54. Kejutan

3.3K 138 3
                                    

Cla Pov

Sudah hampir sebulan aku dan Tania mengelola toko bunga ini.

Aku merasa bahagia berada disini meski aku masih sering teringat Alvaro. Entah bagaimana, sangat susah rasanya move on darinya.

Braga juga sangat rajin datang ke toko ini, ya wajar istrinya bekerja disini. Pikirku.

Hubunganku dengan Denira juga semakin dekat.

Putra juga keadaannya semakin membaik, dia juga sering mampir ke mari.

"Cla." panggil Denira yang duduk dihadapanku.

Saat ini kami sedang ada di toko bunga.

"hem.." jawabku tak mengalihkan pandanganku dari laptopku karena sedang mengurusi orderan.

"aku ngerasa Putra itu masih punya perasaan sama kamu." ucap Denira menatapku.

"kamu ini ada-ada aja Ra, kita itu sekarang udah temenan aja kok." jelasku masih fokus pada layar laptopku.

"ih... Kamu itu gk peka amat ya Cla." gerutu Denira.

Aku kemudian tertawa.

"ih... Kok malah ketawa sih." kesal Denira.

"trus aku harus gimana? Lagian ya, kalau dia punya perasaan samaku emang kenapa?" tanyaku santai.

"ya aku gk terima dong. Aku tuh masih nagrepin kamu sama Alvaro." ucap Denira.

Aku refleks menatap Denira dengan serius.

"udah deh Ra, kamu itu gk usah ngomong macem-macem." ucapku kembali menatap layar laptopku.

"aku serius Cla." ucap Denira menyakinkanku atas perkataannya.

"iya..." jawabku singkat.

"ih.. Aku mau nanya kamu masih sayang gk sama Alvaro?" tanya Denira.

"aduh.. Kamu ngapain sih nanyak begituan." keluhku mulai tak fokus.

"ya aku mau tanya aja." ucap Denira.

"kalau iya kenapa? Dan kalau enggak juga kenapa ?" ucapku membuat Denira bingung.

"ih... Ayo jujur dong Cla." pinta Denira.

"hem..." jawabku singkat.

"hemm apaan sih. Gk jelas banget." protes Denira.

"iya aku masih sayang, gk secepat itu kan bisa ngelupain dia." jawabku.

"nah.. Kenapa kalian gk balikan aja. Kamu masih sayang, terus Alvaro juga." ucap Denira.

"ya gk segampang itu Ra." ucapku.

" apa sulitnya sih Cla?" tanya Denira lagi.

"kan kamu udah dengar sendiri semua ceritanya Ra." jawabku.

"ya ampun tau gk, secara gk sadar kalian berdua itu nyakitin perasaan masing-masing tau. Kalian berdua itu hanya butuh menenangkan diri masing-masing kemudian ketemu saling jujur deh." jelas Denira.

"gk segampang yang kamu omongin." ucapku.

"ya makanya jangan hanya diomongin tapi dilakuin." ujar Denira.

Aku menarik nafas sambil memandang Denira kemudian menggeleng.

"sekarang intinya kamu mau gk?" tanya Denira padaku.

Aku menggeleng. Kulihat ekspresinya sangat terkejut melihat reaksiku.

"kok gitu?" tanya Denira penasaran.

"Ra, aku memang masih sayang sama Alvaro. Tapi aku gk bisa, karna aku gk mau buat dia teringat penyesalan sama mama Nadin kalau lihat aku." ucapku tertunduk.

"dan pada akhirnya kamu memilih menghancurkan perasaan kamu?" ucap Nadira.

Aku mengangguk.

"kamu sadar gk Cla, keputusan kamu ini bukan hanya melukai kamu tapi melukai perasaan Alvaro juga." ucap Nadira.

"heh... Itu gk mungkin. Bahkan dia terlihat baik-baik saja terakhir bertemu denganku." bantahku atas ucapan Nadira.

"emang kamu lihat dia 24 jam Cla makanya nyimpulin begitu. Kemarin itu kalian bertemukan cuma sebentar. Dan asal kamu tau ketika kamu pergi Al menyuruh orang untuk mengikuti kamu dan mencari tahu siapa Putra." jelas Nadira.

Aku terkejut mendengar penuturannya.

"Dan ternyata, setiap hari Alvaro menyuruh orang melaporkan tentang kegiatanmu." sambung Nadira.

Aku tak tau harus berkata apa.

"asal kamu tau Cla, Alvaro ingin sekali bertemu denganmu tapi dia takut kamu gk mau menemuinya. Ya aku akui sepupuku yang satu itu rasa gengsinya besar banget. Tapi aku pengen kamu tau satu hal namun sebelumnya maaf, maaf banget aku, Tania, sama Braga gk bermaksud ngebohongi kamu." jelas Denira.

Kini aku penasaran akan ucapan Denira, mengapa dia membawa-bawa nama Tania dan Braga.

"sebenarnya, tempat ini Alvaro yang buatin untuk kamu. Dia takut kamu gk mau, jadi dia minta bantuan Tania dan Braga. Maaf Cla.. Terserah kamu mau marah sama kita tapi aku pengen kamu tau semua ini bukti Alvaro masih sayang banget sama kamu." jelas Denira.

Aku menatap Denira tak percaya.

Kulihat Tania dan Braga masuk ke dalam toko.

Aku menggeleng tak percaya.

Kuraih tasku lalu pergi meninggalkan tempat ini.

Terjawab sudah setiap kejanggalan di toko itu, pantas saja semua mengarahkan pada hal yang aku sukai, mulai dari desain tempat yang mirip toko es krim favoritku hingga menu es krim andalan cafe.

Semua rasanya tak masuk akal, namun semuanya nyata.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang