncul dihadapan kami.

"siapa kak?" tanya Gita.

"hai, kamu adeknya Cla ya. Kenalin aku Denira." sapa Denira pada Gita.

Gita tersenyum sambil menyambut jabatan tangan Denira.

"kalian mau kemana?" tanga Denira.

Aku masih enggan berbicara dengan Denira.

"Gita mau beli sepatu sama Dress kak." jawab Gita semangat.

"oh... Kalau gitu biar aku rekomendasiin ya sepatu yang cocok banget sama kamu Git." ajak Denira menarik Git.

Aku hanya mengikuti mereka dengan malas.

Gita dan Denira tampak cocok. Mereka berulang kali saling tertawa dan berbisik.

Kalau saja dia bukan kekasih Al, mungkin aku takkan menolak untuk berteman dengannya. Bagaimana mungkin aku bisa berteman dengan kekasih orang yang masih kucintai. Pikirku.

"Cla." sapa Denira menyadarkanku dari lamunanku.

"kamu ngelamun ya." ucap Denira lagi.

"gk. Udah selesai milih sepatunya?" tanyaku mengalihkan pertanyaan Denira.

"udah nih, kamu gk beli sesuatu ?" tanya Denira.

Aku menggeleng.

"yaudah sekarang kita cari dress Gita aja " ajak Denira.

Gita tampak bersemangat mengikuti Denira.

Setelah selesai memilih dressnya, kami diajak makan sama Denira.

Aku udah berusaha menolak, tapi Gita dan Denira Sudah sangat cocok, akhirnya memaksaku untuk ikut.

"kak, aku ke toilet dulu ya." ucap Gita meminta izin.

"Cla. Gimana??" tanya Denira membuatku bingung.

"gimana apanya ?" tanyaku kemudian.

"kamu mau gk berteman sama aku. Jangan ngehindar gini terus dong." sungut Denira.

"kamu kenapa sih pengen berteman sama aku?" tanyaku padanya

"gk tau kenapa, setelah dengar semua cerita Al tentang kamu aku pengen banget berteman sama kamu." jelas Denira

Aku menatapnya serasa tak masuk akal.

"tapi itu gk mudah buat aku Ra." jawabku.

"oke.. Kalau kamu berat hati karna melihatku sama Al kemarin. Aku cuma mau bilang aku bukan kekasih Al, tapi kita memang punya hubungan sih." jelas Denira.

"hubungan apa?" tanyaku refleks.

"ciee.... yang diem-diem sebenarnya penasaran." ucap Denira bercanda.

"Ra, aku serius." ucapku.

"hehe... Kenapa kamu gk tanya langsung sama orangnya." ucap Denira.

"udah ah... Kamu bercanda terus." sungutku

"maaf.. Maaf Cla. Sebenarnya kita itu sepupuan. " jelas Denira.

"kamu serius??" tanyaku kemudian dia mengangguk.

"pantes aja, aku kayak pernah lihat kamu. Ternyata kita pernah ketemu pas mama Nadin meninggal ya." tanyaku meyakinkan lagi

Denira mengangguk.

"Gimana?? Kamu gk akan ngehindari aku lagi kan?" tanya Denira.

"iya." jawabku singkat.

"yess." ucap Denira.

"tapi dengan 1 syarat Ra." ucapku kemudian.

"syarat??? " tanya Denira bingung.

Aku mengangguk.

" kamu itu makin mirip Alvaro ya, oke. apa?" tanya Denira.

"pokoknya aku gk mau ada hal tentang Alvaro baik dipembicaraan kita ataupun kalau kita ketemuan. Gimana??" ucapku meminta persetujuannya.

"yaudah deh, iya." ucap Denira menyanggupi permintaanku.

Aku tersenyum mendengarnya.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang